Part 19 - Kabar Mengejutkan

952 76 27
                                    

Setidaknya jika tidak bisa menghargai, tolong jangan meremehkan, waktu itu berputar, jangan sampai kamu menyesal di masa depan.
_____________________________

****

Alda kini sedang bersiap untuk pergi ke rumah Omanya yang ada di Kota Garut, Oma adalah keluarga satu-satunya yang Alda miliki sekarang, kalian pasti bertanya-tanya mengapa Oma tak tinggal dengannya saja bukan?

Bukan karena Alda tak ingin Oma tinggal di rumahnya, semenjak dulu Alda sudah membujuk Oma agar tinggal dengannya saja. Tetapi Oma selalu menolak, entah karena alasan apa.

Kemarin malam Oma tiba-tiba menelpon dan menyuruh Alda untuk datang ke Garut. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan Oma, tetapi Alda berharap semoga saja Omanya tidak apa-apa.

Cklek!

Pintu kamar Alda terbuka, menampilkan sosok Bagas dari balik pintu. Bagas mengernyit bingung melihat kondisi kamar Kakaknya, mengapa Kakaknya itu memasukkan baju-bajunya ke dalam koper?

"Kakak mau ke mana?" akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulut Bagas.

Alda tersenyum kecil lalu merangkul bahu Bagas. "Kakak mau ke rumah Oma."

"Oma?! Bagas ikut ya Kak?!" kata Bagas bersemangat.

Alda menggeleng kuat. "Kamu besok sekolah Gas."

Bagas cemberut. "Kan Bagas bisa izin Kak."

Alda mengelus pelan rambut Bagas. "Udah kamu di sini aja, nanti kamu Kakak titipin di rumah Bang Vino."

Mendengar perkataan Alda, mata Bagas berbinar senang. "Serius Kak? Bagas ketemu Caca dong?"

Alda tersenyum kecil melihat raut wajah Bagas yang terlihat senang, "Jangan bandel-bandel di rumah Bang Vino ya."

"Siap Kak!" kata Bagas.

Alda tersenyum kecil melihat Bagas yang sangat bersemangat, ia mengacak pelan rambut adik kesayangannya itu, sebelum akhirnya berkata, "Udah sana balik ke kamar, kalo ada tugas kerjain dulu baru tidur ya."

Bagas mengangguk patuh, ia langsung beranjak dari kamar Alda dan kembali ke kamarnya.

Alda melihat punggung Bagas yang semakin menjauh. "Kakak sayang kamu Gas." gumamnya.

****

"Abang dari tadi melamun terus, ada apa?" tanya Caca ketika melihat Abangnya sedari tadi hanya menatap kedepan.

Alvino menoleh ke arah adiknya dengan tatapan bingung karena tidak fokus dengan perkataan Caca. "Hah? Apa Ca?"

Caca mendengus kesal. "Abang dari tadi ngelamun aja, ada apa?" tanya Caca, lagi.

Alvino menggeleng-gelengkan kepalanya. "Abang gak apa-apa kok."

Caca menatap Alvino, "Abang dari kemarin bohong terus sama Caca, apa Abang pikir Caca masih anak kecil?"

"Bukan gitu—"

"Yah ... akhirnya Caca ngerti Caca masih orang asing kan bagi Abang?" Caca mengalihkan pandangannya tak ingin menatap Alvino terlalu lama.

Alvino menghela napas panjang, ia mendekati Caca lalu mengelus pelan pucuk kepalanya. "Bukannya Abang nganggep kamu orang asing Ca, tapi ada beberapa masalah yang harus di simpen sendirian. Bukan karena Abang gak percaya sama Caca, tapi Abang gak mau Caca ikut kepikiran sama masalah Abang."

Davino [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang