"Sudah mengucapkan sampai mana, Na?"
Sang kakak menanyai Jaemin yang masih bersusah payah mengucapkan huruf per-kata. Jaemin masih diam seraya menunggu sang kakak akan duduk di hadapannya. Jaemin kemudian menunjuk pada salah satu huruf yang tertulis di bukunya. Jeno hanya tersenyum kemudian memandang ke arah 2 bola mata jernih Jaemin.
"Ini bacanya 'F', jepitkan 2 gigi depanmu pada bibir bawah, nanti akan muncul seperti desisan", Jaemin mencobanya, dan perlahan dia bisa mendesis menyerupai huruf 'F'. Jaemin pun terlonjak bahagia dan terus mencobanya terus menerus, mengundang kekehan dari Jeno. Belum terlalu bisa terdengar dengan baik.
Sang adik kembali menunjukkan salah satu kata.
"Lihat lidahku ya, 'J'. Lihat lidahnya?"
Jaemin nampak mengulang desisan yang masih terdengar seperti huruf 'E', Jeno kembali membenarkan, namun yang terdengar adalah huruf 'C'. Jaemin berusaha membenarkan kalimatnya, sesekali sang kakak mengusap keringat sang adik yang terlalu bekerja keras mengeluarkan kemampuannya dalam berbicara meskipun itu sangat berat.
Tanpa menyadari, bahwa aktifitas 2 bersaudara itu dilihat oleh Nyonya Na, yang tersenyum memandang si anak semata wayangnya yang bahagia karena mendapatkan saudara.
===============================================
Jaemin nampak membuka tirai kamarnya yang langsung menghadap ke kebun belakang dengan hati-hati. Kemaren saat dirinya bermain seorang diri di kebun belakang, tepatnya di ayunan kebun belakangnya, dirinya didatangi seekor anjing yang kemudian mengejarnya, namun tak sampai masuk rumah.
Sang kakak sedang tidak ada di rumah, sehingga dirinya merasa ketakutan apabila akan keluar seorang diri tanpa ditemani sang kakak yang terbiasa melindunginya.
"Anjingnya sudah tidak ada",
Jaemin langsung berbalik dan melihat sang kakak yang masih mengenakan seragam kotak-kotak, khas ala perkantoran, menandakan sang kakak yang baru saja pulang dari kantor sang Ayah. Jaemin kemudian menghampiri sang kakak.
"Jeno hyung tahu aku dikejar anjing?"
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Na", jawab Jeno sembari tersenyum. Sesungguhnya Jeno sedikit mengerti dengan apa yang Jaemin katakan, tapi dia memang sering seperti itu dengan tujuan sang adik yang akan berbicara karena Jeno tidak segera mengerti apa yang ia katakan.
Jaemin yang kesal kemudian menghentakkan kakinya kesal dan berbalik menuju ke arah jendela kamarnya, memandang kebun belakangnya yang kosong. Tuan Na memang merancang kamar Jaemin yang langsung menghadap ke arah kebun belakang, dengan harapan anak semata wayangnya itu tidak kesepian merasakan heningnya dunia karena kekurangannya, dengan melihat rimbunnya pohon yang dijadikan ayunan juga oleh Tuan Na.
Semua terbukti ketika Jaemin lebih memilih bermain ayunan seorang diri di taman belakang - yang sekarang sudah ditemani oleh Jeno-.
"Kurangi manjamu dan pemarahmu, Na", Jaemin masih tidak memperhatikan Jeno yang kini sudah berdiri di belakang tubuhnya dan mengusap rambutnya dari belakang.
"Aku tidak suka kau yang seperti ini dan bersikap manja, kemana Jaemin adikku manis yang anak baik, hm?", Jaemin menepis tangan itu dan memberikan tatapan tajam pada Jeno. Sebelum kemudian pria manis itu berbalik dan menatap ke arah taman belakangnya lagi.
"Na Jaemin!", Jaemin masih diam dengan matanya yang sudah berkaca-kaca tidak membalas tatapan Jeno dengan badannya yang sedikit tersentak akibat terkejut. Jeno menghembuskan nafasnya, mencoba menahan emosinya yang bisa saja lepas dan justru melukai sang adik yang lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother (Nomin) 🔞 (END)
FanfictionJeno adalah kakak kesayangan milik Na Jaemin. Dan Jaemin adalah obsesi besar si kakak, Lee Jeno. warn! bxb Kasar banget 🔞 Kalau gak kuat, jangan baca