Adaptasi!
'Membiasakan diri dengan ketiadaan.
Berteman baik dengan rindu.'
-------------------------------------------------------------***
Antara mimpi dan realita. Apakah hal di depannya ini nyata? Atau hanya ilusi semata? Hana pernah bermimpi seindah ini, tapi seketika mimpi itu hancur. Apa setelah ini Hana akan segera terbangun dan kehilangan mimpi indah seperti ini lagi?
"Selamat pagi, Nona Raisya!"
Bahkan suaranya pun terdengar sangat nyata. Suara garau yang bahkan tak pernah terbayangkan akan menyambut pagi dengan indah. Hana berkedip beberapa kali. Semuanya terlihat sangat nyata. Perlahan tangan mungil itu diletakkan pada pipinya. Lembut. Dia bisa disentuh. Dia terasa.
"Apakah aku sedang terjebak dalam mimpi?" tanya Hana pada diri sendiri.
Tibatiba terasa ada sesuatu yang menyentuh pipi Hana.
Hana memejamkan mata lama. Sangat nyata."Bahkan ciuman ini juga terasa hangatnya."
Hana kembali membuka mata mendapati dirinya sedang memamerkan senyum.
"Kamu tak sedang bermimpi." Karl mengelus lembut pipi Hana yang baru saja dia cium.
"Benarkah?"
Karl mengangguk.
"Apa semalam kita benar telah menikah?"
"Iya." Jawab Karl lembut.
Sulit sekali Hana percaya bahwa semuanya bukan mimpi. Rasanya baru kemarin Karl menikah dengan orang lain, sekarang dia berbaring di samping Karl sebagai isterinya. Bagaimana bisa?
"Sudah sembilan belas menit kamu memandangi saya." Karl melirik sekilas ke arah jam. "Ayo bangun kita sholat subuh berjama'ah!"
Mendengar kata 'sholat' membuat mata Hana membulat langsung menatap jam.
"Innalillah, kenapa tak memberitahuku dari tadi?"
Hana langsung bangun dan turun dari kasur."Kamu fokus sekali menatap saya, saya seperti tak punya kesempatan untuk mengganggu."
"Ish." Hana masuk ke kamar mandi.
Setelah mengambil wudhlu Hana pun keluar. Kerudungnya tersarung lagi dengan elok. Hana memang sepertinya masih malu pada Karl.
"Eh mukenaku di mobil, tas dan hp ku semuanya di mobil."
"Di lemari ada mukena Mama. Ada kerudung juga. Pakai saja."
"Yasudah kalau gitu. Eh Dokter bisa ambil wudhlu sendiri gak?"
"Bisa. Kamu pakai mukena saja dulu dan tunggu saya. Saya jadi imam."
Hana mengangguk sambil tersenyum.
Meski masih pincang dan memakai tongkat, Alhamdulillah Karl bisa berjalan tanpa kursi roda.
Sebenarnya khawatir juga membiarkan Karl ke kamar mandi sendiri. Tapi masuk dan menemani juga tak mungkin..
.
.Sholat bersama sebagai suami isteri, entah kenapa Hana sangat terharu dan menjadi sedikit emosional. Mulai sekarang dan insyaaAllah seterusnya pria di depannya akan menjadi imam di setiap sholat Hana. Selain kepada orangtuanya, sekarang Hana harus berbakti pada pria ini juga. Mendahulukannya dan tak pernah membelakanginya dalam semua hal. Mulai saat ini setiap hal yang Hana lakukan harus berdasar izin pria ini terlebih dulu. Kedudukannya sudah di atas orangtuanya. Pria ini sudah menjadi suaminya.
"Hey kenapa menangis?" tanya Karl. Saat memalingkan wajah setelah mengaminkan do'a, Karl melihat Hana menunduk menangis.
Hana menggeleng lalu meraih tangan Karl dan menciumnya. Dengan penuh Kasih Karl mengelus kepala Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
19 ✔
RomanceAku satu Kau sembilan Aku sendiri kau sempurnakan . . Ini kisah tentang gadis pecinta angka sembilan belas. 1tanya 9kata keramat dia tulis untuk pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta dalam waktu 19menit. Ahh tidak ... pria itu bahkan sudah membu...