Tenang saja, aku hanya sekedar pengagummu. Tak perlu kau balas rasaku jika tak ingin. Karna bagiku, bertemu denganmu dan menjadi sahabatmu saja sudah cukup untukku.
______________________Mulmed: Alda Silfiani Claretta.
****
Bel istirahat sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, Alda kini berjalan bersama Ghea menuju kantin. Ia memilih meja paling depan agar tak bertemu Alvino dan teman-temannya. Namun tanpa diduga, Alvino dan teman-temannya malah duduk di samping meja Alda.
Alvino mengode Ghea lewat tatapan matanya agar meninggalkan Alvino dengan Alda, ia harus bicara dengan Alda sekarang sebelum semuanya semakin rumit. Ghea yang mengerti kode dari Alvino pun segera berdiri untuk memesan makanan.
"Al, lo mau pesen apa?" tanya Ghea.
"Bakso aja deh, sambalnya empat sendok. Minumnya es teh ya," pesan Alda.
"Oke deh, gue pesenin dulu ya." Ghea pun pergi dari hadapan Alda setelah mengatakan itu.
Alda mengangguk mengiyakan. Setelah Ghea pergi, Alvino pun langsung duduk di depan Alda. Gadis itu hanya menatapnya datar dan lebih memilih memainkan ponsel. Lebih sakitnya lagi adalah, gadis itu mencoba menganggap Alvino tak ada.
"Al," panggil Alvino
Tak ada jawaban dari Alda. Gadis itu masih terus tak menanggapi keberadaan Alvino. Masa bodoh dengan status sahabat. Alda masih tak bisa memaafkan Alvino atas kejadian tadi pagi.
"Lo suka sama gue?"
Pertanyaan tiba-tiba tersebut membuat Alda terkejut. Namun, ia tetap bisa mengekspresikan wajahnya agar terlihat biasa saja supaya Alvino tidal curiga kepadanya.
"Nggak. Apaan sih lo pede banget," kata Alda.
Alvino berdecak pelan. Ia mengambil tangan Alda, lalu menggenggamnya dengan sedikit erat. "Gue tau Al. Gue tau semuanya. Dari kemaren lo pasti khawatir gue pergi ninggalin lo, 'kan? Gara-gara gue jawab pertanyaan yang gak sesuai sama kemauan lo." Alvino menghentikan perkataannya sejenak.
"Jadi, di sini gue mau jelasin sebelum semuanya terlambat. Gue bakal pergi saat udah lulus nanti. Gue bakal ke Aussie buat kuliah di sana. Maaf gue gak ngomong ke lo lebih awal." sambung Alvino.
Sejenak, Alvino melepaskan genggaman tangannya."Gue gak bisa ngomong ke lo karna gue tau lo pasti bakal sedih setelah denger ini." Alvino menatap Alda dengan tatapan sendu. "Tapi kita masih punya waktu setahun lagi, 'kan sebelum gue pergi?"
"Gue bakal selalu disamping lo selama setahun ini. Tapi setelah itu, gue gak tau lagi apa gue masih berhak berdiri disamping lo atau nggak ...," Alvino menggantung kata-katanya sebelum akhirnya berkata dengan lirih. "Mulai dari sekarang, cari pengganti gue ya Al."
"Supaya lo terbiasa tanpa gue saat gue pergi nanti." Alvino menundukkan kepalanya setelah mengatakan itu, ia tak berani menatap Alda.
"Cukup!" teriak Alda dengan tangan terkepal.
"Udah selesai lo ngejelasin semuanya?" desis Alda.
Alvino pun mengangguk ragu.
Alda menghirup napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Sekarang giliran gue yang bakal nanya ke lo." Alda menatap Alvino yang kini menundukkan pandangannya. "Gue bego banget, 'kan? Kenapa harus lo yang ngebuat gue jadi lemah kaya gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Davino [End] ✔
Teen Fiction[Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Tq. "Utamakanlah perasaan dari pada persahabatan." Mungkin kalimat itu tak berlaku bagi Alvino Sandi Geraldo. Lelaki yang sudah menjadi sahabat Alda Silfiani Claretta sejak kecil itu memilih untuk memb...