Gus Zainal POV
Mentari pagi menyinari jalan berundak dari tatanan batu. Pohon melinjo berderet rimbun di samping kanan jalan berundak. Samping kirinya tanaman pisang, jagung dan tanaman singkong tumbuh dengan subur.
Telapak tanganku mengait telapak tangan perempuan yang baru 3 hari ini menjadi istriku. Istri pilihanku.
Kami baru selesai berziarah ke makam almarhumah ibu mertuaku. Ibunya Nabila.
Kami berjalan beriringan. Sandal jepit yang mengalasi kaki kami tampak serasi warnanya. Menapak pada jalan batu menuju kebun budhenya.
Rasa-rasanya, ini adalah kencan resmi pertamaku dengan Nabila.
Berdua tanpa mahram.
Eits lupa nyebut, bersama malaikat dan qorin yang menyertai kami jugalah pastinya.
Hal itu karena proses pernikahan kami memang sangat cepat. Dari dia akhirnya mau menerima pernyataan cintaku sampai menikah, hanya sekitar lima atau enam bulan.
Aku berjalan di samping kanan Nabila. Tangan kananku menenteng sebotol termos kecil berisi kopi panas.
"Dhe'... sayang.." aku berhenti sebentar.
Dia menoleh padaku, kemudian tersenyum.
"Mmm.... iya mas sayang?" Ucap istriku yang kini tak bingung lagi saat memanggilku.
Ah, bahagianya.. Panggilan mas atau mas sayang dari orang yang kita cintai terasa berbeda di hati.
"Katanya mau cerita tentang yang qois bilang" ucapku.
Aku melepas gandengan tangan dan menggantinya dengan melingkarkan tangan kiriku itu di pinggang Nabila.
"Oh... soal ikut mobilnya bib Ahmad?"
"Iya..." jawabku singkat. Dari kemarin belum ada kesempatan tanya hal privat ini.
Baru kali ini kami bisa punya waktu khusus untuk berdua tanpa khawatir orang lain mendengarnya. Banyak tamu tilik manten soalnya. Sekalinya enggak ada yang bertamu, ada bapak, mas Aldi atau mbak Ningrum di rumah.
"Yang ngajak adalah umi Fatimah, mas sayang, bukan bib Ahmad. Bib Ahmad cuman nyetirin... cemburu yaaa??? Hayooooo!" Ujar Nabila sambil tersenyum penuh kemenangan.
Gemas rasanya melihat dia meledek begitu. Pengen nyubit pipi tapi dia malah lari kecil menanjak ke atas menghindari cubitanku.
Hahahaha
Tawaku keluar saat aku berhasil mengejar perempuan bergamis coklat itu. Kupeluk dia dari belakang. Kepalanya tepat berada di bawah daguku. Harum pewangi di kerudungnya terhirup oleh hidungku. Dia tertawa kecil lalu berucap ta'awudz.
"Heiiii... mas bukan setan... Sayang,,, ngapain dibacain ta'awudz?"
Dia tertawa lagi. Tawa dolpino yang khas. Tawa kecil yang membuatku ikut ceria. Dekapanku dia lepas dengan lembut, lalu wajahnya menengadah ke wajahku.
"Biar dapat banyak pahala. Baca ta'awudz yang banyak" dia sengaja meledekku lagi.
Suara burung berkicau membuat rangkaian dzikir indah di cakrawala. Sinar mentari masih setia membuat semesta bergempita. Jaket hitamku kulepas lalu kusampirkan di bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔
Художественная проза15+ Bagian pertama dari trilogi PPDS 🔹🔹🔹 💚Gus Zainal💚 Abah.... Aku laki-laki Bah,, masak dijodoh-jodohin,, masak dikenal-kenalin?? Aku bukan Siti Nur Baya, Bah.. Aku mohon Bah.. biarkan aku pilih dia.. 💚Nabila Tisfina💚 Gus.... Ning di PPDS b...