Ketika takdir tak ingin mempersatukan kita, bolehkah aku meminta dengan keras kepala pada semesta agar aku dan kamu bisa dipertemukan walaupun tak bisa disatukan?
____________________________
Cek mulmed yaa:) terimakasih🙂****
Di sinilah Alda sekarang, sebuah cafè yang sedikit jauh dari rumahnya, entah apa yang ingin dibicarakan Raka, sejak tadi lelaki itu hanya diam saja tak ingin bicara.
"Jadi, apa alesan kakak pengen ketemu aku? Gak usah lama, aku gak punya banyak waktu," ketus Alda.
"Apa kabar?" tanya Raka.
"Kakak ngajak aku ketemuan cuman mau tanya itu doang? Mending aku pulang." Alda bersiap pergi dari Cafe ini, tetapi Raka menahan pergelangan tangannya agar tak pergi.
"Maaf, gue udah jahat banget sama lo dulu. Gue sekarang sadar, gue suka sama lo Al. Ini bukan taruhan atau apa kok, gue serius suka sama lo."
"Dengan gampangnya Kakak ngomong kaya gini ke aku, saat aku udah benci banget sama Kakak?"
"Maaf," ujar Raka sambil menundukkan kepalanya.
"Aku maafin. Tapi maaf juga Kak, aku gak bisa bales perasaan Kakak," tutur Alda.
"Apa karena Alvino?" Pertanyaan dari Raka membuat Alda sedikit termenung sesaat sebelum akhirnya menjawab.
"Apapun alesan aku, Kakak gak perlu tahu. Jangan urusin kehidupan aku lagi Kak, aku mohon." Setelah berkata seperti itu Alda langsung pergi dan melepaskan tangan Raka dari pergelangan tangannya.
Alda kini sudah berada di jalanan yang cukup ramai, ia tak ingin diantar oleh Raka karena menurut Alda, Raka hanya membuang waktunya saja, dari tadi ia menunggu taksi yang lewat tapi tak ada satupun taksi yang melintasi jalan ini.
Tepukan seseorang di bahu Alda membuat gadis itu menegang beberapa saat lalu membalikkan badanya dan memukuli orang tersebut sambil memejamkan matanya.
"Al, Al ini gue." Itu adalah suara Alvino, tapi mengapa Alvino ada disini?
Alda membuka matanya, itu memang Alvino, Alda menghembuskan nafas lega, sebelum akhirnya bertanya.
"Ngapain lo disini?"
"Hm, gue cuman lewat doang kok," alibi Vino.
"Oh," jawab Alda pendek.
"Kenapa lo ada diluar sih? Udah malem juga, kenapa lagi pake dress, udah tau udara malem itu gak baik," omel Alvino.
"Bawel lo," balas Alda.
"Ngapain masih di sini? Sana pulang," usir Alda.
"Ya ampun Al, masih marah sama gue lo?" tanya Alvino.
'Ya iyalah! Lo bentak-bentak gue, gimana gak kesel coba,' cerca Alda dalam hati.
"Yaudah, kita nonton mau?" Tawar Alvino.
Alda menimang nimang ajakan Alvino, sebelum akhirnya mengangguk.
"Pulangnya beliin novel ya!"
"Apa pun yang Tuan Putri mau akan Vino turutin."
"Yey! Makasi pino ice cup!"
Mereka pun masuk ke mobil Alvino dan pergi ke mall untuk menonton.
****
Alda dan Alvino kini sedang antri di bioskop. Antriannya tak terlalu banyak, mungkin karena ini sudah malam? Alvino dan Alda pun tak peduli. Mereka berdua sedari tadi hanya saling diam menunggu orang-orang di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davino [End] ✔
Teen Fiction[Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Tq. "Utamakanlah perasaan dari pada persahabatan." Mungkin kalimat itu tak berlaku bagi Alvino Sandi Geraldo. Lelaki yang sudah menjadi sahabat Alda Silfiani Claretta sejak kecil itu memilih untuk memb...