Epilog

5K 367 68
                                    

***

Sekeras apapun, yang namanya hati pasti punya sisi lembut. Tak pernah tersenyum bukan berarti tak pernah bahagia, tak pernah menangis bukan berarti tak pernah sedih. Menolak perasaan seseorang bukan berarti tak punya perasaan. Seseorang tak punya perasaan, itu mitos.

"BERISIK!"

Teriakan gadis kecil menarik perhatiannya. Sebelumnya dia tak pernah peka dengan sekeliling. Tapi kali mendadak mengamgkat wajah mencari sumber suara.

"Kalian lihat ya sebentar lagi aku akan punya Ayah. Aku akan pecahkan celengan bebekku, uangnya aku akan pakai untuk beli Ayah. Aku akan membeli Ayah terbaik di dunia, lebih baik dari yang kalian punya. AKU AKAN PUNYA AYAH!"

Suara lantang gadis itu membuat tertegun.

'Anakanak ini membully anak perempuan yatim?' pikirnya

Meski ingin tapi melihat keberanian anak itu, dia mengurungkan niat untuk membantu. Eh tapi sejak kapan dia bisa memiliki niat mulia seperti itu? Bukankah dia selalu 'tak berperasaan?'

"Menikah saja denganku. Ayahku akan jadi Ayahmu nanti. Kau tak usah membeli lagi. Mending uangnya buat beli eskrim."

"Tak mau. Kau tak tampan. Kata Mommy aku harus menikahi pria tampan!"

'Apaapaan itu barusan?' Dia tak bisa tak tersenyum mendengar celoteh dali mulut kecil itu. Benarbenar anak yang menggemaskan.

CUP!

Matanya membulat melihat pria yang tadi mengajak menikah tibatiba mencium pipi montel gadis kecil yang baru saja dia anggap menggemaskan.

"Aku sudah menciummu. Kau harus menikahiku!"

'What? Really? Dasar bocah!'
"He...." Dia ingin berteriak tapi suaranya tercekat di tenggorokan saat mendengar suara tangisan gadis itu.

"MOMMMMMYYYYYY!" gadis kecil yang pemberani itu menangis sambil memegangi pipinya.  "Kau jelek jelek jelek! Aku tak mau menikahimu kau jelek! Pergipergipergi! PERGIIIIIII!"
Raungan anak itu semakin keras lalu mendorong anak yang baru saja menciumnya sampai terjatuh.

"Hey kenapa kau menciumnya? Kalau perutnya jadi buncit bawa adik bayi gimana?" salah seorang anak berkata dengan wajah takut. "Ayo kita pergi saja. Ibu akan marah kalau tahu!

Si pencuri ciuman itu diseret pergi oleh temantemannya.

"Ihhh jijikjijikjijik!"
Setelah semua pergi gadis kecil itu mengusapngusap pipinya.
Dia berlutut dan mengambil tanah dan diusapusap pada pipi yang sudah merah. "Hana tak mau punya baby!" anak itu terus terisak, tangannya tak berhenti mencuci muka dengan tanah. Tal lama kemudian bangkit lalu berjalan menuju pohon besar. Duduk memeluk lutut, bersandar pada pohon. Tangis sesegukannya masih belum berhenti.

Dia yang dari tadi menonton merasa kasihan mendengar tangisannya. Entah kenapa dia ingin membawanya ke dalam pelukan dan menenangkannya.

"Hana, kenapa?" pria besar yang entah siapa menghampiri anak itu.

"Appoooo!" gadis kecil itu bangun dan memeluk pria besar.

"Kenapa kamu menangis hurm? Dan kenapa wajahmu kotor? Apa kamu jatuh."

Anak itu seperti takut berbicara yang sebenarnya, "Hana sedang main pasir jadi kotor."

"Lalu kenapa menangis?"

"Anakanak nakal itu mengganggu Hana lagi. Dia bilang Hana malang karena tak punya Ayah. Hana saja yang tak punya Ayah, mereka punya. Hana mau punya Ayah biar tak diledek lagi."

19 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang