Lapisan Luar

170 27 0
                                    

Terkadang aku ingin seperti kalian yang bisa leluasa mengungkapkan suasana hati tanpa takut mendengarkan pendapat orang lain
.

.

.

Hari sudah semakin gelap. Hanya terlihat gemerlap lampu kota. Angin dingin yang begitu menusuk tidak membuat seorang yeoja dalam rumah megah bercat mayoritas abu-abu itu beranjak dari balkon kamarnya. Kamar yang terletak di lantai 2 bisa dilihat dari luar sana. Kamar bercat pink dan grey.

Beberapa medali yang terpajang apik di dalam kamarnya. Hening dan sunyi. Kamar itu benar-benar hening yang menimbulkan suasana nampak dingin. Bahkan yeoja yang menempati kamar itu hanya duduk termenung. Menatap kosong ke arah depan. Entah apa yang dia fikirkan dan dilihatnya. Dan yang paling mengejutkan ada aliran darah dan sebuah cutter ditangannya. Seperti bersumber dari lengannya. Tapi luka yang bahkan mengeluarkan darah itu tidak membuat sang yeoja bersuara atau bahkan menangis kesakitan.

“Aku tidak mendidik seseorang yang lemah, orang yang menangis adalah orang lemah”

“Menangislah ketika fisikmu terluka hingga mengeluarkan darah”

“Orang yang kuat dan cerdas akan memikirkan jalan keluar tiap masalahnya seorang diri”

“Kau harus mandiri”

Yeoja itu nampak mengerjapkan matanya beberapa kali dan menarik nafasnya. Kemudian dia bersihkan darah yang mengalir dari luka di lengannya dengan tisu dan segera mengobatinya dengan diam. Seorang diri.

“Luhannieee? Jangan lupa minum susumu sayaaang” seseorang mengetukan pintu kamar yeoja tadi.

Yeoja yang diketahui bernama Luhan itu segera mengganti bajunya dengan baju tidur berlengan panjang untuk menghindari tatapan curiga pada orang yang melihat bekas lukanya tadi.

“Ndee eommaa” Luhan sedikit berteriak untuk menjawab perintah dari orang yang mengetuk pintu kamarnya.

Segera membersihkan sedikit ulahnya dan berjalan keluar dari kamar untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh sang eomma.

Ketika Luhan menuruni anak tangga untuk ke arah dapur. Dia melihat appa, eomma dan adiknya tengah bersenda gurau. Hanya bisa melihat dan tidak berani ikut berkumpul.

Berjalan melewati moment kebersamaan keluarga dan langsung menenggak habis susu yang sudah disiapkan oleh eommanya itu. Terakhir dengan mencuci gelas yang dipakai dan kembali ke kamarnya.

Sejujurnya sejak melihat kedatangan Luhan. Percakapan keluarga itu sempat terhenti dan menatap sendu ke arah Luhan. Hingga yeoja yang mereka tatap melenggang pergi ke kamarnya.

Wanita paruh baya yang melihat putrinya diam hanya menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak. Disambut sebuah pelukan hangat dari sang suami yang duduk disampingnya. Menyandarkan sang istri pada bahunya. Dan seorang namja yang diketahui adik dari pada Luhan itu hanya diam menatap sendu pintu kamar Noonanya.

“Seharusnya dulu aku tidak melakukannya yeobo” tangis dari wanita paruh baya itu mulai pecah.
.

.

.

Pagi hari yang cerah, sinar matahari menembus kaca kamar milik Luhan. Yeoja itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut yang terurai yang sengaja dibuatnya sedikit ikal. Make up natural. Ditambah dengan bando bermodel simple dipasangnya untuk mempermanis penampilan. Luhan nampak begitu segar pagi ini tidak terlihat lagi seorang Luhan datar seperti  semalam. Sekarang hanya ada Luhan yang nampak ceria dan segar.

Dia tersenyum lebar melihat pantulan bayangan dirinya pada kaca. Simple dan nampak segar itu tujuannya. Ah, jangan lupa parfum. Luhan sedikit menyemprotkan parfum kesayangannya. Dan segera dia gendong tas berwarna putih.

Gomapta ( Because Of You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang