Jika pada akhirnya kita tak bisa bersama, setidaknya biarkan aku tetap menjagamu walau semesta tak mendukungnya.
_______________________****
Alda dan Alvino kini ada di gazeboo belakang rumah Alvino, mereka berdua sedari tadi hanya diam, tak ada niat untuk berbicara padahal Alvino yang tadi menarik tangan Alda agar sampai kesini.
"Ehm, Al?" Vino memecah keheningan, Alda yang merasa dipanggil pun menatap Vino binguny.
"Kenapa?" tanya Alda.
Vino bingung ingin bicara apa, namun akhirnya ia pun bertanya."Lo Marah sama gue?"
Alda menggeleng sebagai jawaban, ia menyenderkan kepalanya dibahu Alvino. Lelaki itu sedikit kaget tapi tetap berusaha tenang dihadapan Alda.
"Vino, walaupun Vino punya pacar ... Apa Alda masih tetep bisa sahabatan sama Vino?" ucapan Alda terdengar lirih di telinga Alvino, apa yang terjadi pada Alda sekarang?
"Y-ya yaiya dong, emang kenapa Alda nanya begitu?"
"Alda takut Vino ngejauhin Alda tanpa sebab."
"Vino gak akan ngejauhin Alda kok."
"Bener?" tanya Alda memastikan.
"Iya," Jawab Vino.
"Hayoo! Abang sama kakak ngapain sender-senderan gitu?!" Suara cempreng dari belakang membuat Vino dan Alda cepat-cepat menjauh satu sama lain, mereka berdua pun kompak menggaruk tengkuk yang tak gatal.
Vino menatap tajam adiknya—Caca dan berusaha setenang mungkin menghadapi adiknya yang super jail itu.
"Anak kecil gak usah ikut-ikutan deh," ujar Vino.
"Aku bukan anak kecil lagi ya! Aku udah SMP wlee." Caca menjulurkan lidahnya kearah Vino.
"Masih SMP aja belagu amat," celetuk Vino.
"Bodo, bang Vino juga belagu sama orang lain," balas Caca tak terima.
"Udah-udah, ribut mulu deh kalo udah disatuin," lerai Alda.
"Tau tuh bang Vino." Caca menatap tajam abangnya yang malah asyik tertawa tak jelas seolah meledeknya.
"Vin gue mau balik nih, udah sore juga tapi anterin ya?" Alda mengeluarkan jurus puppy eyes-nya sembari tersenyum manis.
Bagaimana bisa Vino menolak kalau sudah seperti ini? Alda sangat menggemaskan dan ia pun tidak bisa menampik kalau gadis itu juga cantik dalam melakukan apa pun. "Iya, gue anterin."
"Abang, Caca ikut ya!" pinta Caca.
"Gak, nanti lo berisik di sana," cetus Alvino, membuat Caca murung dan menundukkan kepalanya.
Alda memukul lengan Alvino keras-keras, membuat lelaki itu meringis kesakitan.
"Aw! Apasih Al? Kok lo pukul gue?" tanya Vino.
"Ajakin kek, lagian Caca juga kan di rumah pasti bosen main sendiri terus," tutur Alda.
Vino menghela nafas, sebelum akhirnya memutuskan. "Yaudah lo boleh ikut, tapi gak boleh berisik gue gak suka."
Caca tersenyum cerah mendengar jawaban abangnya, ia pun memeluk Alvino dari belakang saking senangnya. Alda yang melihat pun tersenyum kecil dan mengacak rambut gadis kecil itu pelan.
"Aaaa! Iya-iya Caca janji gak berisik, Caca sayang Abang!" ujar Caca bersemangat.
"Ish... lepasin gak, pengap tau." Vino melepaskan pelukan Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davino [End] ✔
Teen Fiction[Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Tq. "Utamakanlah perasaan dari pada persahabatan." Mungkin kalimat itu tak berlaku bagi Alvino Sandi Geraldo. Lelaki yang sudah menjadi sahabat Alda Silfiani Claretta sejak kecil itu memilih untuk memb...