28. Folio Kosong

18.4K 1.2K 98
                                    

Gus Zainal POV

Kertas folio menyembul di amplop coklat dari Nabila. Membuat mataku memicing. Saat kukeluarkan, ternyata berjumlah 4 helai kertas tanpa tulisan apapun. Kubuka dan kuteliti lagi tetap tak ada tulisan apapun.

Kumasukkan lagi ke amplop besar itu, kukaitkan tali amplopnya hingga tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kumasukkan lagi ke amplop besar itu, kukaitkan tali amplopnya hingga tertutup.

Yang penting sudah ada perubahan pada sikap nabila. Tadi dia berlari kecil seperti anak kecil. Mungkin kalian akan tertawa sepertiku kalau melihatnya. Setidaknya sikap seperti tadi bukan sikap murung. Bukan sikap orang yang bersedih. Ideku lumayan berhasil ternyata.

"Isine nopo gus?" Tanya Anam padaku.

"Surat.." Jawabku singkat. Tentunya aku tak akan memberitahu Anam kalau isi suratnya kosong.

Kubawa surat itu ke kamar. Kugeletakkan begitu saja di meja.

"Zain.." Umi memanggilku. Aku segera keluar kamar, menemui umi di ruang tamu.

"Tolong ambilin tas coklat di mobil abahmu.."

"Nggih.."

"Sama sekalian sekardus kitab di jok depan."

"Umi beli kitab?"

"Tidak.. Itu titipan bib Ahmad buat Nabila.. Umi mau bawa mukena dan kerudungnya."

"Mukena Mi?" Aku tak paham.

"Iya,, umi Fatimah sendiri yang mendesain khusus buat Nabila. Umi senang sekali, mukenanya bagus.."

Rupanya bib Ahmad sudah ambil langkah lagi buat mendekati Nabila.

Aku mengekori umi yang sudah pegang kunci mobil menuju ke depan ndalem, tempat mobil terparkir.

Sampai di mobil, kuambil sekardus kitab yang lumayan berat. Tanpa mengintip isinya kitab apa, kutumpukkan tas coklat di atas kardus. Kemudian kuangkat, lalu kubawa mengikuti umi menuju ruang tengah.

Umi memimpin jalan dengan mengangkat tas plastik bertulis -El-Mubarak-. Mungkin isinya kacang Arab kesukaan umi.

"Mbak, tolong panggilkan Nabila anak kamar 13.." Pinta umi pada sekelompok santri SMP yang kebetulan lewat samping ndalem.

"Nggih, Mi.." Jawab mereka kompak.

Sebentar kemudian Nabila turun. Masih dengan seragamnya. Kerudungnya juga masih kerudung identitas sekolah yang bordiran hijau dipinggirnya.

Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang