BAGIAN 31

87.1K 7.1K 439
                                    

- PROTECTOR -

[ MISTAKE - 31 ]

AUTHOR POV


Kemeja putih, waistcoat coklat tua dipadu jas berwarna hitam legam. Celana kain yang membalut kaki dan sepatu pantopel coklat mengkilap. Mata Riyonal menatap lurus tanpa ekspresi wajah. Penampilannya nampak mendominasi.

Aura Riyonal begitu kelam, gelap dan berbahaya. Tak ada satupun bawahan yang mampu menatap pria itu lebih dari beberapa detik. Seolah, Riyonal diciptakan untuk membuat orang sekitarnya tunduk. Itu mutlak.

Prestasi luar biasa dari pria itu tak main-main. Cetak image sebagai pewaris tunggal keluarga ternama begitu bersih.

Bagaimana tangan kekarnya menggenggam kancing untuk mengaitkan benda itu. Riyonal menggoda, seorang pria yang menarik seluruh atensimu. Namun, seorang maskulin yang tak mungkin untuk di raih.

"Reksa, perintahkan sekertarismu membawa berkas yang kubutuhkan."

Reksa menunduk patuh. Tumben sekali Riyonal mau orang lain menginvansi ruang kerjanya. Selama ini, Riyonal terkesan menutup-nutupi identitas asli. I
Reksa tak mau memikirkan lebih jauh. Ia segera memenuhi keinganan atasannya.

Riyonal memejamkan matanya. Ia menghela nafas berat, selalu di saat tengah bekerja. Otaknya hanya tertuju pada Xenata. Ingin rasanya Ia menghentikan seluruh aktifitasnya. Menghabiskan hidup bersama Xenata, lagipula meskipun Ia tak bekerja, uang tetap masuk ke dalam rekeningnya dalam jumlah besar. Harga senjata juga melonjak. Namun, tetaplah instingnya meminta Ia untuk bekerja sebagaimana mestinya.

"Masuk." Titah Riyonal, mendengar suara ketukan dari luar ruangannya.

Pintu terbuka lebar, menampilkan seorang wanita. Sekertaris Reksa cukup baik menurutnya.

"Perkenalkan Saya Sella Asyilla."

Riyonal berdehem menjawab perkenalan diri Sella. Demi apapun, tak ada yang menarik dari wanita itu. Sella meletakkan berkas di meja kerja Riyonal. Atmosfer ruangan menekan dirinya. Jemarinya bergetar, nafasnya tercekat, bulir-bulir keringat membasahi pelipis wanita itu. Ini mengerikan, Sella menggigit bibir bawahnya menahan diri.


Prang


Tanpa sengaja lengannya menyenggol bingkai foto. Hingga bingkai tersebut jatuh ke lantai. Pecahan beling berceceran di lantai. Sella mendongkak karna cemas.

Matanya menatap lurus pada retina Riyonal. Ia menelan ludahnya. Tatapan lapar di mata Riyonal membuatnya bergidik.

"T-tuan."

"Menunduk." Titah Riyonal. Rahangnya mengeras. Sialan, satu kesalahan baginya akan membawa kematian. Tak ada belas kasih, tak ada ampun. Segalanya harus sempurna.
Sella memainkan kukunya penuh kegugupan. Ia menunduk tak berani mengalihkan pandangannya sedetikpun.

Dari sekian banyak benda yang ada di meja miliknya. Mengapa Sella menjatuhkan bingkai foto bergambar Xenata? Riyonal mungkin akan memaklumi wanita dihadapannya. Tapi, tidak jika berhubungan dengan Xenata.

Riyonal mengetuk-ngetuk jarinya di permukaan meja kerja. Matanya tak lepas memandang betapa takutnya Sella. Iblis dalam dirinya berteriak meminta memuaskan hastrat haus darahnya. Sial.

Ia bangkit, mendekat pada Sella yang tak mampu berjalan mundur lagi karena sofa. Riyonal menarik tubuh Sella. Membanting wanita itu ke lantai. Sella meringis ketika pecahan kaca menggores kulitnya.

"Satu."

Ada jeda sejenak dari pergerakan Riyonal. Ia tengah memikirkan cara terbaik menghabisi wanita dihadapannya. Ia tak memiliki perlengkapan apapun, tembak mati? Ia memang selalu menyediakan pistol. Tapi, bukankah terlalu cepat jika harus menggunakan benda tersebut?

Ia melirik saku setelan yang Ia gunakan. Riyonal tersenyum menyeringai. Ia mengambil pena dari saku jas.

Mari membuktikan bahwa pena jauh lebih tajam dibandingkan samurai. Ia menekan ujung dari batang pena tersebut. Agar permukaan besi tinta pena itu keluar.

Ia menusuk telapak tangan Sella dengan acak. Hingga, daging dalam punggung tangan Sella mencuat keluar.

Teriakan kesakitan Sella memenuhi isi ruangan. Suasana mencekam membuatnya semakin menggila dilanda rasa takut.

"Ini untuk tangan yang menyenggol milik kekasihku." Ujar Riyonal datar. Ia hanya menatap lurus.

"Ini untuk mata yang berani menyorotku."

Riyonal menusuk bola mata Sella. Hampir setengah dari batang pena tenggelam di bola mata gadis itu. Riyonal menggerakkan tangannya dengan gerakan memutar di setiap inchi bulatan mata Sella. Terdengar bunyi beda basah yang seolah ingin mencuat keluar.

Riyonal tertawa. Ia tak pernah merasa semenarik ini. Darah menetes dari mata kiri Sella, membasahi lantai ruangannya yang mengkilap. Derit pintu mengalihkan fokus Riyonal.

Reksa masuk ke ruangan dan terdiam di tempatnya.

"Sebentar lagi, Aku akan memanggilmu." Titahnya pada Reksa. Reksa mengepalkan tangan menahan mual. Sial, tangan Riyonal masih bermain di bola mata bawahannya. Ia menutup pintu, tak kuasa menahan rasa mualnya.

Riyonal mencabut paksa batang pena dari bola mata Sella. Darah mengucur keluar. Bersamaan rintihan menyedihkan dari bibir gadis tersebut.

"Dua."

Riyonal menancapkan pena itu ke leher Sella. Berusaha keras merobek isi dari kerongkongan gadis itu. Suara retakan tulang tak terelakkan. Riyonal mengeraskan rahangnya. Persetan, tak ada gerakan lagi dari tubuh wanita ini. Yang artinya, Ia telah mati. Tidakkah kematiannya begitu cepat? Ini hal yang Ia benci, wanita memang bukan makhluk yang tepat untuk memuaskan hastratnya.

"Tiga."

Namun, Riyonal masih tak berhenti. Aliran darahnya masih mendidih, harus segera Ia puaskan. Ia menarik pena, menusuk tepat di titik pusar gadis yang terbujur kaku tersebut.

Riyonal merobek permukaan perut gadis itu, hingga usus dan organ lainnya terlihat jelas. Riyonal tertawa menyeringai. Pena memang lebih tajam dari samurai. Dan Ia dapat membuktikan hal tersebut.

Ia menarik usus Sella, mengeluarkan isi perut gadis itu dengan ujung pena. Tangan Riyonal telah dibanjiri oleh darah.

Ia bangkit, mengambil sapu tangan dari saku celana kainnya. Setelah membersihkan jejak darah. Ia memanggil Reksa. Berdecak menyadari darah tak sepenuhnya hilang dari kulit tangannya.

"Bereskan mayatnya. Aku akan pulang menemui Xenata." Riyonal melangkahi tubuh gadis yang tak lagi terbentuk sempurna itu tanpa perasaan. Meninggalkan Reksa yang nanar akan nasib bawahannya. Sial, mengapa Riyonal belakangan ini semakin brutal?








T.B.C


Ini malah Fullscene bareng Riyonal ya?

Yaudahlah yang penting Enjoy, iya nggak?

Saya harap kalian menyukai part ini!!!

Jangan melupakan kisah tentang Riyonal😂😂

PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang