💟EmpatBelas💟

5.8K 460 75
                                    

PURNAMA!
'Memulai penantian.'
---------------------------------------

***

Empatbelas menit yang lalu Arsy baru saja tiba di rumah. Keadaan Hana benarbenar melukai perasaannya. Yang ditakutkan terjadi lagi.

"Makan dulu, Bang!" Intan yang baru selesai memanaskan makanan langsung menaruh makanan itu di depan Arsy.
Sengaja makanan dibawa ke kamar Hana, karena dia tahu Arsy tak akan mungkin mau turun untuk makan. Sama seperti Dafa yang tak sedikit pun berganjak dari kamar Hana.

"Tan, bagaimana Syifa?" tanya Arsy.

"Syifa masih diam di atas sejadahnya. Tak putus berdzikir dari tadi." Jawab Intan.

"Sudah jam sebelas malam lho. Ajak dia makan dulu terus kalian langsung masuk tidur, istirahat!" arah Dafa.

"Baiklah!" Intan pun keluar untuk membujuk Syifa.

"Dafa, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Arsy.
Setelah seperempat jam diam akhirnya dia bertanya juga.

"Beberapa orang mencegat mobil yang dinaiki Hana. Lalu teman yang bersama Hana dipukuli. Mungkin karena melihat itu Hana jadi drop begini."

"Setelah bertahuntahun kenapa bisa seperti ini lagi???" Arsy meraup rambutnya kasar.

"Dokternya pernah bilang kalau kenangan mengerikan itu tak akan pernah terhapus dari memori otak Hana. Jika ada yang memicu, kenangan itu akan langsung muncul lagi dan kembali menyiksa Hana." Jelas Dafa.

"Tapi bukankah Hana sudah baikbaik saja??? Dia bahkan sudah tak apaapa saat dibawa melihat film action penuh adegan kekerasan, melihat langsung lomba bela diri pun dia sudah tidak pernah takut lagi. Kenapa kenangan itu menghantuinya lagi?"

"Entahlah Bang!"

"Pasti ada sesuatu yang kita lewatkan. Ada puzzle yang belum kita temukan." Ucap Arsy berkias.

"Abang!" tibatiba Syifa datang dengan masih memakai mukena dan langsung memeluk Arsy.
Intan hanya menggelengkan kepala melihat Syifa yang enggan makan dan malah datang menemui Arsy.

"Hey sudahlah ... Hana akan baikbaik saja." Arsy mengelus kepala Syifa lembut.

"Aku takut sekali saat Given menelepon tentang Hana tadi. Kenapa Hana kita jadi seperti ini lagi?"

"Tenanglah! Hana sudah tidak apaapa. Ada kita yang akan menjaganya. Dia sudah bersama kita sekarang." Arsy melerai pelukan lalu memegang kedua pipi Syifa. "Sudah punya anak segede Hana pun kamu masih cengeng." Ledek Arsy.

"Abang!"

"Sekarang kamu makan dulu dengan Intan. Setelah itu kalian istirahat. Hana ... biar Abang dan Dafa yang jaga."

"Aku mau disini dengan Abang!"
Syifa memeluk Arsy dari samping.

"Masih sempatsempatnya kau bermanja dengan Abang Arsy, Fa!" ucap Intan yang sudah duduk di kasur Hana bersama Dafa.

"Dengki!" cebik Syifa.

"Sekarang kita makan ya. Abang suapi mau?" tawar Arsy.

Syifa mengangguk mengiyakan. Dasar! Sudah emakemak pun mengadangada.

"Kalau begini sepertinya Hana akan punya adik deh." Bisik Intan pada Dafa.

"Kita saja yang kasih adik duluan buat Hana gimana?" balas Dafa.

"Dihhh gatal!"

Saat Syifa dan Arsy makan, Intan berbaring di sebelah Hana. Dia menatap Hana dan mengelus lembut kepalanya. "Tidur yang nyenyak anaknya Mama." Ucap Intan lalu mencium dahi Hana.

19 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang