32

10.2K 863 130
                                    

Jaemin pernah mendengar ibunya mengatakan

'Tuhan tidak pernah memberikan cobaan pada makhluknya melebihi kemampuan"

Mungkin itu yang dimaksudkan ibunya saat ini. Di kala beberapa hal yang terjadi di hidupnya yang sudah terlewati.

Jaemin membutuhkan waktu 2 tahun untuk menyembuhkan traumanya. Awalnya Jaemin tidak merasakan trauma sama sekali, namun melihat Jaemin yang akan selalu ketakutan ketika jam malam dan Jaemin yang juga menggetarkan tangannya ketika menyendokkan nasi ke dalam mulutnya, membuatnya segera dirujuk untuk ke psikolog.

Pada 1 tahun awal, dokter muda yang sekarang juga bertanggungjawab atas seluruh perusahaan Tuan Na, mengurus seluruh kebutuhan Jaemin dan seluruh aset milik keluarga Na. Kedua orang tua Jaehyun pun juga paham apa yang sedang terjadi, sehingga dirinya tidak masalah melihat Jaehyun yang mau tak mau ikut campur untuk mengurus Jaemin.

Jaemin pun kemudian melanjutkan ke sekolah seni untuk melanjutkan bakatnya yang memang sangat ia sukai, yaitu menggambar dan melukis. Jaehyun tidak masalah dengan berapapun biaya yang dikeluarkan untuk semua kebutuhan Jaemin, karena saat ini, Jaemin sudah menjadi alasannya untuk hidup dan bekerja keras. 

"Melukis apa, Na?"

Jaehyun yang selalu menyempatkan dirinya untuk pulang di setiap makan siang ke rumah, selalu menemui Jaemin yang akan menghabiskan waktunya di kamar lukis. Kamar bekas Jeno yang dirombak total, hingga Jaemin sendiri tidak sadar bahwa kamar itulah dimana pengalaman buruknya tercipta. 

"bu-ung"

"bu-ung?",

Jaemin menganggukkan kepalanya.

"Iyaa, tadi aku keluar dan melihat banyak burung di atas makam papa dan bunda, aku seperti merasakan bahwa 2 burung itu adalah mereka, bahkan 2 burung itu tidak takut ketika aku memberi makan, jadi aku melukisnya agar aku bisa ingat bahwa papa dan bunda sudah menjadi burung"

"Aduh na, pelan-pelan dongg, hyung kesulitan", Jaehyun mengeluh ketika melihat bahasa isyarat Jaemin yang memang sangat cepat dalam menggerakkannya.

Jaemin memukul lengan Jaehyun kencang dan dokter muda - yang sudah tidak ada harga dirinya di dekat Jaemin- itu berteriak seraya mengusap lengannya yang pedih. Tak lama, Jaehyun kemudian tertawa melihat sang pasien kini memajukan bibirnya kesal.

Cup

"Hyung bawa nasi goreng, kau tidak lapar?", Jaemin hanya mengusap bekas ciuman Jaehyun di pipinya dengan kesal dan mengabaikan pertanyaan Jaehyun.

Jaehyun yang jahil, kemudian berdiri di belakang tubuh Jaemin dan menariknya untuk berdiri dari kursi. Langsung dibaliknya dan digendongnya di pundak, layaknya karung beras oleh dokter nakal yang kini sudah berjalan santai menuju lantai 1. Mengabaikan erangan Jaemin dan pukulan di punggungnya berkali kali. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Step Brother (Nomin) 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang