Tak perlu jelaskan apapun, karna aku sadar, semenjak dulu diantara kita hanya ada sebuah ikatan persahabatan dan tak mungkin lebih dari itu.
_________________________****
Alda baru saja keluar dari Ruangan BK, gadis itu menghampiri Alvino yang sedang bersandar di ujung koridor yang tak jauh dari ruang BK, lelaki itu sedikit terkejut karena penampilan Alda sekarang sangat ... Berantakan.
Pipi gadis itu memar.
Seragamnya lusuh.
Matanya menatap Alvino dengan tatapan sendu, itu semua membuat Alvino menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Alda dengan baik.
Tanpa berpikir panjang, saat Alda sudah berada di hadapannya, Alvino memeluk gadis itu erat. "Maafin gue, Alda."
Lagi-lagi, ia gagal menjaga Alda.
Lagi-lagi, Alda merasakan sakit karena dirinya.
Dan lagi-lagi ia gagal tak membuat gadisnya menangis.
Alda tak berontak saat Alvino memeluknya, ia menumpahkan tangisnya di pelukan Alvino yang ia tahan sejak tadi. Kata-kata Tiffany masih terngiang jelas di otaknya, apakah ia sehina itu?
Cukup lama Alda dan Alvino berpelukan,mereka berdua masih tak ingin melepaskan pelukan itu, sampai akhirnya Alda yang sudah sedikit tenang pun melepaskan pelukan Alvino.
"Gue cengeng banget ya haha," kata Alda sambil tertawa sumbang, ia menghapus jejak air mata dari ekor matanya. "Lo pasti benci kan sama cewek lemah kaya gue," sambungnya.
Alvino menggelengkan kepala tanda tak setuju dengan ucapan Alda, ia tak menganggap Alda cengeng atau lemah karena menurut Alvino Alda adalah seorang wanita kuat yang bisa bertahan dengan sifatnya yang menyebalkan.
"Gue gak pernah bisa benci sama lo Al. Dari dulu sampe sekarang gue gak akan pernah bisa buat benci sama lo."
"Vin," panggil Alda.
"Kenapa?" tanya Alvino.
Alda terdiam di tempat sambil menatap Alvino cukup lama. "Gue ...,"
"Lo kenapa?"
"Laperrrrr!" kata Alda sambil merengek.
"Tadi pas istirahat lo gak makan emang?" tanya Alvino bingung.
Alda menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya, lucu sekali. Alvino berdecak pelan, lalu tersenyum tipis dan mengacak-acak rambut Alda dengan sayang.
"Kalo kita ke kantin sekarang pasti gak boleh sih," kata Alvino, ia berfikir sejenak. "Gimana kalo lo pura-pura sakit aja? Nanti gue bawain makanan buat lo."
Alda menganggukkan kepalanya senang. "Lo emang yang terbaik kalau soal urusan bandel!"
"Tadi aja marah-marah gak jelas, sekarang malah berubah banget sikapnya," dumel Alvino.
Alda tersenyum lebar. "Kan Alda gak bisa marah lama-lama sama Vino."
"Tiap hari kek lo manis-manisin gue gini." Alvino menatap lekat wajah Alda yang tersenyum dibhadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davino [End] ✔
Teen Fiction[Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Tq. "Utamakanlah perasaan dari pada persahabatan." Mungkin kalimat itu tak berlaku bagi Alvino Sandi Geraldo. Lelaki yang sudah menjadi sahabat Alda Silfiani Claretta sejak kecil itu memilih untuk memb...