33. Berharap Selamat

19.3K 1.1K 28
                                    

Nabila POV

Gus Zainal. Kadar gantengnya memang gak bisa nyamain bib Ahmad. Kadar nasabnya juga kalah sama bib Ahmad. Walaupun gus Zainal putra kyai, tetap kalah dari segi apapun sama bib Ahmad.

Misal nih,,... hanya misalkan, jika, kalau dan andai aku nikah sama gus Zainal lalu punya putra-putri, mereka hanya akan menjadi gus atau ning saja. Berbeda jika aku nikah sama bib Ahmad, putra-putriku kelak akan punya keunggulan nasab yang bersambung pada rasulullah.

Aku berpikir terlalu jauh ya?
😉😉😉😉
Tapi aku memang perlu berpikir ini dan itu sebelum mengambil keputusan. Daripada menyesal dikemudian hari.

Baik gus Zainal maupun bib Ahmad, keduanya sama-sama humoris, sangat baik padaku, ramah, dan kayaknya sama-sama bisa jadi imam yang baik,.. dilihat dari tanggung jawab, keduanya punya tanggung jawab yang saaangaaat besar.

Kalau nikah dengan gus Zainal, aku bukan hanya bakal jadi ibu dari anak2ku tetapi juga ibu dari semua santri PPDS. Kalau aku nikah sama bib Ahmad, mungkin aku harus ekstra bijak, ekstra pintar dan ekstra sholihah untuk menjadi ibu dari anakku sendiri. Mendidik keturunan rasulullah sama sekali belum kuketahui. Belum lagi bib Ahmad yang seorang dai pastilah bakal sering ke luar kota.

Aku masih takut menjadi bagian dari keluarga kyai sekaligus takut menjadi keluarga seorang habib. Namun, untuk memilih laki-laki selain gus Zainal ataupun bib Ahmad, aku takut kejadian si Dito terulang lagi.

Untuk urusan duit, mungkin lebih enak sama bib Ahmad. Kan bib Ahmad juga punya pabrik. Kalau gus Zainal? Yang kutau kerjanya cuma ngajar diniyyah doang. Jangan-jangan ntar dikasih makan kitab doang tanpa nasii. Kudu siap prihatin. 😧

Mmmmm........
apalagi ya..?
oh iya, untuk akhir-akhir ini...

Jujur lebih enak ngobrol sama gus Zainal. Gak terlalu canggung kalau ngobrol sama beliau. Beliau jago ngelawak dan jago ngasih solusi-solusi ngadepin hal yang berkaitan sama kampus. Diajakin ngobrol ngalor-ngidul tentang tempat wisata juga asik. Hahahaha sekalian ngerayu bakal ngajak ke sana kalau dirikuuh mau dijadiin istri. Gombal bangetz kan?

Meski begitu, aku belum mau kasih keputusan. Udah pake logika dan udah istikhoroh berkali-kali belum juga mantap hati.

"Nabila" seru Naura sambil mendekap kitab.

Naura bisa dibilang pengganti Salwa sama Ani. Dia anak Cirebon. Anaknya sekocak Salwa juga taat peraturan kayak Ani. Enak banget diajakin duet mbanyol plus asik diajakin jalan. Dia kuliah di Akper sambil nyantri di PPDS. Tetapi dia tidak ambil tahfidz. Hanya ambil MDM (Madrasah Diniyyah Mahasiswa), karena dia sudah hafidzah sewaktu nyantri di Sumedang.

"Ya? Kenapa Ra?"

"Gus Zainal niat banget ya ngerjain anak kelas C". Naura berucap dengan nada memelas. Ditunjukkannya padaku catatan diniyyahnya padaku.

Kubaca soal yang diberikan. Mataku agak melotot. Ternyata Naura disuruh nyari 20 isim di kitab Safinah beserta jenis isim dan maknanya, kata-kata yang majrur dan marfu' masing-masing sepuluh, sertaaa 30 fi'il beserta tashrif lughowi dan ishthilahi-nya beserta makna.

"WOW.. satu bolpen bakalan habis tinta.." ucapku sambil tak kuasa menahan tawa.

"Bukan hanya bolpen kalee, buku juga bakal abisz. Parahnya Bil, ntar malem dikumpulin."

"Hahaha, sabar ya buu"

"Enak ya jadi anak MDM kelas A. Diniyyah di ndalem mbah kyai Idris sama hampir tak pernah punya tugas." Ujar Naura.

"Kata siapa woiii. Ngaji Shohih Bukhori selalu bikin bagan rowi haditsnya. Ngaji Fathul Wahhab kita disuruh ambil perbandingan masalah fikih sekarang. Ngaji ihya' suruh nyatet dosa kita minimal sepuluh dosa tiap hari. Huhfft.. apalagi ngaji al-Wafī.. bukan hanya suruh kasih makna doang. Suruh praktek juga". Tukasku ngegas.

Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang