Jangan lupa meninggalkan jejak di komentar❤
- PROTECTOR -
[ Hukuman - 22 ]
NORMAL POV
Derit pintu beradu dengan lantai mengalun. Baik Bennedict dan Xenata menoleh menatap kaki Riyonal yang melangkah angkuh dengan aura kekuasaannya. Pengawal yang berada dalam ruangan tak banyak berbuat apa-apa. Jumlah mereka sekitar sepuluh orang. Namun, mereka adalah yang terbaik diantara terbaik. Badan kekar yang terbungkus setelan rapih tak mempengaruhi Riyonal sedikitpun. Satu gerakan tangan saja, Riyonal bisa membunuh hampir seluruh pengawal. Raja hutan takkan bergetar takut dengan tikus-tikus yang mencoba menerkamnya.
Mata Riyonal berkilat penuh amarah. Melihat kondisi tubuh Xenata. Yang di ikat dan terkulai lemas. Punggung gadisnya bersandar di kepala ranjang. Menatapnya sendu. Bennedict memperhatikannya. Menciptakan senyum menyeringai dibibir pria itu. Ia tak salah memilih tahanan. Permainannya akan dimulai.
Tuk
Bennedict menodongkan pistol tepat di pelipis Xenata. Detik berikutnya, Riyonal mengangkat tangannya. Mengarahkan ujung pistol di genggamannya di kepala Bennedict. Takkan pernah membiarkan Xenata dalam bahaya.
"Jauhkan benda sialan itu!" Teriak Riyonal. Suara lantangnya menggelegar. Jika, Bennedict mengincarnya. Ia salah menggunakan Xenata sebagai umpan. Karena, sisi Iblisnya yang selama ini tertidur. Akan bangun, dan bersiap menghancurkan jengkal tubuh Bennedict. Riyonal bersumpah atas namanya.
Bennedict tertawa remeh. Riyonal takkan berani. Sekalipun, pria itu ingin menghabisinya. Tentulah, akan menyelamatkan Xenata lebih dahulu.
"Tarik pelatukmu Riyonal, maka kupastikan Xenata mati bersamaku." Ucapnya menantang. Xenata terpaku dilanda ketakutan. Situasi ini, Ia benar-benar tak menyukainya.
Rahang Riyonal mengeras, gigi-giginya bergemelatuk. Xenata baru menyadari, jika seluruh pengawal ikut menodong tubuh Riyonal dengan senjata. Namun, Riyonal tak peduli. Fokusnya, hanya pada Xenata. Riyonal tidakkah Ia merasa sakit pada darah yang menetes dari bahunya? Rasa bersalah menyerang Xenata. Mengingat waktu dimana Ia memaksa Riyonal membunuh dirinya. Walau demikian, peluru tersebut justru tertanam di bahu kirinya. Dan Ia tak tahu lagi, apa yang terjadi setelahnya.
"Hentikan, Dia takkan mampu membunuhku." Ujar Bennedict. Menoleh pada pengawal-pengawalnya. Hingga, para pengawalnya menurunkan senjata yang ditodongkan untuk Riyonal. Riyonal tak bergeming. Kewaspadaannya meningkat.
"Lempar senjatamu dan berlutut dihadapanku maka Aku akan memikirkan negosiasi lainnya. Lalu, membebaskan Xenata"
Setiap aliran darah Riyonal bergerak mengikuti perintah dari bibir Bennedict. Seolah, robot yang di setting agar patuh ketika Bennedict mengucapkan kata 'membebaskan Xenata' . Riyonal akan melakukan segalanya.
Trangggg
Riyonal melempar pistol di genggamannya. Kemudian, melipat kaki. Berlutut tepat di depan Bennedict yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur.
Xenata dan para pengawal terbelalak. Bagaimana bisa seorang penguasa seperti Riyonal menjatuhkan harga dirinya?
Pistol yang di todongkan pada Xenata berpindah ke sisi tempat tidur. Situasinya semakin mencekam. Ia menggigit bibirnya kuat. Takut-takut, apa yang selanjutnya terjadi akan membahayakan nyawa Riyonal."Aku ingin seluruh saham atas namamu, diganti menjadi milikku." Sambung Bennedict.
Riyonal mendongkak, wajahnya terlihat datar. Namun, tatapannya tak gentar.
"Hanya itu yang Kau butuhkan?" Riyonal tersenyum menyeringai. Bagi Riyonal, itu tak sebanding. Memikirkan nya saja membuatnya ingin tertawa keras. Harta, nyawa dan kedudukannya setinggi ini. Jauh tak berarti apa-apa jika ditukar dengan Xenata.
Bennedict mengeryit tanda tak mengerti.
"Baiklah, Aku akan memenuhi keinginanmu. Lepaskan Xenata. Dia tak ada bandingannya sama harta-hartaku yang Kau gilai." Ucap Riyonal santai.
"Wow, Aku tak mengerti kenapa Kau sangat menyukai gadis jalang ini."
Tangan Riyonal mengepal. Tak masalah, jika dirinya di lecehkan. Tapi, jiwanya akan terusik selama Xenata yang di bawa. Ingin sekali, Ia mengoyak tubuh Bennedict.
Ia melirik ke samping kiri. Mengikuti insting, mencari keberadaan Reksa. Ia harus mengulur waktu, agar Reksa dapat masuk keruangan ini.
"Ku harap Kau tak menyesali perbuatanmu hari ini, Bennedict." Tutur Riyonal. Disertai senyum menyeringai. Tatapannya menusuk, telah siap untuk membalaskan rasa haus darah di dirinya. Waktunya untuk balas dendam.
"Xenata, tutup mata mu. Jangan membukanya, kecuali atas izinku." Titah Riyonal. Xenata mengangguk dan menutup matanya erat.
Dor
Dor
Dorr
Bennedict terkejut. Hanya dengan satu kedipan mata, seluruh pengawalnya tewas tak berdaya. Tergeletak berserakan dilantai. Dengan luka disekujur tubuh. Refleks, Ia meraih pistol miliknya. Namun, sebelum itu terjadi. Riyonal lebih dulu bergerak cepat.
Dorr
Riyonal menembak pergelangan tangannya. Hingga Ia merintih dan berteriak kesakitan.
"Kau salah memilih lawan." Ucap Riyonal. Bangkit dari posisinya yang tengah berlutut.
Ia memasukkan tangannya ke dalam setelan yang Ia kenakan. Mengganti pistol dengan pisau tipis. Reksa melangkahkan kakinya, kain yang membalut tubuh sempurnya penuh percikan darah. Ia menunduk hormat di hadapan Riyonal."Maafkan Saya, Tuan membutuhkan banyak waktu." Ia harus membersihkan seluruh pengawal dan penjagaan ketat keluarga Bennedict.
"Lindungi Xenata, Aku sendiri yang akan mengurusi bajingan kurang ajar ini."
"Baiklah, Tuan."
Xenata masih tak membuka kelopak matanya. Tubuhnya bergetar takut. Namun, mendengar jelas perintah Riyonal pada Reksa. Ia bernafas legah.
Bennedict mundur begitu Riyonal mendekat. Merasakan atmosfer udara disekitar nya dilingkupi aura gelap tubuh Riyonal.
"Aku tidak akan membunuhmu dengan mudah, Bennedict. Ini akan menjadi kematian paling nikmat bagimu." Ucap Riyonal. Ia menarik salah satu daun telinga Bennedict. Lalu, mengirisnya menggunakan pisau tipis dan sangat beracun.
Bennedict memohon ampun. Tapi, Riyonal tak mengindahkan permohonan pemuda tersebut.
T.B.C
Saya harap kalian menikmati cerita iniii❤❤
Bagaimana tanggapanmu tentang Riyonal?
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]
Romance[ SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] #DARKROMANCE_SERIES Bagi Xenata, Riyonal adalah pria berdarah dingin yang tanpa ragu menghabisi nyawa siapapun, tak terkecuali keluarganya sendiri. Pria dengan sejuta pesona jantan yang tak ter...