Stranger

653 105 28
                                    

 Cast : Kim Hanbin—Ooo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast : Kim Hanbin
—Ooo—

Di sinilah aku sekarang. Sebuah tempat terpencil, jauh dari kegaduhan kota besar. Hanya salah satu tempat tersudutkan dengan suasana pagi yang begitu menyejukkan. Tempat yang sama di mana aku bisa menemukan banyak hal yang lekat dengan keaslian alam. Suara riuh kicauan burung yang menyanyi—menjadi melodi unik tersendiri di pagi hari. Begitu juga suara percikan air gunung yang seolah diberikan percuma untuk semua penduduk, serta udara segar yang diterima baik oleh paru-paruku yang terbuka lebar.


Di sini. Tempat yang menjadi tempat pelarianku.


"Selamat pagi, Nona Kim," sapa seorang pria baya yang setiap harinya selalu membopong cangkul di punggung belakangnya, "bagaimana tidurmu? Semoga kau betah tinggal di sini."


Aku tersenyum padanya. Sepertinya aku betah di sini, meski ini sudah jadi hari kelima aku melarikan diri. Benar! Aku seorang buronan.


Sayangnya, bukan polisi yang mencariku. Melainkan, keluargaku. Singkat cerita, aku kabur dari perjodohan yang direncanakan Ayah dan Ibuku. Walau bukan rencana yang wow, tapi aku berhasil menghilang sehari sebelum perjodohan dilakukan. Melalu jendela kamar, aku menjadikan celah itu sebagai jalan keluar demi mendapatkan kebebasanku.


Terlebih mereka memperlakukan pernikahan selayaknya bisnis. Mungkin hal ini lumrah untuk anggota keluargaku yang lain, tetapi tidak denganku. Sangat sulit bagiku menerima doktrin lama yang katanya selalu berlaku di keluarga. Ya, aku sama sekali tak tertarik menikah dengan orang yang tidak dikenal.


Jangankan kenal, aku bahkan tak mengetahui rupanya. Atau namanya. Ditambah mereka bilang perjodohan ini sudah ditetapkan dan langsung direstui Kakek. Oh, ayolah ... Kakek bahkan sudah ada di alam berbeda. Apa dia akan memberi angpao nantinya bila aku menikah? Jangan konyol!

Hipokrit. Begitulah aku menilainya. Menilai mereka. Pastilah ada yang bernilai lebih dari sekadar mengatakan bahwa perjodohan ini sudah diaturkan kedua belah pihak sejak lama. Dan kenapa baru sekarang? Setelah aku berumur 23 tahun, aku baru diberi tahu kalau hidupku sudah ditetapkan jadi milik orang lain. Apa mereka tidak berpikir seharusnya bertanya padaku? Ini hal yang penting. Penting untukku!

Ah ... sudahlah. Semuanya sudah terjadi. Kabur ... sudah jadi pilihanku.

***

"Apa benar di sini tempatnya?"

Berbekal secarik peta lecek, kuputuskan untuk melakukan hal-hal yang belum pernah kulakukan selama hidup. Contohnya seperti saat ini. Mendaki.

Terbilang aku amatir. Bukan! Aku adalah pemula.

Menapaki jalan terjal, berbekal dua buah mentimun dan sebotol minuman, aku siap memulai perjalananku. Semua ini memang ide gila, tetapi hey! terkadang butuh hal-hal seperti ini untuk membuatku tetap waras.

LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang