BAGIAN 26

100K 8.6K 807
                                    

RIYONAL LOVERS ANGKAT JEMPOLNYYYAAA, HAHAHA.

- PROTECTOR -

[ Terusik - 26 ]

NORMAL POV




Lagi, Xenata menghela nafas panjang. Tak terhingga jumlah kesulitan yang Ia hembuskan. Tangannya menekan tombol power dari remote tv. Berniat menghentikan kegiatannya menonton benda pemberi segala informasi dah hiburan tersebut.

Ia memandang tak minat, benda sejuta umat yang tergeletak di permukaan nakas. Tidak ada jaringan internet, lalu bagaimana Ia akan mengakses sosial media miliknya.

Beberapa waktu hidup di mansion megah Riyonal, membuatnya kehilangan jalur kontak dengan dunia luar. Seolah, dirinya kembali ke jaman dahulu. Ia lelah, Ia bosan, teramat sangat bosan.

Netranya bergulir, mendengar derit pintu yang beradu di lantai. Pria bersetelan lengkap menyorotnya. Tatapan dingin, aura gelap dan ketampanan luar biasa. Xenata menelan liurnya susah payah. Atmosfer kamar mendadak berubah. Perasaan takut, cemas dan terlindungi menelungkupi relung Xenata.

Riyonal, pria itu. Mengapa memiliki pesona sesialan ini?

"Xenata." Suata itu, hampa. Menggantung di udara. Xenata meremang.

"T-tuan.."

Seulas senyum miring tercetak di bibir Riyonal, garis wajahnya datar. Menggoda dan terlalu sayang untuk di lewatkan. Ritme detakan jantung Xenata menggila. Berkali-kali memacu cepat seiring dengan langkah sombong dari prianya.

Dalam hitungan detik, pandangan mata keduanya beradu. Sendunya tatapan Riyonal, mengunci pergerakan sendi Xenata.

"Aku sangat merindukanmu." Perkataan itu, tertancap di hati Xenata. Membekas, membakar dirinya dalam kehangatan.

"Membutuhkan sesuatu, Sayang?" Tanya Riyonal. Kini, menempatkan dirinya tepat di sebelah Xenata yang duduk di pinggiran tempat tidur.

Xenata ingin mengumpati Riyonal, ingin mencerca pria ini. Ingin mengeluarkan gundah hatinya. Mulutnya kaku, tenggorokannya tercekat. Dan Ia hanya mampu diam tak berkutik.

"Aku akan menuruti segala permintaanmu. Apapun dan bagaimanapun."

"Aku-"

"Tidak berlaku jika Kau meminta Aku pergi dari hidupmu."

Aliran darah Xenata mengalir cepat. Merasa panas di sekitar pipinya. Walau, tak merona layaknya gadis pada umumnya. Bibirnya bergetar menahan senyum. Ia malu, sangat.

"Bisakah Aku menemui Renita, tolong ijinkan Aku."

Sorotan mata Riyonal tak pernah lepas dari tubuh Gadisnya. Tak ada objek lain yang mampu mengalihkan perhatian pria itu. Hanya Xenata.
Ia nampak berpikir beberapa saat, lalu mengetuk jari telunjuknya di paha.

"Kita bisa bertemu dengannya. Tapi, untuk sekarang. Mari melakukan hal yang lebih menyenangkan."

"Aku bahkan membayangkannya berada disini, Aku merindukannya." Xenata menunduk dalam.

Riyonal menurunkan kepalanya, jarak antara dirinya dan Xenata menipis. Bibirnya, menggelitik kulit telinga Xenata.

"Lalu, kapan giliranmu memikirkanku? Tidakkah, Kau tahu bahwa Aku benar-benar membenci jika orang lain mengisi pikiran dan hatimu, Xenata?"Bisiknya parau.

Tangannya terulur, menyingkirkan anak rambut yang menghalau pandangan Xenata.

"M-maafkan Aku" Xenata hampir menjerit, ketika telapak tangan Riyonal menggenggamnya erat.

"Ayo, menghabiskan waktu bersamaku."



- oOo -


Cuaca terik mentari menyinari bumi. Nampak cerah dan hangat. Xenata menatap puluhan bangunan pencakar langit yang mereka lewatkan. Riyonal duduk di kursi sebelahnya. Tak banyak melakukan pergerakan. Bibir Xenata menyunggingkan senyum lebar. Nampak puas, Ia seolah terbebas dari penjara yang Riyonal ciptakan.

Sejujurnya, Xenata tak tahu. Tipe kendaraan apa yang mereka tumpangi. Ia hanya menyebutnya 'mobil'. Mobil berkelas yang memanjakan tubuhnya.

"Tuan." Xenata menoleh, tanpa sengaja menyorot langsung retina Riyonal.

"Ada apa?" Tanya Riyonal.

"Tidak jadi."

Laju mobil terhenti, dihalaman bangunan megah yang ramai pengunjung. Bangunan itu, Mall terbesar di kota ini.
Xenata membuka setbelt yang melindungi tubuhnya agak tak terguncang.

Riyonal menghentikan gerakan tangannya, ketika mencoba menekan knop pintu mobil.

"Biarkan mereka yang melakukannya." Xenata mengikuti arah pandang Riyonal. Diluar sana, ada dua orang pengawal bersetelan lengkap.

Xenata mengangguk patuh. Setelah pintu terbuka, Ia turun dari mobil. Bisik-bisik manusia yang memperhatikannya, memenuhi diri Xenata.

"Jangan pedulikan." Ucap Riyonal, berdiri di sebelah Xenata. Merangkul pinggang Gadisnya. Agar tak ada sedikitpun. Ia harus menandai wilayahnya. Menunjukkan bahwa Xenata miliknya seorang. Padahal, orang-orang justru lebih terpukau dengan aura dirinya.

Tiga Pengawal berjalan terlebih dahulu, Reksa mengekori Riyonal dan Xenata. Dan dikawal empat pengawal di belakangnya.

Riyonal dan Xenata melangkahkan kaki, masuk ke dalam Mall tersebut. Tak jarang dirinya di gosipkan oleh Pengunjung lain. Dirinya memang terlalu mencolok.

Riyonal menuntunnya menuju stan pakaian wanita. Tanpa sadar, Xenata melepaskan rangkulannya. Instingnya yang dulu sering semena-mena berbelanja kini kembali. Riyonal terkejut tapi hanya menggelengkan kepala. Sudah pernah mengalami hal ini, disaat mereka masih berpacaran dulu.

Ia mendekat pada Gadisnya, merangkul Xenata.

"Jangan jauh dari jangkauanku." Ucapnya. Xenata tertawa kecil. Mall ini ramai, mall yang dikhususkan untuk kalangan atas semata. Hingga, desain Mall ini juga tak main-main.

"Aku mau itu, juga mau itu." Tunjuknya Xenata.

Riyonal melirik pelayan yang tak berani menatapnya. Ia mendengus pelan. Moodnya rusak, mengetahui beberapa pasang mata mengincar Gadisnya. Seolah, ingin merebut kepemilikannya. Dosis sabarnya yang tak banyak, ingin mengoyak anggota tubuh pria-pria itu.

"Brengsek!" Umpat Riyonal.

"Kau mengatakan sesuatu?" Tanya Xenata. Tak mendengar ucapan Riyonal.

"Kau tak perlu memilih apa yang Kau inginkan, Xenata. Aku akan membeli seluruh isi Mall ini. Sekarang, ayo pulang."

Xenata mengerutkan dahi. Menggigit bibirnya, merasa kesal. Mereka bahkan baru saja menginjakkan kaki. Dan kini harus segera pulang ke mansion sialan itu. Sebenarnya, ada apa dengan Riyonal?

"Baiklah." Patuh Xenata.

"Xenata!!"

Baik Xenata ataupun Riyonal, sama-sama menoleh kesumber suara. Seorang pria, bercasual santai nampak sangat tampan menghampiri keduanya.

"Zidan?" Ragu Xenata.

"Yes. Remember me, Cuties?"

Dalam satu detik, tarikan pelatuk memekan telinga tersohor, raut wajah Riyonal datar. Menodongkan pistol digenggamnnya ke pelipis pemuda itu. Pengujung yang melihat aksi tersebut memekik.

"Siapa?" Satu pertanyaan, lolos dari bibir tipis Riyonal.


T.B.C

Selamat menikmati, long time no see Riyonal kan?

Nah ini full part Riyonal Xenata!!!

PROTECTOR [ PO 19 MEI 2024 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang