Jaemin sebenarnya adalah anak manis yang sangat patuh dengan orang sudah ia anggap penting dan baik. Dia anak yang sempurna dengan senyuman manis dan tatapan mata berbinar meskipun suara indahnya tak akan bisa didengar oleh siapapun. Dia adalah anak yang kuat, karena mampu bertahan di tengah kerasnya dunia dengan keterbatasan miliknya, dan hanya diatasi dengan senyuman manis kepada semua orang.
Jaemin memiliki seorang sahabat manis bernama Haechan. Sahabat yang satu-satunya menerima kekurangannya dan mau bersusah payah belajar mengenai bahasa isyarat, hanya untuk bisa berbicara dengan Jaemin. Jaemin sangat menghargai segala usaha Haechan untuk mendekatinya, bahkan ditengah kesalahan berbicara Haechan pun, Jaemin hanya memaklumi dan membenarkan pria manis itu.
"Nana, akan pulang dengan siapa?"
Jaemin yang merasa dipanggil namanya kemudian memberikan sebuah catatan kepadanya
'Dengan hyung, dia berjanji akan menjemputku'
"Apakah dia hyung angkat yang waktu itu kau ceritakan padaku?"
Jaemin mengangguk dengan bahagia. Haechan dapat melihat pancaran bahagia dari kedua mata Jaemin ketika dia menyebut panggilan 'hyung'. Haechan sangat tahu bagaimana sahabatnya itu sangat ingin sekali saudara namun sang ibunda tidak bisa memberikannya lagi.
"Okelah, aku akan pulang dulu Jaemin. Ingat! kau harus melepaskan hearing ads mu jika menunggu di depan sekolah, okay?"
Jaemin menganggukkan kepalanya. Ada alasan kenapa Jaemin diminta melepaskan alat bantu dengarnya, karena waktu itu ada beberapa orang yang meledeknya karena dirinya tidak sempurna, Jaemin kecil hanya bisa diam dan bersedih, bahkan Haechan adalah orang yang paling sedih ketika melihat sahabatnya kala itu murung.
====================================
Seperti janji di awal, Jeno sedang menjemput Jaemin yang baru saja pulang sekolah di sekolah umum yang diberitahukan sang eomma. Tidak ada rasa malu dalam diri Jeno ketika ingin menjemput sang adik di sekolah umum itu. Melainkan justru dia sangat merindukan sang adik manis yang tidak ia temui di rumah setelah ia pulang kuliah.
Hari pertama juga Jeno memasuki sekolah untuk menjemput adiknya sepanjang hidupnya. Ketika sampai di depan gerbang sekolah, matanya menatap ke arah pria yang sedang membaca buku di tangannya. Pria itu masih menunggu dengan manis dan sesekali bibirnya mengerucut lucu atau kedipan takjub di kedua kelopak matanya.
"Jaemin!", Jeno berteriak kencang agar adiknya berbalik ke arahnya, tetapi adiknya tak juga membalikkan badan dan masih duduk di dekat pos satpam sekolahnya. Namun, Jeno menangkap beberapa anak yang menatap ke arah adiknya dengan tatapan tidak mengenakkan, bahkan dia dapat mendengar beberapa kata yang membuatnya turut sakit dan berharap sang adik tidak mendengarkannya.
'lihatlah anak cacat itu'
'hanya berdiam diri, kasian, bagaimana perasaan orang tuanya'
'dia memang penyendiri, siapa yang mau berteman dengan anak cacat selain anak cacat lainnya hahahha'
Sungguh.
Jeno mendengar semuanya, dia kemudian mempercepat langkahnya ketika dirinya sudah di titik tidak sanggup mendengar bagaimana anak-anak perempuan itu membicarakan Jaemin di hadapannya sembari berlalu.
Jaemin melebarkan matanya ketika melihat seseorang menepuk kepalanya. Dia kemudian mencari alat bantu dengarnya yang ia lepaskan. Jaemin buru-buru memasukkan bukunya ke dalam tas dan duduk dengan tas yang dibawakan sang kakak di punggungnya. Jaemin kembali tersenyum ketika sang kakak mengusak rambutnya gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother (Nomin) 🔞 (END)
Fiksi PenggemarJeno adalah kakak kesayangan milik Na Jaemin. Dan Jaemin adalah obsesi besar si kakak, Lee Jeno. warn! bxb Kasar banget 🔞 Kalau gak kuat, jangan baca