💟Empat💟

5.9K 356 52
                                    

Arah

"North ... East ... West ... South!!!
Berjalan ke arah mata angin berbeda.
Berhenti di titik yang sama."

***

Empat jam patah hati, tissue di rumah langsung ludes. Bukan untuk mengelap air mata. Tapi untuk mengelap mulut yang belepotan makan cake dan eskrim cokelat.

Benarbenar tak disangka ternyata cinta yang baru saja dirasa dilabuhkan pada kekasih orang lain.

"Mau bilang dia sok cakep tapi emang cakep beneran. Mau bilang sok baik tapi emang baik. Huh nyebelin. Uhhh keselkeselkesel!" rengek Hana sambil memukulmukul boneka kesayangan Given.

TUK

Suara aneh menganggu acara galau Hana. Dia mengintip ke luar jendela. Tapi tak ada apaapa. Karena penasaran dia pun keluar. Ada sebuah batu di teras, ukurannya tak lebih besar dari rasa kecewa Hana memang. Tapi cukup untuk membuat kaki sakit jika terinjak.
Entah apa yang menyebabkan batu itu tersesat ke teras, logik tak kalau itu ulah orang iseng?

.
.
.

"Astaghfirullah!" Given terkejut melihat rumah berantakan.
"Hana! Hana! Hana!"

Tak ada sahutan. Given mulai khawatir lalu mencari Hana ke seluruh penjuru rumah.

"Allahu! Hana kau dimana? Jangan membuatku takut! Hana jangan main petak umpet sore begini lah. Cepat keluar oyy!!! Nanti kau diumpetin setan tahu rasa kau. Cepat keluar. Hana!!!"

Saat datang tadi pintu rumah sudah terbuka. Membuat Given semakin berpikiran buruk. Apalagi hp Hana terletak elok di sofa ruang tamu, jelas tak bisa dihubungi.

"Hana!!!" Given berteriak ke luar rumah.

"Ada apa?" tanya Shopi, teman Given yang tinggal di sebelah rumah mereka.

"Adikku tak ada di rumah." Jawab Given panik.

"Mungkin dia jajan ke warung atau jalanjalan sekitar kampung."

"Gak mungkin. Tadi pas aku pulang pintu sudah terbuka dan rumah berantakan. Kalau terjadi sesuatu padanya bagaimana?"

"Yasudah kita cari dia. Mungkin tak jauh dari sini. Aku akan minta bantuan temanteman yang lain juga." Ucap Shopi.

"Yasudah. Aku cari dia dekat warung dulu."


Tak ada hasil meski telah mencari. Hana belum ditemukan. Hari sudah hampir maghrib.

"Ada apa?" tanya Karl yang kebetulam baru pulang dan melihat banyak orang berkumpul. Sontak semuanya memandang Karl.

"Adik dokter Given hilang." Jawab Satria yang dari tadi ikut membantu pencarian.

"Hah??? Hilang? Innalillah. Apa sudah dicari ke sekitar rumah? Barangkali dia sedang main."

"Sudah. Kita sudah mencarinya dari tadi. Tapi tak ketemu."

"Hmm atau mungkin dia pulang ke rumah orangtuanya. Bisa jadi kan?" duga Karl.

"Pakaian dan ponselnya masih ada. Dan tadi saat datang pintu sudah terbuka dan rumah berantakan. Itu yang diceritakan dokter Given." Terang Satria.

"Given, apa benar?" tanya Karl memastikan.

Given yang sedang duduk menekup muka itu mengangguk mengiyakan.

Karl tibatiba teringat pria yang tadi pagi lewat di depan Given. Dia sudah punya sangkaan buruk pada pria itu.

"Allahu!!!" Karl meraup wajahnya risau.

19 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang