3 Words

570 95 25
                                    

Cast : Oh Sehun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast : Oh Sehun

OooO


"Salah! Perbaiki lagi!"

"Ini juga!"

"Sial! Yang ini juga! Yak ... apa kau kura-kura? Kenapa lamban sekali mengerjakan semua yang kuperintahkan?

Wanita berdiri sambil meremas jemarinya. Ingin sekali ia menghela napas. Atensinya beralih malas pada sudut meja sang atasan yang kini dipenuhi tumpukan dokumen yang harus ia perbaiki. Apa dia tidak salah lihat? Dokumen yang mesti dikerjakannya bahkan hampir menyamai dagu  sang atasan yang masih memeriksa sisa dokumen yang baru kemarin ia serahkan.

Kadang ia merasa salah mengambil keputusan—jadi sekretaris. Dari sekian banyak pekerjaan yang dilakukannya, bisa dibilang tak pernah dinilai sempurna. Jangankan sempurna, sekadar untuk mendapatkan pujian, rasanya begitu sulit. Setiap peluh yang dititikkan, selalu gagal membuat sang atasan terkesan. Cemooh dan ketidakpuasan, sudah sama seperti nasi—makanan sehari-hari.

Oh Sehun, pria yang sulit untuk ditaklukkan. Berbicara masalah pekerjaan, ikutkan nama pria itu sebagai si Penggila Kesempurnaan—perfeksionis. Sementara Sohyun merasa lebih mudah menyalahkan nasibnya yang sial. Ia terpilih menggantikan sekretaris pria Oh sebelumnya yang mendadak mengundurkan diri. Dengan cara suit batu, gunting, kertas, begitulah cara Sohyun terpilih menjadi sekretaris baru OhSehun. Katanya sementara, tetapi tetap saja siksaannya nyata.

Banyak orang yang bilang pekerjaannya sederhana. Sekadar membuat dan mengurus dokumen, tapi Sohyun yakin mereka akan berubah pikiran hanya dengan sehari menggantikannya di posisi ini. Fakta bahwa bekerja dengan Sehun, menjadi faktor utama kenapa pekerjaan ini tidak semudah yang kebanyakan orang bilang.

Menurut Manager HRD, seharusnya akan ada pengganti Sohyun yang tiba dalam dua minggu lagi. Hingga saat itu tiba, Sohyun masih harus bersabar. Ia juga tak punya pilihan. Nasib sebagai pekerja biasa, tidak membuatnya memiliki wewenang untuk menolak.

"Sabar, Hyun. Semua ini akan berakhir dalam dua minggu. Semangat!" Salah satu pekerja yang menemukan Sohyun baru keluar dari ruangan pimpinan tertinggi itu coba menyemangati.

Sohyun mendudukkan diri dengan lesu. Ia menyelisik air mukanya di kaca kecil yang terletak di meja kerjanya. Lagi-lagi ia menghela napas. Kacamata bulat, rambut tersanggul tinggi, rasanya mustahil. Rasanya tidak mungkin ia bisa bersama dengan Sehun yang sangat menyukai kesempurnaan.

***

"Kau melamun!"

Sohyun tersentak. Diikuti netranya yang mendelik kala lawan bicaranya memeluk dari arah belakang. Tulang pipinya perlahan meninggi diikuti tersenyum simpul ketika pria yang sama menyandarkan kepalanya di bahu Sohyun. Wanita berkacamata itu menimpali tangan kekar yang masih melingkar di pinggangnya, mengusapnya dengan lembut.

LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang