💟SembilanBelasD💟

7.5K 499 83
                                    

DEWASA☡☡☡⚠
(BOCAHBOCAH LANGSUNG BACA PART 19E SAJA NANTI) 😅😅😅

Dendam!
'Akankah hati malaikat menjadi iblis ketika ia tersakiti?'
-------------------------------------------------------------

***

Dada berombak mengingat penipuan yang baru saja diterima. Membuat khawatir pada sesuatu yang tak terjadi. Untung Tuhan memberi suami Dokter sehingga kesehatannya dijaga sangat baik dan terhindar dari penyakit jantung. Andai tadi mati terkejut pasti akan terdengar raungan seisi hotel karena dunia kehilangan makhluk menggemaskan. Setidaknya itulah yang dipikirkan Hana.

"Beraniberaninya kau, Abang!" Hana mengepalkan tangan, sangat marah. Kerudung sudah dia lempar entah kemana.

Dengan masih memakai jubah mandi, si suami tercinta menghampiri

Terkejut juga gadis kecil ini masuk ke kamar berteriak panik. Saat keluar dari kamar mandi, tubuh mungilnya malah mematung seolah baru pertama kali melihat pria tampan.

"Kamu kenapa?" Karl mengelus pipi Hana.

Sejuk di pipi karena elusan tangan dingin Karl tibatiba menyadarkan Hana, langsung menyejukkan hatinya yang murka.

"Abang Arsyad bilang Dokter pingsan. Aku berlari dari kamar pengantin kesini. Menyebalkan sekali. Ternyata dia menipuku!" adu Hana.

Melihat bibir muncung Hana membuat Karl tersenyum, luchu.
"Lain kali jangan ganggu pengantin lagi makanya!" Karl mencubit pipi Hana.

"Habis di novelnovel setiap mau malam pengantin, cowoknya dihalangi saudara atau teman pengantin perempuan dulu. Dan tak diizinkan masuk sebelum melakukan tantangan atau memberi hadiah."

"Terlalu banyak baca Novel. Nanti kalau kita menikah terus saya dihalanghalangi oleh Kasih atau Given kamu mau?"

"Aku tak khawatir soal itu. Di antara aku dan mereka, aku lah yang paling kriminal otaknya. Mereka tak akan punya ide membuat tantangan yang menyusahkan Dokter. Lagipula suamiku ini kan punya banyak hotel, tawarkan saja gratis menginap di salah satu hotel. Mereka pasti mau dan Dokter akan dipermudah di malam pengantin kita."

Karl mencubit pipi Hana lagi, benarbenar menggemaskan.
"Ya kamu benar ... sepertinya kamu yang paling menjengkelkan di antara kalian bertiga. Tapi, tentang hotel kamu harus tahu sesuatu. Itu hotel punya Papa bukan punya saya. Saya tak bisa sesuka hati membiarkan orang menginap gratis. Ada paham?"

"Punya Papa berarti punya Dokter juga, sama saja."

"Meskipun mungkin itu akan jadi milik saya nantinya tapi tetap saja sekarang itu masih atas nama Papa. Apa kamu pikir saya akan menyuap teman dan saudaramu dengan properti milik Papa? Tentu saja tidak. Saya tak mau menggunakan milik orang lain untuk mendapatkan kamu."

"Ish yealah aku ngaku kalah dah!"

"Tumben!" Karl mengacakngacak rambut Hana, senang melihatnya mengalah.

"Aku lelah." Hana berjalan menuju kasur dan berbaring. "Lagipula kalau dipikirpikir malam pengantin kita kan sudah terlewat. Tak usah khawatir tentang apa yang akan saudaraku lakukan nanti."

Karl duduk di samping Hana. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah Hana, bibirnya begitu dekat dengan telinga Hana.
"Kita belum melewati malam pengantin," bisik Karl.

Sebenarnya Hana sedikit gugup karena Karl begitu dekat dengannya, tapi dia tak mau tunjukkan. Dia tersenyum lalu melingkarkan tangannya pada leher Karl.
"Masa?" tanya Hana nakal.

"Jangan memprovokasi saya, nona Raisya." Karl memperingatkan.

"Mana berani aku memprovokasi Dokter pervert ini." Hana meletakkan satu tangannya di dada Karl.

19 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang