💟19_9💟

6.7K 430 51
                                    

Nyanyian Hujan
'Menyedihkan namun tersampaikan.'
-------------------------------------------------------------

***

Nama Karl terus meniti di bibir Hana sepanjang perjalanan pulang. Entah kenapa menyebut namanya saja sudah bisa membuat tersenyum. Satu malam dan seharian bersama Karl memberi banyak rasa bahagia. Dalam semalam sehari itu dia bisa melihat Karl dari sisi berbeda. Karl yang sebelumnya hanya terlihat cool, sekarang mulai menunjukkan sisi manisnya dan lebih protective. Tapi itu bukan berarti dulu Karl tak manis dan tak peduli padanya. Dulu Karl tak secara terangterangan menunjukkannya, berbeda dengan saat ini.

"Aksha, terimakasih!" ucap Hana di depan gerbang rumahnya. Dia hanya membuka kaca mobilnya tapi tak turun.

"Samasama, Kak!"

Umur Hana dan Aksha beda dua tahun, dan Hana lebih tua darinya. Jadi dia memanggilnya Kakak.

"Eh kau tak mau masuk dulu?"

"Lain kali saja."

"Oh Yasudah. Aku masuk dulu kalau gitu."

"Eh tunggu!" Aksha tibatiba tersenyum jahat.

"Ada apa?"

"Bolehkah aku berfoto di depan pintu rumah Kakak?" tanya Aksha.

"Boleh. Tapi buat apa?"

"Mau menyiksa hati Abang. Dia pasti iri karena aku duluan yang menginjakkan kaki di rumah Kakak."

"Aiissshhh kau memang senang membuat Abangmu marah ya." Hana menggelengkan kepala. Tak habishabis jailnya Aksha.
Dua adik beradik ini memang tak pernah keliatan akur sepertinya.




Motor Aksha baru saja meninggalkan rumah Hana. Senang sekali dia saat mengirim fotofoto dirinya pada Karl.
Meskipun kasian, tapi Hana akui dia juga senang melihat wajah murka Karl. Terlihat luchu dalam pandangannya. Selama ini yang dia lihat Karl jarang marah di depannya, jadi luchu saja.

"Innalillah!"
Bukan salam yang pertama diucap Hana saat masuk ke dalam rumah. Wajahnya terkejut sekali sampai lupa salam.
"Abang, kau kenapa?" Hana mendekati Kyle yang sedang duduk di sofa, di depannya ada Given yang menatap Kyle dengan tatapan marah.

"Aku baikbaik saja." Jawab Kyle.

"Wajahmu kenapa penuh luka?" Hana khawatir melihat parutparut di wajah dan juga tangan Kyle.

"Dia kecelakaan dan dia menutupinya dari kita." Sampuk Given marah.

"El, aku kan sudah minta maaf."

"Kenapa kau celaka terus sih Abang? Tak bisakah kau melakukan sesuatu tanpa melukai dirimu ish." Hana juga kesal.
"Jadi kau menghilang kemarin sebenarnya kecelakaan lah ya? Bukan pergi menemui isterimu?"

Kyle mengangguk.

"Kalau kalian tahu, kalian akan sangat khawatir. Aku hanya tak mau kalian risau saja. Makanya Mama dan Papa kusuruh diam juga." Terang Kyle.

"Kalau mau berbohong harusnya berbohong saja selamanya. Harusnya kalau dari awal tak ingin kami tahu, kau tak usah datang dengan keadaan seperti ini." Ucap Given sinis.

"Aku merindukan puteriku. Selama di rumah sakit, bayi tak boleh masuk. Aku tak punya pilihan lain selain datang kesini sekarang. Lagipula aku sudah sembuh, lukaku sudah kering semua."

"Kyle, bisakah kau terbuka pada kami mulai sekarang? Kenapa kau selalu menutupi semuanya? Apa kau tak percaya pada kami?" Given sudah mulai mengeluarkan emosinya.

19 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang