37. 0 (Nollll) Besar

10.8K 973 29
                                    

Gus Zainal POV

Pagi ceria PPDS. Hujan yang sempat turun tadi jam tiga, telah berganti sinar mentari dari ufuk timur. Semburat sinarnya menyinari aktivitas pagi santriwan-santriwati PPDS.

Mbak-mbak santri berseragam sekolah abu putih dan biru putih melewati samping ndhalem. Suara derap sepatu mereka, suara tas yang bergesek seragam dan kerudung, serta obrolan mereka sambil jalan sudah biasa mengisi pagi hari ndhalem abah-umi.

"Jalannya jangan cepat-cepat napa!" Suara mbak santri terdengar agak keras.

"Ih, aku tadi gak sempat sarapan Lin. Nungguin mbak kamar mahasiswa mandinya lama banget" ucap santri lagi berselang waktu.

"Kok gak ada umi ya.. pengen salim..." ucap santri lain.

Suara-suara santri kadang bikin tersenyum geli.

Mbok Yem yang biasa membantu umi cuci setrika pakaian juga sudah selesai mengetuk pintu kamarku menanyakan pakaian yang perlu dieksekusi beliau.

"Niki mawon Gus?" Tanya mbok Yem tadi saat kuberikan sehelai sorban dan sehelai sajadah.

"Nggih, kaos kalih sarung mpun kulo cuci piyambak wau (kaos sama sarung sudah saya cuci sendiri tadi)"

"Aduh Gus, kalau Njenengan nyuci sendiri nanti saya gak ada kerjaan"

"Tugas Mbok kan udah banyak. Sesekali meringankan Mbok.."

"Oh, nggih... nggih... maturnuwun.."

Jadilah mbok Yem senyum sumringah.

Sari, santri senior yang dipercaya umi mengurus belanja keperluan dapur pun sudah siap sedia di pickup yang terparkir di halaman. Dia menunggu Anam dan Shobri buat nganterin ke pasar.

Biasanya sampai pasar, Sari tinggal tunjuk-tawar-bayar sayur atau barang ke pedagang pasar, nahhh Anam atau Shobri yang bagian angkat-angkat ke mobil.

Sari ini yang terkenal berhasil mematahkan hati para santri yang mengabdi di ndhalem. Manis, rajin, pinter, sudah sarjana dan hafidzah, tapi belum mau boyong. Katanya pengen ngabdi ke umi 3 tahun.

Dulu sebelum aku terjun ke dunia konveksi, aku yang bertugas mengisi tugasnya, pergi sama Anam buat urusan dapur pesantren. Saat aku mulai merintis konveksi, umi menyerahkan urusan itu padanya. Juga dibantu Shobri karena umi gak mau ngebiarin Sari angkat berat-berat.

Dan kini,, saat urusan konveksi kuserahkan pada admin dan mandor, aku bisa lebih konsen pada urusan pesantren yang lain. Setengah jam lagi saatnya aku menyimak hafalan al-Qur'an santri salaf, mengajar diniyyah mereka kemudian agak siangan nanti aku harus talaqqi 'asyroh pada syeikh Abdurrahim.

Waktu setengah jam ini bisa kumanfaatkan buat ngoreksi ulangan perbab punya anak2 diniyyah mahasiswa dan mahasiswi.

Waktu setengah jam ini bisa kumanfaatkan buat ngoreksi ulangan perbab punya anak2 diniyyah mahasiswa dan mahasiswi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang