BAGIAN 15

120K 9.4K 285
                                    

Helloooo❤❤❤

Jangan lupa meninggalkan jejak dikomentar!

Biar semangat up❤
Vote sebelum membacaaa

- BIGBOSS -

[ Riyonal's past - 15 ]





NORMAL POV










"Ilmu Psiologi, berpendapat tentang kasus manusia membunuh sesamanya. Ada dua teori kuat yang terdapat dalam Ilmu tersebut. Pertama, manusia merasa bersalah setelah membunuh, hingga memilih mengucilkan diri dan bahkan bisa membunuh diri sendiri karena terbelenggu rasa bersalah. Kedua, manusia merasakan getaran hebat dalam dirinya ketika membunuh. Sensasi yang hanya akan terasa jika Ia menghabisi manusia lainnya. Dan sendi diseluruh tubuhnya haus akan sensasi itu--"

Clict

"Kenapa di mat--" Xenata menghentikan ucapan protesnya melihat Riyonal. Ia menelan ludah susah payah. Melihat penampilan Riyonal yang sangat menggugah selera. Riyonal yang biasanya identik dengan Setelan mahal. Kini menggenakan jins hitam, dan kemeja senada yang melekat di tubuhnya. Kancing-kancing tersebut bahkan terlihat sulit menutupi lekukan tubuh sempurna Riyonal.

"Tidak perlu menonton hal seperti itu, Sudah cukup menelanjangiku dalam pikiranmu?" Tanya Riyonal suara datar dan rendah.

"Maafkan Aku Tuan!"

Riyonal menghela nafas panjang. Springbed king size miliknya berubah menjadi lautan snack. Xenata menikmati makanan di atas tempat tidur. Sejujurnya, Riyonal tak menyukai orang-orang yang melakukan kegiatan lain selain tidur dan bercinta di atas ranjang. Sikap perfeksionisnya membenci hal ini. Tapi, mengapa ketika Xenata yang melakukannya Ia tak masalah sedikitpun?0

"Sudah mandi?" Tanya Riyonal. Ia menyingkirkan plastik snack lalu duduk dipinggiran tempat tidur. Xenata menggeleng,

"Aku akan membersihkan sampah-sampah ini, Tuan!" Xenata mengumpulkan plastik dan kaleng ke dalam rangkulannya. Riyonal menahan pergelangan gadis tersebut.

"Hentikan." Ucap Riyonal mendesis, sarat akan perintah.

"B—baiklah."

Xenata menunduk dalam. Ia menggigit bibirnya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Ucap Riyonal.

"Iya."

"Kapan Kau pertama kali bertemu sahabatmu?"

"Seingatku, sewaktu orangtuaku meninggal."

Riyonal menutup matanya sekilas, meyakini bahwa Renita tercipta setelah trauma yang di alami Xenata.
Saat akan beranjak meninggalkan Xenata, gadis itu menarik pergelangan Riyonal.

"Bisakah beritahu Aku, alasan Tuan meminta putus?"

Ingatan masa lalu dimana Riyonal meminta mengakhiri hubungannya dan Xenata terputar kembali.



Flashback.

"Akan sangat fantastis jika Kita berhasil membuat keluarga Ferdiansyah hancur dalam sehari."

Langkah kaki Riyonal terhenti di depan ruangan kerja Ayahnya. Mendengar suara samar yang mengganggu dirinya.

"Kecelakaan lalu lintas? Dua hari lagi, Aku mendengar mereka akan ada perjalanan bisnis baru."

"Aku mempercayaimu untuk merencanakannya." Tawa jahat Ayah Riyonal membuat Riyonal mengepalkan tangan kuat.

Keluarganya terlibat skandal yang menurunkan nilai saham, sedangkan Ayah Xenata mendadak memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja sama. Hingga, Ayahnya harus bertindak tegas.

Malam itu, pertama kali dalam hidup Riyonal berjanji akan mengakhiri hidup ke dua orangtuanya jika rencana besar sang Ayah berhasil. Ia takkan membiarkan pembunuh Ayah kekasihnya berkeliaran bebas menikmati hidup.

Riyonal mengetikkan pesan, untuk kekasihnya.

"Ayo, bertemu esok hari. Ditaman dekat lingkunganmu."


FLASHBACK OFF



Riyonal berlalu dari kamar tanpa menjawab pertanyaan Xenata. Bukan ingin menghindar, Ia sendiri tak tahu harus menjawab apa.

Reksa menanti Riyonal di ruangan pribadi Riyonal. Ia menundukkan kepala begitu Riyonal melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan.

"Apa yang ingin Kau laporkan?" Tanya Riyonal, ketika telah duduk di singgasana miliknya. Ia mengetuk-ngetuk meja yang berlapis kaca seirama.

"Kami berhasil bertransaksi, Tuan." Jawab Reksa. Semalam, Riyonal memerintahkannya menukar senjata api langka dengan jutaan dollar.

"Baiklah, ada lagi?"

Reksa bertindak ragu, namun menyerahkan tablet ipad pada Riyonal secara berhati-hati.

Riyonal membaca headline dari berita yang ditayangkan.

Diduga kapal kelebihan muatan, Puluhan awak dan nahkoda dipastikan menjadi korban tenggelam.

"Bagus, Aku memuji kinerjamu." Ucap Riyonal mencetak senyum menyeringai. Setelah transaksi, Riyonal mewajibkan salah satu anggota awak kapal di bunuh di hadapan awak kapal lain, bentuk peringatan jika ada yang berani melanggar kontrak. Tapi, malam ini Riyonal meminta lebih banyak nyawa.

"Terima Kasih, Tuan."


"RIYONAL BRENGSEK KELUAR KAU! SIALAN! KEMBALIKAN AYAHKU! BRENGSEK! BRENGSEK!"

Riyonal tertawa remeh saat layar CCTV menampilkan Seorang pria tengah melampiaskan amarahnya didepan gerbangnya yang kokoh. Tubuh pria itu tertahan oleh pengawalnya yang berjaga.

"Reksa, bawa Ia menemui ku." Titah Riyonal.

Riyonal metelakkan sikunya di meja. Jari-jarinya bertaut satu sama lain. Satu alisnya naik, bibirnya membentuk smirk yang khas.

Pria muda itu menatapnya bengis. Hendak menyerangnya membabi buta, jika saja tubuhnya tak di rangkul oleh ajudan nya.

"Lepaskan."

Pria muda itu berlari tergopoh, menggebrak meja Riyonal. Satu gerakan lihai, sebuah pisau kecil menancap di punggung tangan pria itu.

Darah mengucur, Riyonal berdesis menikmati pemandangan tersebut. Tubuh pria itu merosot ke lantai, pisau menancap kuat dimeja dan tangannya, Ia meringis, memekik ketika merasakan sakit luar biasa.

"Dia adalah Putra Junantyo Tuan. Korban salah satu kapal tadi malam."

Riyonal mengangguk mendengar penuturan Reksa. Akhirnnya menemukan cara menghabisi nyawa pria di hadapannya.

Riyonal menarik paksa pisau dari punggung tangan pria itu. Cairan merah pekat, mengalir jatuh kelantai.
Tubuh pria itu di seret paksa, masuk ke dalam kamar mandi diruangan Riyonal.

Hanya terdapat satu bak mandi putih yang mengisi kamar mandi. Pria itu berkali-kali memberontak ketika di paksa berbaring di dalam bak mandi.

Air shower perlahan memenuhi bak mandi, tubuh pria itu tenggelam sempurna. Hanya tangan dan kakinya yang melayang di udara. Karena kepalanya di tahan oleh bawahan Reksa.

Riyonal menyenderkan punggungnya di pintu. Tangannya bersedekap. Menyaksikan seluruh yang terjadi.

"Like father like son." Ucap Riyonal.

"Dia memang anak berbakti, menyusul Ayahnya dengan cara yang sama." Sambungnya, dengan seringai buas.

Butuh waktu sepuluh menit. Sikap berontak pria itu telah tiada. Hanya suara air menetes yang terdengar. Dan semua menyakini, pria itu telah tewas oleh kebengisan atasannya.



T.B.C

Sudah menemukan titik terang?

Hope u enjoy this story.

Sorry for typo!❤❤

Saya senang jika kalian menanti cerita ini😭😭😭😭




PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang