BAGIAN 03

158K 13.5K 583
                                    

Haiiii❤

Vote sebelum baca
Dan jangan lupa meninggalkan komentar!


- BIGBOSS -

NORMAL POV

Xenata masih membatu ditempatnya. Tak beberapa lama, pintu terbuka dan seseorang masuk. Pria itu Reksa. Apakah Reksa akan menyelamatkan dirinya? Hanya itu yang ada dipikiran Xenata. Reksa masuk kedalam ruangan. Ia membungkuk patuh. Menepis harapan Xenata akan diselamatkan dari pria mengerikan itu.

"Maafkan, Saya Tuan. Ini kesalahan Saya" Ucapnya. Xenata mendengar nada suara ketakutan dari kata Direkturnya. Jika, seorang seperti direkturnya saja bergetar takut, bagaimana dengan dirinya?

"Keluar." Titah pria itu. Siapapun tak akan membantah.

"Baik, Tuan."

Reksa menuntun Xenata berjalan karena masih tak bergeming. Namun, tatapan Riyonal semakin mengerikan. Jika tatapan itu sebuah pisau. Maka Xenata dapat memastikan. Dia sudah mati dengan tubuh terkoyak pisau.

"Aku tidak mengatakan Kau boleh membawanya keluar, Reksa." Xenata menelan ludahnya susah payah. Ia mengumpat dalam hati. Kakinya bergetar tanpa sadar. Suara lelaki itu berat dan sangat dingin menggantung di udara.

Tak pernah dalam hidup Xenata. Merasakan atmosfer udara seperti ini. Seolah tekanan ditubuhnya menekannya jauh. Hingga bernafaspun terasa sulit.

Reksa menunduk lalu meninggalkan ruangan. Derit pintu yang tertutup menjadi saksi biru. Betapa mengerikannya lelaki itu.

Riyonal bangkit dan berjalan pelan. Suara langkah sepatunya yang beradu dengan lantai. Mempercepat detakan jantung Xenata.

Sebenarnya, siapa sosok lelaki tersebut?

Sreeeettt

Tak

Dalam hitungan detik, Xenata bahkan belum mengedipkan matanya. Hanya sekali gerakan. Ia kini terkunci dalam kukungan lelaki tersebut. Punggungnya disandarkan ke dinding. Hingga Ia tak bisa bergerak seinchi pun dari tempatnya. Dan jangan lupakan, tepat di lehernya, terdapat sebuah pisau tipis yang siap menggores kulit Xenata. Sekali Xenata menelan liur, maka dipastikan pisau tersebut akan menggoresnya.

Mata Xenata tak pernah lepas dari dada lelaki itu. Tinggi yang cukup kontras menyulitkannya untuk melihat lelaki itu. Terkecuali Ia mendongkak.

"Siapa Kau?" Tanya Pria itu. Bagaimana Xenata akan menjawabnya? Xenata merasa pisau ditangan pria itu semakin dekat.

"Ah, wanita sebelumnya?" Sambung pria itu. Xenata tak bergeming.

Xenata mendongkak, mencoba melihat siapa lelaki yang dihadapannya.

Namun, cahaya lampu menyinari mata Xenata. Ia tak bisa melihat dengan jelas raut wajah lelaki itu.

Yang Xenata pastikan satu hal, bahwa lelaki ini memiliki rahang yang sangat tegas.

"M-maafkan Saya Tuan!"

"Tidak."

Bahkan, Lelaki ini tak memikirkan penawaran Xenata terlebih dahulu. Apa hari ini benar-benar hari kematian bagi Xenata?

Tak apa, Xenata juga tak memiliki siapapun didunia ini selain Renita.

Xenata menutup matanya erat. Ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, kukungan lelaki itu terlepas.

"Pergi." Ucap lelaki itu. Xenata menundukkan kepalanya. Ia segera berlari meninggalkan ruangan tersebut.

Xenata menetralkan nafasnya, Ia saat ini berada di meja kerjanya. Tak ada seorang pegawaipun. Sepertinya, jam kerja telah usai. Xenata mengecek pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 6 petang.

Xenata merapikan meja kerjanya. Ia merasa sangat lelah.

Xenata mendesah pelan. Dia masih tak percaya atas apa yang dialaminya hari ini. Ia ingin pulanh, dan segera beristrahat. Xenata berjanji, takkan pernah kembali ke tempat ini. Lebih baik, dirinya bekerja sebagai seorang pelayan biasa.


- OOO -

Reksa mengetuk pintu beberapa kali. Lalu, Ia melangkahkan kakinya kedalam ruangan.

"Kau mengecewakanku." Sinis Riyonal.

Reksa membungkuk dalam. Riyonal melempar sebuah plastik kecil yang berbentuk transparan berisi serbuk berwarna putih. Riyonal menyungginggkan senyum menyeringai.
Ia kemudian duduk dimeja kerjanya, tangan pria itu bersedekap.

"Minum." Ucapnya.

Reksa paham betul serbuk apa yang diberikan padanya. Ia mengambil plastik tersebut.

"Satu.." Ucap Riyonal. Ia mengetuk-ngetuk telunjuknya dimeja kaca. Hingga terdengar irama bernada dari ketukannya. Reksa mengomsumsi serbuk putih itu.

"Dua.."

Riyonal menatap Reksa, tatapan rendah dan menusuk.

"Ti.." Belum sempat Riyonal menyelesaikan kata dari bibirnya. Reksa ambruk ke lantai. Bawahannya itu kejang-kejang sembari memegang erat dada kirinya.

"Reaksinya cepat juga." Ujar Riyonal.

Ia melirik jam tangan bermerek miliknya ditangan sebelah kanan.

"Serbuk itu akan memakan jantungmu dalam waktu tiga menit." Sambungnya. Hingga menit ketiga, Reksa terdiam. Lalu, membuka matanya perlahan. Jantung nya masih terasa sakit.

"Menikmati hukumanmu?" Tanya Riyonal. Ia menaikkan satu alisnya.

"M-maafkan Saya, Tuan."

"Tak ada kata itu dalam kamusku Reksa. Kau mengetahui diriku lebih dari siapapun."

Reksa menunduk. Menatap sepatunya, Ia tahu siapa Riyonal. Ia juga tahu serbuk apa yang dikomsumsi dirinya.

"Serbuknya aman, hanya merusak satu jaringan jantung. Kau tidak akan mati." Ucap Riyonal. Tanpa beban. Sedangkan Reksa sesekali meringis.

"Apa yang harus Saya lakukan pada wanita itu?" Tanya Reksa.

"Selidiki, wanita itu menjadi urusanku. Jangan menyentuhnya."

"Baik, Tuan."







T.B.C

Menyukai cerita ini?

Saya harap kalian menikmatinya❤❤

PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang