Gus Zainal POV
KALAU TIDAK MAMPU BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA, MAKA MAKAN SAMPAHNYA SEKALIAN !!
Tulisan tersebut terpampang pada mural dinding salah satu kelas diniyyah. Kalau abah sudah marah, ya begini jadinya. Dinding yang tersambung dengan bangunan koperasi itu dilukis atas kehendak abah, demi perubahan perilaku santri-santrinya. Abah marah, karena sering melihat santri buang sampah sembarangan.
Aku ditugasi memantau pembuatan mural tersebut. Para seniman handal dari beberapa santri SMA dan mahasiswa kuminta membuatnya, berbekal tulisan dari abah.
Tulisan itu akan bisa dilihat oleh setiap santri yang akan berangkat sekolah atau kuliah. Karena, letaknya dekat dengan gerbang PPDS.
Satu lagi mural yang ada di dekat kamar mahasiswa. Bertuliskan kata yang amat menohok. Khusus untuk santri mahasiswa.
PUNTUNG ROKOK PERLU KAU SEMAI DI PERUTMU, BUKAN DI TANAH PPDS !! SUDAH DIKASIH IJIN MEROKOK MASIH SAJA MANJA
Kalau urusan mural di gedung asrama santri putri jelas khas umi banget. Bijaksana. Adem bacanya. Tulisan umi di kertas kucocokkan dengan mural buatan mbak Qisti dan mbak Fida.
Sebelum Menata Hatimu,,
Sebelum Menata Pikiranmu,,
Sebelum Menata Ibadahmu,,
Tatalah Pakaianmu,
Tatalah Tempatmu,
Tatalah Makanan dan Minumanmu !!Gambar hati, otak, kitab, sajadah, mukena dan makanan berpadu dalam mural yang sedap dipandang mata. Aku tersenyum melihatnya.
Oke. Siip. Semua sudah jadi. Aku bisa merekap usaha konveksiku. Aku melangkah lagi menuju ndalem. Sebentar lagi santri-santri pada pulang sekolah. Lebih baik kuselesaikan rekapannya. Mumpung masih sepi.
"Sudah selesai?" Tanya abah saat aku memasuki ndalem.
"Sudah Bah.."
"Alhamdulillah... Oh iya Zain, sudah jadi kenalan dengan ning Shofi?" Abah langsung tanya kelanjutan perjodohan dengan putri kyai Dasuqi.
Aku sudah kenalan sekitar sebulan. Sejak awal anak-anak balik pondok sampai sekarang. Kenalan via medsos yang dikasihkan abah. Ternyata ning Shofi juga sudah dikasih tahu oleh abahnya. Hafidzah 30 juz itu agak malu-malu saat aku tanya banyak hal. Mmm.. idaman abah banget. Dia baru selesai nyantri di Kudus.
"Sudah, Bah.. " Jawabku singkat. Aku duduk. Sedikit menjejeri abah yang sudah duduk bersandar dinding.
"Bagaimana?"
"Ya begitulah. Cantik, baik, pinter.. tapi hati saya gak kecantol, Bah"
"Mau cari yang bagaimana lagi Zain?"
"Yang bisa ngluluhin hati bah"
"Ealah.. bocah.." ujar abah sambil geleng kepala sakali.
Umi yang datang dari ruang tamu depan segera bergabung. Dijejerinya abah dengan lembut. Bahu umi disenderkannya ke bahu abah. Kaki umi selonjor ke depan yang langsung diraih abah untuk dipijat. Beginilah abah dan umi. Romantis sampai kakek-nenek seperti sekarang.
"Abah,, bagaimana kalau kita biarkan Zainal mencari jodohnya sendiri? Tidak perlu kita kenal-kenalkan lagi"
"Umi... Kalau dia gak dikenalkan,, bisa-bisa malah ngurusin konveksi terus, ngurus duit karo dunyo wae, ngko malah lali karo separo agamane.." Ujar abah pada umi.
"Enggak lah Bah.. Saya tetap bisa naksir perempuan loh Bah.." Jawabku santai, berusaha merayu abah.
Tampaknya abah memang sedang berniat membahas tentang jodoh lagi. Kukesampingkan niatanku untuk merekap usaha sampinganku sementara. Lebih baik mendengarkan dulu keinginan abah. Sesekali kutatap wajah abah yang mulai berkeriput. Lalu kutatap uban yang mulai mendominasi rambut abah. Abah sudah mulai menua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔
General Fiction15+ Bagian pertama dari trilogi PPDS 🔹🔹🔹 💚Gus Zainal💚 Abah.... Aku laki-laki Bah,, masak dijodoh-jodohin,, masak dikenal-kenalin?? Aku bukan Siti Nur Baya, Bah.. Aku mohon Bah.. biarkan aku pilih dia.. 💚Nabila Tisfina💚 Gus.... Ning di PPDS b...