16

18.4K 1.2K 150
                                    

Jaemin terbangun tiba-tiba ketika dirinya merasa sesuatu yang aneh dalam tidurnya. Dilihatnya di sekeliling ruangan kamarnya. Dirinya langsung meraba pada meja di sampingnya. Berusaha mencari alat bantu dengarnya yang memang biasanya diletakkan sang kakak di samping mejanya.

Dirinya mengedarkan ke seluruh ruangan. Menatap dan berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi beberapa jam yang lalu. Seluruh pakaiannya lengkap, dan tidak ada yang membekas kecuali sisi memerah di lehernya akibat jeratan itu.

Jaemin bisa mengingat bahwa malam sebelumnya, sang kakak melilitkan sabuk di leher. Mencoba membunuhnya, dan mengancam untuk memberikan hukuman. Namun yang terjadi, adalah dirinya yang berada di kamar, dalam keadaan normal tanpa kekurangan apapun.

Kriet

Jaemin langsung terperanjat ketika sosok itu membuka pintu kamarnya. Pintu kamarnya kemudian kembali tertutup, membuat orang tersebut sudah ada di dalam kamar.

Spontan, sang pemilik kamar memundurkan langkahnya. Menjaga jarak sejauh mungkin pada pria yang kini membuka jendelanya. Membuat Jaemin menyadari, bahwa pagi telah tiba. Pria itu pun sudah mengenakan style kantorannya.

"Sudah pagi, cepat bereskan kamar tidurmu, mandi dan turun ke bawah"

Jaemin hanya menganggukkan kepalanya. Matanya terus mengarah ke bawah, sama sekali tidak berani menatap pria yang bahkan sudah berbicara dengan sangat halus kepadanya.

"Jangan lupa, jadilah anak baik, mengerti?"

Jeno memberikan senyumannya ke arah sang adik. Jaemin pun hanya menganggukkan kepalanya, memberi isyarat bahwa dirinya mengerti.

"Mengerti, Nana?"

"Me-ngelti", Jaemin langsung menjawab ketika nada suara Jeno penuh dengan tekanan.

Jeno pun keluar dari kamarnya, menyisakan Jaemin yang masih terdiam beberapa saat di pojok ruangan. Mencoba menenangkan dirinya yang nampak masih tersisa ketakutan ketika merasakan aura dari Jeno.

Sesaat turun dari kamarnya, matanya berubah menjadi sangat cerah ketika melihat ayah dan ibunya yang ada di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesaat turun dari kamarnya, matanya berubah menjadi sangat cerah ketika melihat ayah dan ibunya yang ada di meja makan. Suatu hal langka yang akhir-akhir ini terjadi, mengingat Tuan Na lebih sering menyelesaikan urusan pekerjaannya didampingi sang istri.

Selain itu, mengingat kemarin dirinya teringat kedua orang tuanya sedang keluar kota bersama. Namun ternyata mereka justru kembali, dan membatalkan kepergian keduanya.

"Bun-a pu-yang", jawab Jaemin seraya berbicara menggunakan bahasa isyarat. Bunda Na tersenyum dan mengusap rambut si bungsu yang dilewatinya, sebelum duduk di seberang sang anak. Sesekali Jaemin melirik ke arah kursi sebelah, dimana Jeno sudah makan dengan tenangnya sambil sesekali tangannya asyik menggeser sesuatu di ponsel sampingnya.

Setiap dirinya melihat tangan Jeno, rasa ketakutannya kembali menyergap. Bayangan bagaimana tangan itu dengan lancarnya membunuh dan juga dengan ringannya melayangkan hukuman pada Jaemin.

Step Brother (Nomin) 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang