Karena berpura pura tersenyum saat kamu bersamanya itu sulit. Jadi tolong, jangan memberi harapan jika akhirnya saya yang dijatuhkan.
___________________________****
Alda dan Alvino kini sudah berada di sekolah, tadi pagi ia berangkat bersama Alvino, kejadian tadi malam seolah membuat keduanya canggung. Walau pun berjalan beriringan, Alvino dan Alda sama-sama diam tak mengeluarkan suara sedikit pun, Alda menggigiti bibir bawahnya karena merasa tak nyaman berada di situasi seperti ini.
"Uhm ... Vin?" Akhirnya Alda membuka percakapan.
"Iya?" respon Alvino sambil menatap Alda yang berada di sampingnya.
"Besok..." Alda menggantungkan kalimatnya.
"Besok?" Alvino tak mengerti akan ucapan Alda.
Alda menggeleng pelan. "Ah gak usah di pikirin kata-kata gue tadi."
Alvino menatap Alda aneh. "Jujur sama gue Al, ada apa?"
Alda terdiam sebentar sebelum akhirnya menatap Alvino dengan senyuman manisnya. "Gak ada apa-apa kok."
"Udah kesekian kalinya lo bohong sama gue Al, gak ada niatan lo buat jujur ke gue walaupun cuma sekali aja?" tanya Alvino.
Alda terdiam. "Besok gue mau ke rumah Oma."
Alvino menghela napas pelan, sebelum akhirnya tersenyum kecil. "Gue temenin ya?"
"Besok kan sekolah, gue bisa pergi sendiri kok Vin," kata Alda mencoba meyakinkan Alvino.
"Kalau lo pergi ke sana sendirian gue gak akan pernah bisa tenang Alda," kata Alvino.
Alda mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak ingin menatap Alvino. "Ini alesan gue gak bisa jujur sama lo Vin, lo terlalu ngekang hidup gue."
Kini Alvino terdiam di tempat, jadi ini semua salahnya? Kalau memang iya, maka ia tak punya pilihan lain bukan? Rela tak rela ia harus membuat Alda nyaman dan tak merasa tertekan.
"Sebenernya berat buat biarin lo pergi sendirian, tapi kalo lo ngerasa gue terlalu ngekang lo, maaf. Gue gak akan ngelarang apa-apa lagi, kalo udah sampe sana kabarin gue. Seenggaknya kabar dari lo ngebuat gue sedikit tenang." Setelah mengatakan itu, Alvino pergi meninggalkan Alda yang kini terdiam, apakah ia membuat Alvino sakit hati?
Alda memandang punggung Alvino yang menjauh, apakah kata-katanya keterlaluan? Tak terlalu ingin memikirkan Alvino, Alda melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, baru saja ia mendaratkan bokongnya ke kursi, bel masuk pun berbunyi, membuat Alda menghela napas kasar.
Ghea yang berada di sampingnya hanya menengokkan kepalanya sebentar ke arah Alda, lalu fokus lagi ke buku bacaannya, karena ia yakin jika Alda memiliki masalah, pasti gadis itu akan bercerita agar dirinya bisa memberikan saran, jika sekarang Alda hanya diam tak bercerita apapun, ia tak bisa melakukan apapun selain menunggu gadis itu bercerita seperti biasanya.
****
Bel istirahat sudah berbunyi semenjak sepuluh menit yang lalu, Ghea dan Alda kini berada di kantin bersama Saka, Glen dan Axel. Entah kemana perginya Alvino sepertinya lelaki itu menghindari Alda sekarang, bahkan line dari Alda pun tak di balas oleh lelaki itu.
Alda sedari tadi hanya diam sambil mengaduk-aduk bakso di depannya, padahal ini adalah makanan favorit Alda, tetapi entah mengapa kali ini ia tak berselera memakan bakso itu, Ghea yang melihat Alda hanya mengaduk-aduk baksonya pun mencoba membuat Alda tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davino [End] ✔
Teen Fiction[Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Tq. "Utamakanlah perasaan dari pada persahabatan." Mungkin kalimat itu tak berlaku bagi Alvino Sandi Geraldo. Lelaki yang sudah menjadi sahabat Alda Silfiani Claretta sejak kecil itu memilih untuk memb...