Bonchap (1) : Different Night, Same Nightmare

15.3K 668 39
                                    

Jaehyun ditarik paksa untuk menuju ke kursi bedah yang biasanya digunakan kala operasi. Tubuhnya yang memberontak di tendang berkali-kali dan berakhir dirinya terikat kuat di kursi bedah di ruangan itu.

Otot di lengannya dan lehernya bermunculan ketika dirinya memaksa untuk bisa terlepas dari ikatan kuat. Di atas tubuhnya terdapat lampu terang yang sangat persis seperti ruang operasi, bahkan bau darah disini lebih menjijikkan daripada bau alkohol di ruang operasi.

Pria tersebut masuk ke dalam ruangan dengan pakaian yang sama ketika menemui Jaehyun di ruangan lain. Pakaian berbalut jas dan kemeja putih di dalamnya, nampak sangat berkelas untuk seukuran dokter koas.

"Apa yang akan kau lakukan?", Jaehyun bertanya pada pria itu, pria yang sudah melepaskan jasnya dan memakai baju khusus operasi untuk melindungi pakaiannya dari darah.

"Sudah selesai memberontaknya, dokter?", pertanyaan Jaehyun tidak digubrisnya. Jaehyun bisa melihat- pria yang saat ini masih membelakanginya tersebut - mulai memakai pelindung rambut dan maskernya, tangannya pun sudah dilapisi handscoon, seperti siap melakukan operasi sesungguhnya.

"Dokter Lee, aku tidak menyangka kau seperti ini", lirih Jaehyun lagi dengan tanpa sadar setetes airmata turun melalui sudut matanya. Dirinya mengkhawatirkan Jaemin, lebih dari rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Apa yang selanjutnya akan terjadi jika bukan dirinya yang menyelamatkan Jaemin? Apakah ini salah satu pihak yang bekerjasama dengan Jeno? Jika iya, Jeno sangat bersemangat untuk menjadikan Jaemin hanya miliknya seutuhnya.

"Dulu tidak ada satupun orang yang akan memanggilku dokter, bahkan orang tuaku sekalipun", kesadaran Jaehyun yang awalnya akan menghilang, kembali tersadar ketika dokter Lee memulai pembicaraan.

Suara gemericik alat operasi yang disterilkan menjadi pengisi kekosongan jeda pembicaraan antara keduanya.

"Bahkan saat aku menjadi dokter koas, disana aku hanya dipanggil dengan sebutan mahasiswa koas, bahkan teman-teman memanggilku pendek", tangan berlapis sarung tangan itu mengusap alat operasi yang sudah dicuci dengan alkohol. Jaehyun mulai bisa mencium aroma alkohol yang berdosis tinggi di ruangan, membuatnya tetap tersadar.

"Sedari dulu, aku berambisi menjadi dokter dan hal itu semakin diperkuat ketika Direktur Lee menyuruhku untuk menjadi dokter untuk bisa mengembangakn bisnis ini. Aku kemudian mendalami peranku dengan sangat baik, bahkan tidak menyangka bahwa aku bisa mengerti bedah membedah padahal hanya mahasiswa koas"

"Aku tertekan ketika berada di rumah sakit itu, bahkan ada perasaan untuk membunuh semua orang disana karena perasaanku yang tersakiti. Namun, semua itu hilang, ketika ada salah satu dokter muda yang mengajakku makan siang ketika aku sendirian di lorong rumah sakit. Aku merasa tersentuh dengan kebaikan senior yang bahkan membayarkan makan siangku di kantin rumah sakit"

Dokter Lee berjalan menghampiri Jaehyun yang meneteskan airmatanya ketika pria itu hanya mengedipkan matanya sebentar.

"Kau tidak suka minum, gemar berolahraga, tidak merokok. Organmu pasti akan sangat mahal dijual di pasaran, karena berasal dari organ yang sangat berkualitas", Jaehyun masih menatap datar ke arah pria yang masih sudah menunjukkan jarum suntik di hadapannya.

"Sebenarnya aku lebih suka langsung menyayat, karena aku begitu menikmati teriakan pasienku. Namun, khusus dirimu, apakah ada kata terakhir sebelum operasi pembedahan kulakukan? hitung-hitung sebagai balas budi atas makan siangmu", Jaehyun menatap dalam kedua mata dokter di hadapannya. Mata yang tak asing di pandangannya.

Jaehyun pernah menjadi dokter muda dan pernah menjadi mahasiswa koas. Masa tersulit dimana dirinya tidak lebih menjadi seorang pembantu dan mendapat cemooh dari dokter senior, bahkan perawat di bangsalnya. Tidak ada yang bisa menyemangatinya kecuali pasien pertama yang menjadi pasien tetapnya sejak dirinya di hari pertama menjadi dokter utama.

Pasien bernama Na Jaemin, yang tidak akan bisa ia lupakan untuk menjadi urutan pertama alasan dia bertahan hingga saat ini.

"Dokter Lee...", Jaehyun melirih. Memanggil panggilan dokter yang kini berdiri di dekatnya, dengan tangan yang sudah memegang alat suntik. Dokter tesebut menghentikan pergerakannya terlebih dahulu, dan memandang ke arah Jaehyun.

"Kau pernah berjanji akan mengganti traktir makan siangku ketika kita bertemu lagi, kan? Kita sekarang bertemu kembali tapi bolehkah aku menukar traktir makan siangku dengan menitipkan seseorang untuk kau jaga?", Jaehyun sudah pasrah ketika pria itu mulai mengusapkan kapas berisi alkohol terlebih dahulu di lipatan lengannya.

"Namanya Na Jaemin, bisakah kau membawanya pergi dari pria bernama Lee Jeno? Kau boleh ambil seluruh organku, tapi berjanjilah untuk membawa Na Jaemin pergi. Sejahat jahatnya dirimu, pasti kau tahu rasanya kehilangan...."


......, kan, Mark Lee?"

Pria bernama Mark langsung menghentikan usapannya sementara dan memandang ke arah wajah Jaehyun yang sudah terdapat beberapa lebam di beberapa sisi wajah tampannya. Mark bisa mengingat lesung pipit dokter yang tersenyum padanya ketika menikmati makan siang bersama. Kini, ia bisa melihat mata berbinar yang sekarang sudah memerah dan menatapnya penuh permohonan, tatapan putus asa yang tidak pernah Mark temukan meskipun Jaehyun mengalami kegagalan dalam pengoperasian pasiennya.

Mark meremas kuat alat suntiknya, sebelum bergerak menjauh dan mengembalikan ke tempatnya dengan kasar. Diletakkannya kedua tangannya pada sisi meja yang terpenuhi alat bedah itu. Tangannya mengepal kuat, nafasnya mulai mengencang. Mark benci ketika perasaan belas kasih ini selalu muncul padanya. Padahal dulu sebelum mendapat tugas besar seperti ini, Mark adalah dokter berdarah dingin. Tidak mempedulikan siapapun yang dia bedah, bahkan dia bisa mencongkel mata anak kecil jika sudah mendarat di ruangannya.

BRAK

BRAK

BRAK

Jaehyun tidak bisa mencerna apa yang terjadi ketika pria itu justru memukul berkali kali meja berisi alat bedah itu.

"Brengsek ada apa denganku", Jaehyun bisa mendengar lirihan suara Mark yang memunggunginya.

=======================================================================

Lanjutannya silahkan bisa ke link trakteer yaaa, link ada di bio ^^

Step Brother (Nomin) 🔞 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang