BAGIAN 34

87.1K 6.9K 209
                                    


- PROTECTOR -

[ Spy - 34 ]

AUTHOR POV




Kemeja merah hati, dipadu dengan waistcoat dan jas hitam membalut tubuh Riyonal. Senyum Xenata tergambar dibibir gadis itu bak matahari terbit yang cerah. Ia memperhatikan bagaimana Riyonal membahas mengenai gaun dan tuxedo yang Ia inginkan. Wajah pria itu nampak serius. Sial, Riyonal benar-benar luar biasa! Tidak masalah jika dirinya harus dikurung di mansion pemuda jantan tersebut. Toh, selama berada disana. Ia tak kekurangan satupun. Meski aksesnya untuk bersosialisasi dibatasi oleh Riyonal.

"Sudah selesai."

Xenata beranjak dari tempat nya duduk. Ia berdiri disebelah Riyonal. Tangan kekar pria itu bertengger di pinggangnya. Memeluk dirinya erat hampir tak ada jarak. Riyonal tak terganggu oleh pandangan para pegawai yang begitu memuja dirinya. Xenata bukan orang bodoh yang tak membedakan bagaimana tatapan gadis-gadis terpana pada prianya.

"Riyonal." Panggilnya. Langkah kaki Riyonal terhenti. Ia menoleh dan menatap lurus pada Xenata.

"Bolehkah Kita- Aku dan dirimu menikmati satu film bersama?" Sebenarnya, bukan itu yang ingin Xenata ungkapkan!

Tapi, entah mengapa justru kalimat tersebut yang meluncur dari mulutnya. Aura Riyonal menekan udara membuatnya salah tingkah. Apalagi, pria ini menatapnya seolah sangat menanti dirinya.

Riyonal melanjutkan langkah kakinya, mereka kini keluar dari ruangan butik. Reksa menunggu di depan ruangan mengikuti setiap langkah Riyonal. Beberapa penjaga juga sudah bersiap mengawal keduanya.

"Reksa, cari bioskop terdekat."

Riyonal mengucapkan perintahnya tanpa menoleh pada Reksa. Reksa mengangguk dan menunduk hormat. Ia menundurkan diri, meminta para pengawal lain menjaga bagian belakang.


- oOo -


Fasilitas luar biasa dari desain mobil Mercedes E-class Amg Line, sungguh memanjakan Xenata. Ia bahkan terlelap dalam tidurnya akibat empuknya bahan dari kursi mobil tersebut. Riyonal menoleh ketika dirinya menyadari bahwa leher Xenata tampak tidak nyaman dari tidurnya. Ia merapatkan tubuh, menuntun kepala Xenata tertidur di pundaknya.

Sesekali Riyonal mengusap jemari Xenata. Ia ikut memejamkan mata. Namun, indra pendengarannya tetap berfungsi sepenuhnya. Takut-takut jika ada ancaman yang datang. Sopir mobil Riyonal sudah terparkir di halaman gedung besar salah satu bioskop terbaik di pusat Kota.

Sopirnya hendak memberitahu bahwa mereka telah tiba ditujuan. Dengan sigap Riyonal memberinya kode agar berdiam dan tak mengusik tidur Xenata. Gadisnya kelelahan dan Ia tak ingin membangunkan Xenata. Pengawalnya yang berjumlah puluhan telah bersiaga di sekitar mobil Mercedes silver tersebut.

Beberapa diantara mereka menunduk menahan nyeri akibat terlalu lama berdiri. Sudah hampir satu jam penuh Riyonal tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Riyonal tertawa pelan. Khusus hari ini, pertahanannya yang sekeras baja tersebut mungkin akan mengampuni mereka. Jika tidak, peluru dari pistol yang bersembunyi dibalik jasnya mungkin telah menembus, melelehkan otak mereka.

Gerakan kecil dari Xenata mengundang insting Riyonal menoleh pada gadisnya. Wajah Xenata membengkak karena tertidur. Ia membuka netranya. Memicingkan mata karena cahaya yang menyerangnya begitu silau.

"Sudah bangun, Sayang?" Baritone suara rendah itu menyapa Xenata.

"B-berapa lama Aku tertidur?" Tanya Xenata dengan nada serak. Riyonal menyodorkannya air mineral. Yang dirampas paksa gadis tersebut. Tenaganya melemah, Ia tak bisa membuka tutup botol itu membuat Xenata merengut.

"Kemarikan, Aku akan membukanya untukmu." Ujar Riyonal melembut. Ia mengambil botol tersebut. Sekali putar dan segel dari botol itu terbuka.

Xenata meneguknya terburu. Ia terserang dehidrasi. Tenggorokannya yang kering kini basah oleh air tersebut.

Ia mengucak kedua matanya dengan punggung tangan. Riyonal tertawa memperhatikan aksi gadisnya. Ia mengusap rambut hitam Xenata yang berantakan. Lalu, mengapitkan poni gadis itu di belakang telinga.

"Ingin tetap menonton atau ingin pulang? Kau terlihat lelah."

Xenata mengerutkan keningnya. Dirinya berpikir keras. Ia memang ingin pulang karena lelah, tapi keinginannya untuk nonton bersama Riyonal masih menggebu-gebu.

"Jika Kita pulang sekarang, apakah Kau akan mengurungku lagi, Riyonal?"

Riyonal menaikkan alisnya, Ia tersenyum miring menanggapi pertanyaan Xenata. Jadi, upayanya untuk melindungi Xenata dianggap sebagai kurungan? Tapi, tak masalah. Dunia luar terlalu berbahaya bagi Xenata. Posisinya lah yang memaksakan dirinya memilih mengurung Xenata di mansionnya.

"Besok Kita bisa menonton, Aku akan memenuhi hal itu. Sekarang, Kau perlu istrahat." Putus Riyonal.

Xenata mengangguk bersemangat. Baiklah, karena Riyonal telah berjanji. Pemuda itu akan menepati janjinya, bukan?

- oOo -

"Kami sudah menangkapnya, Tuan."

Jemari Riyonal yang tengah mengetuk-ngetuk kaca dari permukaan meja kerjanya terhenti. Ia mengejapkan mata sekali. Lalu, menoleh pada seseorang yang tengah berlutut di depan meja. Riyonal memainkan lidah di dalam rongga mulutnya, Ia mengusap bibirnya dengan tangan.

"Siapa yang memerintahkanmu?" Tanya Riyonal.

"...."

Tak ada jawaban. Pemuda tersebut sengaja tak menjawab. Bahkan tak ada niatan bagi pemuda itu untuk berbicara. Rahang Riyonal mengeras, Ia mengepalkan tangan. Sial, Ia sudah memastikan jika pria ini membuntutinya sepanjang perjalanan dari mansion. Pemuda itu pasti ada maksud tertentu mematai-matai dirinya.

Suasana hening yang tercipta tetap tak mampu untuk Riyonal berkonsentrasi. Jika Ia membunuh pemuda dihadapannya, Ia takkan mendapat informasi apa-apa. Yang artinya, Ia takkan tahu apa tujuan dari pemuda itu. Jika Ia tak membunuhnya, ini akan melukai sisi iblisnya yang tak akan memberi ampun siapapun.

Gotcha! Riyonal bisa memiliki keduanya. Membuat pemuda dihadapannya berbicara dengan penyiksaan.

"Bawa keruang putih atau bawa keruang peralatan. Aku tak masalah atas keduanya." Titah Riyonal. Pemuda itu menatapnya penuh permohonan. Ia ingin meneriaki Riyonal. Namun, mulutnya di tutupi kain dan sekujur tubuhnya nyeri tak bisa melawan.
Riyonal mengabaikan ringisan dari pemuda itu.

Karena, hanya ada satu kepastian.
Siapapun yang berani menyentuh daerah batasannya, akan mati mengenaskan.






T.B.C

Mungkin sudah bisa menebak kejadian selanjutnya?

Salam dari Riyonal😂😂

Spam here for next chapter!

PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang