BAGIAN 27

100K 7.7K 685
                                    

Longtime no seeeee


- PROTECTOR -

[ NO MERCY - 27 ]






Senja telah terlewati, Xenata menutup pintu kaca balkon. Cuaca malam yang dingin di tambah angin kencang membuat tirai melambai tak terarah. Setelah tertutup rapat, Xenata mendongkak netranya memandangi langit. Ia mendengus, tak ada satupun bintang. Bahkan awan berwarna abu gelap bergumul. Benar, beberapa saat setelahnya hujan mengguyur seluruh kota.

Xenata mengusap lengannya, mengingat waktu dimana Ia bertemu kawan lama di sebuah mall. Mengapa Riyonal tak mengenal Zidan? Itu hal aneh, karena dalam bayangannya Riyonal sangat membenci Zidan. Riyonal selalu menganggap pria itu ingin merebut dirinya. Entahlah, mungkin menurut Riyonal itu bukanlah hal penting.

Tapi, sisi protektif Riyonal memang tak berubah sedikitpun. Ia tak diijinkan berbincang pada Zidan, walau faktanya Ia ingin membahas masa lalu dengan Abi. Pistol, tak ada kejadian berarti. Untungnya, Riyonal tak benar-benar menarik pelatuknya. Bagaimana bisa seorang warga sipil memiliki senjata tersebut? Apakah Riyonal mata-mata negara? Hingga identitasnya harus selalu Ia sembunyikan? Ah, lalu statusnya sebagai seorang CEO? Xenata sendiri juga bekerja di perusahaan Riyonal.

"Belum tidur?"

Xenata terlonjak mendengar pertanyaan tersebut, suara berat Riyonal meluruhkan sendinya. Xenata membalikkan tubuhnya, Riyonal tengah menutup pintu. Tangan besar pria itu mengunci pintu. Meletakkan kunci di saku setelan yang Ia kenakan. Semua terekam di memori Xenata.

"Kemari." Titah Riyonal, tubuh Xenata bergerak seperti permintaan Riyonal. Riyonal penguasa dan dominan, siapapun akan terhipnotis ketika pria itu mengucapkan satu perintah tanpa bantahan.

Riyonal menarik lengan Xenata ke pelukannya. Mengeratkan lengannya di pinggang Xenata. Xenata menyembunyikan dirinya. Sedangkan Riyonal tersenyum tipis.

"Kau, Aku bersumpah akan menghancurkan apapun yang membuatmu pergi dariku. Xenata, maaf untuk mengatakan ini, tapi Aku takkan pernah melepasmu. Cukup tetap disisiku, apapun keinginanmu akan kupenuhi tanpa kecuali." Ucap Riyonal, berbisik di telinga Xenata, Ia bahkan dengan sengaja menggigit ujung daun telinga Xenata. Menggoda gadis kesayangannya.

Detakan jantung Xenata menggila, Ia menelan liurnya susah payah. Ia kesulitan bernafas, Riyonal mencuri oksigen disekitarnya.

"Untuk sekarang, Aku harus menikmati ini dulu-" Lanjutnya, menunduk dan mencium bibir Xenata. Pelan, hangat, namun menuntut. Xenata memanas, Riyonal membakar tubuhnya dalam gairah. Suhu yang dingin karena hujan, tak mempengaruhi dirinya.



- oOo -

Susunan rapih benda tajam, gunting, pisau, cutter dan lain-lain memenuhi meja yang terletak di sebelah Riyonal. Riyonal menggunakan kemeja biru berlapis setelan hitam. Ia mengancingi setelannya, lalu bangkit dari tempat nya duduk. Tak ada ekspresi dari raut wajah pria itu.

"Reksa," Panggilnya, Reksa menunduk hormat. Posisinya berdiri dibelakang Riyonal.

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Riyonal.

"Kami menjaga kondisinya, tak melakukan apapun pada pemuda itu."

"Aku ingin Kau yang mengerjakannya."

"Tentu, Tuan."

Ruangan kosong, hanya ada satu pintu jalan keluar dan jalan masuk. Ruangan baru di mansion Riyonal, di desain kedap suara. Riyonal menyerahkan pisau dapur yang nampak tajam pada Reksa.

"Potong seluruh jari tangan dan jari kaki,"

Zidan mendengar perintah itu, Ia menggeleng kuat. Namun, tak dapat bergerak karena kaki dan tangannya terikat oleh rantai. Matanya di tutup oleh kain, membuatnya tak bisa menyaksikan dan mengetahui sekitarnya. Ia mengingat satu hal, kemarin dirinya di tarik paksa oleh segerombolan pria yang bersetelan lengkap.

"Siapapun namamu, statusmu, Aku tidak perduli. Untuk jemarimu yang menyentuh Xenata. Aku takkan mengampuninya." Ucap Riyonal.

Riyonal menaikkan satu alisnya, memberi kode pada Reksa. Reksa melangkah ragu, Ia menghentikan gerakannya yang menggores jari Zidan dengan pisau.

"I-istrinya sedang mengandung-"

Seulas senyum menyeringai tercetak di bibir Riyonal. Tatapannya menusuk, seolah mencabik jengkal tubuh Reksa.

"Mau menggantikan dirinya?"  Rahang bawah Riyonal mengeras.

"M-maafkan Saya, Tuan. Saya akan mematuhi perintah Anda."

Teriakan penderitaan Zidan terdengar, Penjaga maupun Reksa dapat merasakan jeritan pria itu. Ketika, Reksa memotong satu-persatu jari Zidan.

"Daun telinga."

Reksa menoleh, Ia menunjuk daun telinga Zidan. Riyonal menanggapinya dengan tersenyum miring.

"Iris keduanya."

Tetesan darah jatuh pada pakaian yang dikenakan oleh Zidan. Tubuh dan persediannya melemas. Ia tak bisa menebak apapun, selain rasa sakit yang menderanya.

"Tarik, Reksa." Titah Riyonal, Reksa menatap sendu telinga Zidan. Ia mengirisnya tepat segaris tengah.
Dan Riyonal meminta dirinya untuk menarik paksa daun telinga Zidan agar putus. Shit, Reksa mengumpat keras dalam hati.

Sreeett

"ARGGHHHH"

Sekali tarikan kuat, daun telinga itu kini berada digenggamannya. Pengawal lain memalingkan wajah.

"Bajingan di hadapanmu menyebut Gadisku dengan kata mesra, apa yang harus ku lakukan agar membungkam suaranya, Reksa?" Tanya Riyonal, seratus persen Reksa sudah tahu apa yang dipikirkan oleh Riyonal.

"Ya, Kau benar. Masukan obat tersebut, Reksa."

Reksa mendesah nafas berat, Ia mencekoki Zidan dengan bungkus zat yang baru saja Ia temukan. Obat jenis terbaru, mereka sendiri belum menguji obat itu. Yang mungkin, efek sampingnya bisa lebih parah dari membakar laring tenggorokan.

"Ah, obatnya bekerja sangat baik." Ucap Riyonal, kulit leher Zidan melepuh, matanya terpejam. Satu gerakan tangannya yang membuktikan bahwa Ia masih dalam keadaan bernyawa.

"Tuan Riyonal?!!! Apakah Kau disana?"

Riyonal menatap pintu ruangan, Ia mengeryit. Bagaimana bisa Xenata menemukan ruangan ini?

"Reksa selesaikan tugasmu, tembak mati. Jangan ada kesalahan sedikitpun. Aku akan menemui Xenata."

Dan Riyonal melangkahkan kaki meninggalkan ruangan.






T.B.C

Yaudah deh segitu dulu🤣🤣

Mau join gc wa nggak?

PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang