💟DelapanBelas💟

5K 387 147
                                    


R!
'R belong to Raisya!'
-------------------------------------

***

Delapan belas ... ah tidak ... rasanya sudah lebih dari delapan belas kali Karl mencoba menghubungi orangtuanya.

"Ahh sial!!! Kenapa jadi kacau begini." Karl meraup rambutnya kasar. Dia baru saja tiba di kamar hotel.

Kemarin karena ada masalah di cabang hotel milik Papanya, jadi Karl terpaksa berangkat ke luar kota untuk mengurus semuanya sekalian mengambil cincin yang dia pesan pada temannya.

Niat mengejutkan Hana malah dia yang sekarang terkejut. Kalau tahu keluarga Hana akan datang secepat itu dia tak akan mungkin pergi. Mau pulang sekarang pun tak mungkin karena dia masih ada pertemuan dengan beberapa orang penting.

"Apa yang akan dipikirkan keluarga Raisya nanti? Aku pasti terlihat seperti pria kurang ajar yang menyuruh seorang wanita untuk datang melamar. Arrggghhh benarbenar kacau. Ini lagi Mama dan Papa kenapa tak angkat teleponku. Yaa Allah!!!"

.

Selama meeting Karl tak bisa menumpukkan perhatian pada masalah yang sedang dibahas. Pikirannya terus pada Hana.

Tak lama setelah selesai meeting, Karl mendapat panggilan telepon.

"Assalaamu'alaikum, Mama!"

"Wa'alaikumussalam, Karl!"

"Kenapa tak angkat teleponku tadi? Ada hal penting yang ingin aku ...."

"Ada keluarga yang ingin melamarmu untuk anak mereka."

Karl terdiam. Keluarga Hana sudah di rumahnya. Sudahlah pasrah saja.

"Karl kamu dengar Mama kan?"

"Iya, Ma!"

"Jadi gimana, kamu terima atau tidak lamaran ini?"

Terlalu malu, Karl memejamkan matanya rapat. Bagaimana mungkin dia yang dilamar. Sungguh memalukan!

"Karl! Apa jawabanmu?"

"Menurut Mama gimana?"

"Melihat keluarganya sepertinya Hana anak yang baik. Dia juga cantik. Nanti Mama send foto Hana ke kamu yang dibawa Ayahnya ya."

"Tak perlu."

"Lah kenapa?"

"Gpp. Biar surprise pas menikah nanti."

'Surprise apanya. Aku sudah tahu!' bathin Karl.

"Jadi itu artinya kamu setuju dengan lamaran ini? Eh tapi kalau kamu sudah ada pilihan sendiri ya Mama juga tak bisa maksa. Keputusan ada di kamu mau menerima atau tidak."

"Apa yang baik menurut Mama, baik juga untuk Karl."

"Jadi kamu setuju lah ya?"

"Hmm."

"Yasudah kalau begitu Mama tutup dulu teleponnya, tak enak membiarkan tamu lamalama. Assalaamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalaam!"

Karena lamarannya sudah terjadi jadi Karl memilih untuk fokus ke masalah hotelnya saja dulu. Terlalu dipikirkan juga hasilnya tetap tak akan berubah. Toh siapapun yang melamar juga bukan masalah besar. Ya meski pun hati lelakinya tak terima, tapi mau bagaimana lagi.
Yang terpenting sekarang dia tahu betapa Hana sangat menyukainya.

Hana:
'Assalaamu'alaikum! Dokter sudah bertemu orangtuaku?'

Karl:
'Wa'alaikumussalam! Saya tak sedang di rumah sekarang.'

19 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang