Jangan lupa meninggalkan jejak Anda dikomentar, biar semakin semangat updatenya❤
Vote sebelum membaca❤❤
- PROTECTOR -
[ Lovely Moment - 23 ]
NORMAL POV
Cairan merah pekat dari sisi telinga Bennedict menetes hingga membasahi seprei berwarna putih. Namun, tatapan mata Riyonal semakin mengerikan. Ia menikmati bagaimana penderitaan Bennedict. Bukannya mengurangi sensasi haus yang membakar jengkal tubuhnya, justru bertambah. Riyonal ingin menyiksa pria ini, sangat. Lebih dan lebih, monster dalam dirinya berteriak. Takkan pernah mengampuni Bennedict, pria ini telah menyebabkan Gadisnya terluka berkali-kali. Siapa Bennedict berani melakukan hal itu? Sedangkan, Riyonal sendiri takkan pernah melukai Xenata? Hahaha, kematian Bennedict akan menjadi saksi bisu. Bagaimana seorang setenang dan sebengis Riyonal, terbangun dari tidurnya. Selama ini, Riyonal masih berbaik hati pada apa yang menganggunya. Tapi, itu tidak berlaku, bagi siapapun yang mengusik Xenata.
"Tuan." Panggil Reksa, Ia kembali karna tak mampu membimbing Xenata.
Riyonal melirik tanpa menolehkan kepalanya. Terlalu fokus pada Benneditc, yanh saat ini mengemis memohon ampunannya.
"Nyonya Xenata, tak mampu menopang tubuhnya. Kurasa sebaiknya Anda yang turun tangan, Tuan." Ucap Reksa, berhati-hati pada nada ucapannya. Ragu, jika Ia terkesan mendominasi dan memerintah Riyonal.
Riyonal menutup kelopak matanya, menetralkan emosi.
"Ya." Balas Riyonal singkat, Ia bangkit dan melangkahkan kaki. Hatinya yang sekeras baja, meleleh. Melihat kondisi Xenata yang cukup memprihatinkan. Kata maaf dari bibirnya bahkan tidak akan berguna.
Ia melepaskan jas hitam miliknya, menyampirkan pakaiannya di pundak Xenata. Kain yang panjang membungkus tubuh lemah Xenata. Tangannya tergerak, menggendong Xenata. Brydal Style. Kaki jenjang Riyonal menuruni anak tangga satu-persatu. Melangkahi mayat pengawal Bennedict yang berserakan.
Suara isakan Xenata menghentikan langkah Riyonal. Ia semakin mengeratkan rangkulannya pada tubuh wanita itu.
"Aku disini, Xenata. Takkan pernah meninggalkanmu. Tidurlah." Bisiknya pelan.
Xenata menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang Riyonal. Riyonal masuk ke dalam mobil miliknya, Ia membiarkan Xenata duduk di pangkuannya. Melindungi kepala gadisnya dengan telapak tangan. Takut jika ada guncangan, kepala Xenata mungkin akan menyentuh langit-langit mobil. Walau, hal itu tak perlu dilakukan Riyonal. Karena jarak antara kepala Xenata dan langit-langit mobil sangat jauh. Riyonal tak peduli, apapun kemungkinan yang melukai Xenata. Ia akan tetap melindunginya.
- oOo -
Bangunan megah atas nama Riyonal terpatri jelas. Menjadi bangunan yang paling angkuh diantara deretan mansion lainnya. Siapapun akan berdecak kagum melihat interior mansion milik Riyonal.
Riyonal menidurkan Xenata di tempat tidur King Size di kamar utama mansion. Ketika akan beranjak, tangan Xenata menarik kemeja putih yang Ia kenanakan. Riyonal menoleh, menurunkan pandangannya pada Xenata. Xenata yang menatapnya ragu dan penuh kesedihan.
"Aku ingin membicarakan sesuatu padamu."
Riyonal takkan menolak permintaan Xenata. Hanya saja, kondisi Xenata terlalu buruk untuk saat ini.
"Tidurlah, Kau butuh istrahat." Titah Riyonal. Ia berjanji, akan mendengar apapun yang ingin Xenata ungkapkan padanya. Tentu, setelah Xenata beristrahat.
"Aku harus membicarakan ini sekarang." Tanpa sadar, volume suara Xenata meninggi. Ia bangkit dari posisinya, duduk di pinggiran ranjang. Wajahnya berpapasan dengan perut Riyonal. Ia mendongkak, melihat Xenata yang kesulitan. Riyonal berjongkok di hadapan gadis itu.
Kini, tatapan mata mereka saling bertaut satu sama lain. Dalam dan penuh arti. Memuja dan menginginkan. Sikap angkuh, dingin dan bengis dari Riyonal menghilang tanpa bekas. Hanya ada pria biasa yang begitu mendamba dan mencintai. Aura hitamnya berganti menjadi hangat. Tak ada satupun niat jahat di dirinya. Ntah mengapa, dada Xenata berdesir kuat. Menyadari bagaimana Riyonal memandangnya. Nyalinya untuk mengutarakan mengenai keluarga Riyonal lenyap. Riyonal tersenyum tipis. Seolah tak tersenyum.
Cup
Ia memajukan wajahnya, mengecup bibir Xenata. Pelan dan lembut. Hanya menempel tanpa berniat lebih. Hanya ingin menyalurkan seluruh perasaanya pada ciuman tersebut. Xenata terdiam menikmati.
"Dengarkan Aku, sekarang istrahat. Aku akan ada di sebelahmu sebelum Kau terjaga. Setelah itu, Aku siap mendengar apa yang ingin Kau katakan." Ucap Riyonal. Setelah mengakhiri pangutannya dibibir tipis Xenata. Ia mengusap rambut panjang Xenata.
"B-baiklah, Tuan."
Riyonal menangguk, tak peduli panggilan Xenata padanya terdengar canggung. Tak masalah, jika Xenata ingin memanggilnya 'Tuan' itu urusan Xenata. Jika gadisnya merasa nyaman. Itu poin terpenting.
Riyonal bangkit, sebelum beranjak sepenuhnya. Ia menyempatkan diri memeluk Xenata erat. Dan Xenata menatap punggung Riyonal yang berlalu.
- oOo -
Langkah kaki Riyonal menggema disebuah ruangan kosong. Atmosfer ruangan yang berat. Hingga, ruangan kotor tersebut terlihat sangat kumuh.
Di setiap sisi ruangan terdapat mesin AC yang suhunya di atur rendah. Ruangan dingin, paling cocok untuk menyiksa dan menyerang sistem pernafasan manusia. Suhu dingin jauh lebih berbahaya dibanding suhu panas. Manusia sanggup bertahan hidup dicuaca panas, tapi tidak dengan cuaca dingin. Maka dari itu, Riyonal mengatur segalanya.
Ia menatap tubuh Bennedict yang terkulai di lantai, hanya menggenakan celana kain hitam tanpa atasan.
"Reksa." Bukan memanggil, tapi memerintahkan Reksa. Reksa menunduk, lalu mencekoki Bennedict serbuk berwarna kuning muda. Satu detik, serbuk tersebut mulai bereaksi. Tubuh Bennedict kejang beberapa saat. Setelahnya, tak mampu menutup kelopak matanya.
"Aku lupa nama serbuk tersebut. Efeknya sangat bagus untukmu, Bennedict. Sel otakmu akan bekerja, hingga Kau tak dapat pingsan atau tertidur apapun yang kulakukan. Baiknya, Kau bisa merasakan segala penyiksaanku padamu." Ucap Riyonal di sertai senyum menyeringai.
"Let's try, apa yang akan kulakukan pertama kali?" Tanya Riyonal, untuk dirinya sendiri. Matanya mengedar, memilih alat-alat yang sedang digenggam bawahannya. Pilihannya jatuh pada satu benda, Ia terulur dan meraih benda tersebut.
Penderitaan Bennedict akan dimulai.
T.B.C
Sudah berapa kali Kamu memikirkan merebut Riyonal dari Xenata?
😂😂😂
Menyukai cerita ini?
Menikmati cerita ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]
Romance[ SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] #DARKROMANCE_SERIES Bagi Xenata, Riyonal adalah pria berdarah dingin yang tanpa ragu menghabisi nyawa siapapun, tak terkecuali keluarganya sendiri. Pria dengan sejuta pesona jantan yang tak ter...