Bab 19

228 24 0
                                    

        Dengan kejadian semalam perawat firman dan Ayu tidak mau bertugas malam menjaga Sarman, katanya walau akan di pecat mereka akan menerima. Tanpaknya mahkluk halus itu belum berniat menghabisin nyawa Sarman, buktinya walau hampir sekarat tapi masih bisa di tolong. Malam ini, suster ' panggil Sarman ketika suster baru ini lagi memeriksa infusnya, ada apa ? Tanyanya singkat, suster' malam ini saya agak takut bisa tidak saya mintak tolong di temani katanya memelas. Suster itu memandanginya lalu yang saya dengar anda tiap malam selalu takut, jadi kurasa anda seharusnya sudah terbiasa, malam ini semua perawan sibuk, jadi sebelum tidur anda berdoa saja, nah selamat malam jawab suster itu cuek, mendengar itu hati Sarman dongkol, sebal sekali tapi yaa...ia apa yang bisa ia lakukan selain pasrah saja.
         Ingin cepat tidur tapi mata susah di pejamkan, mana udaranya terasa panas, mau duduk tangan di ikat. Kalau tahu begini hidupku jadi susah, kalau waktu bisa mundur aku akan berpikir beribu kali pikir Sarman. Nasi sudah jadi bubur, ia berpikir bagaimana menyelesaikannya, walau termenung tapi telinganya mendengar ! Sarrrmaaan....sarrrmaaaan terdengar desahan kecil panjang tapi membuat urat-urat di tubuhnya mulai tegang, matanya mulai bergerak cepat mencari arah suara, waktu ia mlihat ke ujung ranjang ...sesosok perempuan duduk berjongkok, wajahnya tertutup rambut sepertinya ia menangis? Sarman ingin menjerit tapi ia tidak bisa membuka mulutnya apalagi perlahan mahkluk itu bergerak mendekati wajahnya. Kaaau sudahh membunuuukuu, Sarman melihat wajah perempuan itu mengerikan hanya tengkorak, semua tidak ada lagi dan tangannya walau hanya tulang tapi kukunya panjang dan hitam bergerak ke lehernya, kauu harus kata kan pada mereka, katakaaaan jeritan panjangnya bersamaan dengan mengalir darah hitam membasahi seluruh tubuh dan wajah Sarman, hanya air mata yang jadi ungkapan perasaannya, ia tak sanggub lagi di pejamkanya matanya rapat-rapat lalu..clik..kraak pintu kamarnya terbuka, terdengar orang lewat di sampingnya. Nah' kalau tidur kan lebih bagus dari pada menjerit-jerit, suara celetukkan pelan perempuan. Sarman yang mendengar ' pasti suster menyebalkan itu katanya dalam hati. Walau dongkol sama suster itu tapi di sisi lain ia mengakui kalau kehadiran suster ini menyebabkkan hantu Mira pergi.

       Aku harus mengakuinya walau laki-laki tua itu mengancam, aku tidak perduli. Sarman bertekat dalam hatinya. Besok orang tua ku datang aku akan katakan pada mereka, aku yakin perempuan itu tidak tenang dalam kuburnya ujar Sarman, ia menangis pelan, ma'af kan aku Mira, aku janji akan mengakuinya, ia berujar dalam hati.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang