Bab 6

341 28 2
                                    

       Dari pertemuan tadi nenek dan ibunya Bang Hamid sepakat jangan telalu lama mereka berdua pacaran. Tidak baik dengan pandangan orang jelasnya, untuk ayah bang Hamid setuju saja sama saran istrinya.

     Kalau tidak ada halangan bulan depan diadakan acara lamaran lalu dua minggu ke depannya akan di langsungkan pernikahan mereka berdua.  Orang tua setujuh, kedua calon setujuh tinggal di tunggu pelaksanaanya saja.

     Ketika Bang Hamid pulang tadi tanpa sepengetahuan orang tuanya ia memberi kode akan menelepon dan mengedipkan matamya, dasar genit..kata Mira tertawa dalam hati. Habis shalat maghrib Mira masih suka senyum sendiri sehingga menjadi keisengan adikny.

      Nek ' tanpaknya  di rumah kita ada yang ke sambet celetuk Ocan yang di sambut gelak tawa neneknya dan Susi, sedangkan Mira yang merasa di singgung  mencentikkan jarinya ke telinga  adiknya, merasa ni yeeh..godanya lagi, ia kebal telinganya di centik. 

      Karena keseringan nyeletuk jadi deh jari lentik gurunya selalu hinggap ( burung kali hinggap) di di telingganya. Karena masing- masing punya kegiatan, membuat mereka cepat masuk kamar.  Seharian ini ia sibuk sehingga rasa kantuk lebih cepat dari biasanya. Maunya tidur setelah shalat isya'  tapi rasa kantuk mengalahkannya, teridur deeh...

      Mira terbangun dari tidurnya. Perasaan baru tidur, 'aduh ' baru ingat aku tadi kan belum isya..! cepat ia keluar kamar mau ke belakang, Mira melihat suasana rumah sepi sekali, biasanya jam begini Ocan dan Susi belum tidur, kalau nenek masih di dapur, kenapa sekarang  sepi sunyi pikirnya  saat ke kamar mandi ia mendengar pintu depan di ketuk halus, kayaknya orang yang mengetuk tak punya tenaga lagi.

     Mira penasaran siapa yang bertamu malam ini,  tapi sebelumnya ia selalu  membiasakan diri selalu mengintip dulu siapa yang datang. Di balik kaca jendela Mira melihat dua orang  yang dari posturnya laki-laki dan perempuan, pakaian mereka putih mungkin baru balik dari pengajian pikirnya.

      Mira berpikiran mau membuka pintu tapi ia ragu....ah mengapa mereka membelakangi , aku kan tidak bisa melihat wajah mereka. Lama Mira memandangi mereka, perlahan ia merasakan jantungnya berdegup kencang, kakinya tak bisa di gerakkan, bukan hanya tidak bisa berpikir untuk memejamkan mata saja ia tidak bisa.

      Mira tidak bisa menolak untuk melihat dua sosok yang berdiri di luar yang hanya di batasi jendelan. Wajah yang tidak pernah terlupakan ' wajah ayah dan ibunya. Lama mereka saling memandang, mana mungkin mereka kan sudah meninggal pikirnya lalu Mira melihat orang tuanya berdiri dan tersenyum lalu tangan ibunya bergerak seolah-olah memanggilnya.

      Mira merasakan tubuhnya berkeringat..tidak...tidak..ibu '  jangan ganggu  Mira, dengan usaha keras ia mundur cepat menjauh dari jendela. Karena membuatnya terlalu keras mundur dan terguling di lantai. Berapa menit Mira mulai menggerakkan badannya, dan sekarang jadi pikirannya ia ada di lantai kamar buka depan, setelah dapat berpikir jernih Mira sadar sudah bermimpi.

       Ehm...untung kepala ku tidak benjol karena terlempar di lantai. Setelah sadar sepenuhnya baru Mira dapat mencium aroma wangi bunga .Mira berpikir seperti bunga melati dan kenanga, aroma yang spontan membuat bulu kuduknya merinding. Cepat-cepat Mira bergerak keluar dari kamarnya.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang