Nabila POV
"Bu Fitri,,, cimol 3ribu ambil ntar pulang diniyah ya!!??"
Ucapanku yang setengah berteriak bikin bu Fitri geleng kepala. Mungkin ibu kantin satu itu heran melihatku tenteng kitab sambil angkat sarung, berlari menuruni anak tangga. Tetapi kuyakin, seheran apapun beliau pasti beliau paham pesananku 100%.
Benar-benar nasib. Hari pertama masuk diniyah kelas 3 sudah harus berlarian mengejar waktu seperti ini. Sepertinya aku masih terbawa suasana liburan di rumah, yang bebas buat ngapa-ngapain setelah sholat maghrib.
Habis ngaji al-qur'an sama bu nyai aku langsung ketiduran. Bangun sudah jam 8 malam yang artinya aku melewatkan jamaah isya' dan tentunya ta'ziran sudah menanti. Beruntung ada Fina yang bernasib sama denganku. Sama-sama dikerjain teman hingga ketinggalan jama'ah. Jadilah sekarang aku berlarian dengannya mengejar waktu agar tak telat masuk kelas.
"Assalamu'alaikum..." aku terbata saat melihat kelas sudah penuh. Santri sudah membuka kitab yang menandakan ustdaz sudah hadir.
"Wa'alaikum salam,, silakan mbak, duduk di depan". Wah,, ternyata yang ngajar adalah gus Zainal, putra ke tiga abah yai.
"Nggih, ustadz" jawab kami berdua kompak.
Kami menerobos dari belakang ke depan barisan
"Maju lagi,, hadapnya ke teman2 kalian!.." Perintah gus Zainal dengan nada lembut. Bukan berarti dengan nada lembutnya kami bisa seenaknya membantah ya. Kami tetap harus melaksanakannya. Terpaksa deh, menahan malu bertubi-tubi menghadap semua teman kami.
Awas ya kaliaaan!!
Beberapa teman usil kami yang sengaja tak membangunkan kami terlihat tersenyum dan menahan tawa
Baru saja duduk, aku dan Fina ternyata langsung disuruh buka dan baca kitab نصائح العباد halaman awal. Kalau saja ustadz biasa yang ngajar, tentu aku sudah protes keras.
Kubaca basmalah perlahan, lalu kubaca perlahan kata perkata dari kitab karya imam Nawawi tersebut beserta artinya dalam bahasa jawa.
Beruntung dari kalimat tahmid sampai kalimat tasyahud di dalamnya mudah diartikan."Lanjutkan mbak---" Gus Zainal seperti hendak menebak nama teman di sebelahku.
"Mba Fina" santri menjawab dengan kompak, menyebutkan nama yang gus Zainal maksud.
Sungguh malang teman sekamarku itu, dia bukan membawa nashoihul 'ibad tetapi kitab Bidayatul Hidayah. Sepertinya dia tadi terburu-buru hingga ambil kitab yang warna sampulnya mirip dengan kitab Nashoihul 'ibad.
Kugeser pelan kitabku, lalu kutukar pelan dengan kitab Fina.
"Hari pertama diniyah, masuknya telat... " suara rendah gus Zainal membuatku mengkeret.
"Bawa kitabnya juga salah,, mbak mbak..." imbuh gus sekaligus ustadzku itu kemudian.
Aku hanya bisa terdiam. Kulirik Fina yang telapak tangannya bergetar. Dia sama gugupnya denganku. Secara naluriah kugenggam telapak tangannya untuk meredakan kegugupannya.
"Mau pada jadi apa mbak?"
Jleb------- perkataan pamungkas beliau bikin kami berdua mati kutu .
"و اشهد ان محمدا عبده ورسوله الذى خصه الله تعالى بجميع كمالات العبودية ....... "
Sementara masih membiarkan kami duduk di depan menghadap teman-teman, beliau membacakan ulang muqoddimah kitab tersebut.Kami menyimak penjelasan beliau dengan seksama. Penjelasan beliau ringan dan tak berbelit sehingga mudah kami pahami. Penjelasan beliau juga sesekali diselingi dengan humor serta dengan tanya jawab tentang tasawuf dan nahwu-shorof dari kalimat yang tertera di kitab.
Waktu satu jam berlalu begitu cepat, tak ada satu santripun yang ketiduran di kelas diniyah malam ini. Segera setelah menutup pelajaran dengan hamdalah, beliau keluar dari kelas.
Aku terkesiap saat melihat perawakan beliau yang tinggi tegap.Wow,,
Subhanallah.. tinggi bangetz.. berapa cm tinggi putra abah yai itu?? Tiang listrik nyasar ke sini eih..
"Ciiyyeeee,,, Nabila,,, Finaaa,, sengaja telat ya biar bisa ditegur gus Zainal??"
"Apaan siii kalian?" Sergah Fina merengut.
"Ani, Salwa !!! Kalian sengaja kan gak bangunin aku tadi" teriakku tertahan sambil melotot ke 2 sobit karibku. Melangkah mendekati mereka berdua untuk kemudian mencubit mereka dengan keras.
"Auuu,,," Ani mengaduh kecil
"Kangen ngerjain kamu. Hahahaha" kekeh Salwa
"Dasar kalian.."
"Ambil cimol bu Fit yukkk. Kalian berdua juga udah pesan kan?"
"Tentuu"
Kami bertiga beriringan melintasi halaman yang memisahkan aula putri samping kediaman abah yai dengan asrama putri. Langkah kami tertuju pasti, ke kantin asrama untuk mengambil pesanan cimol kami.
Jajan antik satu ini akan menemani kami bertiga belajar pelajaran esok hari di SMA. Bagi anak kelas 12 seperti kami, belajar akan lebih bermakna jika disertai amunisi kaya cimol satu ini. Walaupun jajan kami dari kampung halaman masing-masing masih ada, godaan cimol bu Fitri sungguh tak bisa kami tolak.
😄😄-------------------
Ta'ziran -> hukuman, 'iqobah
Nggih -> (b. Jawa) iya
Muqoddimah-> pendahuluan
Hamdalah -> ucapan alhamdu lillah
💻💻💻
🔮 Semua kesamaan nama dan tempat adalah murni tidak disengaja.
🔮 Mulmed asal comot dari mbah google. Harap maklum
🔮 Terimakasih Voment nya💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔
Fiksi Umum15+ Bagian pertama dari trilogi PPDS 🔹🔹🔹 💚Gus Zainal💚 Abah.... Aku laki-laki Bah,, masak dijodoh-jodohin,, masak dikenal-kenalin?? Aku bukan Siti Nur Baya, Bah.. Aku mohon Bah.. biarkan aku pilih dia.. 💚Nabila Tisfina💚 Gus.... Ning di PPDS b...