- PROTECTOR -
[ Pelindung - 29 ]
AUTHOR POV
Riyonal menyorot pintu kamar mandinya dengan lekat. Retina mata miliknya yang berwarna hitam kelam itu tak pernah mengalihkan pandangan sedetikpun dari benda kayu jati tersebut. Jarinya menekan tombol 'Home' di layar handphonenya. Ia mendengus, seandainya dinding kamar mandinya terbuat dari kaca dan Ia dapat melihat setiap gerakan dari Xenata, Ia pasti takkan merasa sekhawatir ini. Ia hampir gila, ingin menerobos masuk dan menghancurkan pintu tersebut.
Sudah tiga puluh menit berlalu, penantiannya masih tak membuahkan hasil. Sebenarnya, apa yang gadisnya lakukan hingga harus berlama-lama dikamar mandi? Mengapa para gadis harus berlarut-larut di tempat menjijikan itu?
Riyonal mendesah legah, ketika terdengar suara knop pintu. Tangan dan matanya berpindah fokus pada handphonenya. Berpura-pura sibuk agar tak dicurigai oleh Gadis kesayangannya. Sesekali, mata pria itu bergeling melirik Xenata yang tengah menyisir rambut di meja rias.
Gadisnya ternyata telah berpakaian lengkap, baju lengan panjang dan kakinya dibalut oleh celana training. Riyonal memang tak menyukai jika Xenata menggukan pakaian yang membentuk lekuk tubuhnya.
Ia melangkah, mendekat pada gadisnya, menuntun Xenata untuk duduk di kursi rias.
Setelah itu, mengambil paksa sisir yang berada digenggaman tangan Xenata. Riyonal menyisir rambut gadisnya dengan gerakan pelan. Agar tak melukai Xenata. Rambut perempuan itu kini telah rapih atas ketelatenan dari Riyonal.
Riyonal menundukkan tubuh, menatap tajam Xenata melalui pantulan bayangan di cermin. Xenata ingin mengalihkan pandanganya. Tapi, Ia bersumpah tak mampu melakukan itu Pesona Riyonal terlalu memikat, hingga dirinya seolah tersedot oleh daya tarik pria tersebut.
"Kau sangat cantik, Xenata." Ucap Riyonal tepat ditelinga Xenata. Berbisik dengan baritone suaranya yang dalam.
Xenata menahan rasa gugup yang melandanya. Mengundang Riyonal untuk kembali bermain pada gadisnya. Ia menarik dagu Xenata. Memajukan wajah dan mengecup sekilas bibir tipis gadisnya.
"Mine." Kata Riyonal mutlak. Seperti singa yang menandai wilayahnya.
- oOo -
Xenata menatap bulan yang bersinar dengan cahaya terangnya. Ia menghela nafas panjang, pikirannya melayang jauh pada Renata. Ia tak pernah bisa melupakan dan menyelesaikan masalahnya. Riyonal terlalu tertutup, membuatnya takut bertanya pada pria itu. Xenata menoleh ketika Ia mendengar suara sepatu yang berdecit dengan lantai. Dari gerakannya saja, Xenata sudah bisa menebak itu adalah Riyonal. Aura dingin Riyonal kembali menelusup dalam dirinya. Sial, mengapa Riyonal begitu menggoda dan mengerikan disaat yang sama?
Riyonal baru saja pulang dari tempat kerja. Ah, Xenata sangat menginginkan untuk kembali menikmati masa-masa kerja. Namun, ketika Ia meminta kembali bekerja, Riyonal selalu menentang keputusannya. Bukankah Riyonal berjanji akan memenuhi seluruh keinginannya tanpa kecuali?
Xenata berjalan dan duduk di pinggiran ranjang, Ia menangkap kegiatan Riyonal yang melepas atribut nya satu-persatu.
"Tuan, bagaimana tentang Renata, sampai kapan Aku harus menanti?" Tanya Xenata. Alisnya bertaut, mengeryit mendapati Riyonal sempat terdiam beberapa derik tanpa gerakan apapun. Seolah, terkejut atas pertanyaan yang Ia lontarkan.
Rahang bawah Riyonal mengeras. Apakah ini waktu yang tepat? Ah, persetan. Ia akan mengungkapkan segalanya. Tak akan merahasiakan apapun dari gadisnya.
"Renata tidak nyata, itu hanya teman khayalan yang Kau ciptakan." Jawab Riyonal. Entah, Ia mencoba terdengar kasar.
"Jangan bercanda, Tuan." Timpal Xenata. Ia bahkan tertawa kecil.
Xenata terlalu sulit mencerna informasi yang diberikan oleh Riyonal. Mengetahui bahwa Riyonal tak mempermainkan dirinya. Tanpa sadar, air mata Xenata menetes. Benarkah perkataan Riyonal bahwa Renata yang selama ini menemani hidupnya hanya khayalan semata? Xenata ingin berteriak menyalahkan Riyonal.
"Aku tidak bercanda." Balas Riyonal tanpa menoleh sedikitpun. Pria itu mengepalkan tangannya kuat. Tak berani menerima respon dari Xenata. Ia takut, begitu takut melihat gadisnya terluka. Seandainya, Ia bisa menukar perasaan luka Xenata untuknya, Riyonal siap melakukan hal itu tanpa keraguan.
Tetapi, Ia juga tak ingin masalah Renata semakin runyam. Walau bagaimanapun, Ia tetap akan memberitahu Xenata.
- oOo -
Sejak semalam Xenata tak mengucapkan kata apapun. Xenata bahkan hanya berdiam dari balik selimut tanpa berbuat apa-apa. Riyonal memejamkan mata sekejap, Ia mendekat dan mengusap pelan rambut gadisnya. Kemudian berjongkok tepat di sisi tempat tidur dimana Xenata tengah tertidur.
"Xenata?" Panggil Riyonal lembut.
"Membutuhkan sesuatu? Aku akan menyediakannya untukmu." Lanjut pria itu. Xenata menggelengkan kepala. Ia menarik selimut agar menutupi tubuh hingga ujung rambutnya.
"Perlu bahu untuk menumpahkan perasaanmu? Aku disini, Sayang."
Xenata bangkit, Ia melempar selimutnya. Memeluk erat tubuh Riyonal, hampir saja dirinya terhuyung. Untungnya, Ia bisa menyeimbangkan diri.
Tangan kekarnya membalas pelukan Xenata. Sedangkan tangan sebelahnya mengusap rambut Gadisnya.
"A-aku tidak menyangka, bahwa Renata selama ini tidak nyata. Hiks, apakah Aku sangat aneh hingga menciptakan daya khayal yang tinggi?" Tanya Xenata, isakannya terdengar piluh.
"Tidak, tidak akan ada satupun orang yang akan mengatakan dirimu aneh, Xenata." Tegas Riyonal. Ia sendiri yang akan memastikan hal tersebut.
"Aku benci hidup Aku, Tuan."
Air mata Xenata tumpah di bahu bidang pria dingin tersebut. Sungguh, Riyonal jauh lebih membenci dirinya karena membuat air mata mengalir dari pelupuk mata kesayangannya. Ia menahan diri untuk tidak mengeluarkan sisi iblisnya yang meraung ingin melampiaskan rasa marah.
"Menangislah, setelah ini Kau tidak akan pernah meneteskan air mata lagi." Tukas Riyonal. Kini, memeluk Xenata jauh lebih erat.
T.B.C
Request kan yang minta Xenata dan Riyonal full scene😂😂
Hope u enjoy this storyyy❤❤❤
Vote dan komen ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]
Romance[ SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] #DARKROMANCE_SERIES Bagi Xenata, Riyonal adalah pria berdarah dingin yang tanpa ragu menghabisi nyawa siapapun, tak terkecuali keluarganya sendiri. Pria dengan sejuta pesona jantan yang tak ter...