Cast : Kim Taehyung
"Menyebalkan! Kenapa harus turun hujan di jam seperti ini?"Rengekan bak anak kecil terdengar jelas di depan pintu keluar ruang kuliah. Maklum, jarak setiap gedung setidaknya harus melewati sepuluh hingga lima belas langkah—tergantung panjang kaki. Sebenarnya terbilang pendek, 'kan?
Namun, begitulah. Wanita ... kebanyakan lebih mengkhawatirkan polesan bedak dan lipstik yang melekat di bibir masing-masing. Setitik hujan diperlakukan bak noda. Sungguh tidak adil.
Padahal untuk beberapa orang di luar sana, betapa bersyukurnya mereka disapa hujan yang kerap dinanti kehadirannya.
Membuka tali yang mengunci kain berpola bundar tersebut, ada gadis lain yang tak ragu menerobos hujan di tengah gerutuan yang tak berhenti mengusik rungu. Ketika banyak mahasiswi melengkapi bawaan mereka dengan jenis bedak, lipstik dan parfum berbeda merk, dia tidak. Setidaknya ia merasa tidak perlu membawa kebutuhan tersebut selayaknya ia butuh sebuah payung.
Payung, barang wajib yang tersimpan apik dalam tasnya. Cukup sebuah payung lipat kecil dengan motif polos bewarna ungu, mampu mengembalikan kepercayaan dirinya. Tak mengharuskan musim hujan, benda kecil itu tak pernah luput dibawa. Seperti bentuk kesiapan menghadapi bentuk cuaca yang kadang tak tertebak. Lagi pula, ia bukan peramal cuaca.
Kendati demikian, tak semua orang menilai sama. Tidak sepertinya. Ditambah sikap pendiam yang kerap diartikan pemurung oleh orang lain, perangainya malah dinilai ganjil. Bagaimana tidak, bahkan pada saat tidak ada hujan sekali pun, ia selalu mengenakan payung ketika berada di luar ruangan.
Pengecualian malam hari.
Bermula dari daya tubuhnya yang ringkih, sengatan mentari menjadi salah satu kelemahannya. Paparan yang tidak disanjung layaknya sahabat. Hanya mampu membuatnya berbaring lemah dalam hitungan hari.
Doktrin yang terus tumbuh dan mengakar seiring ia beranjak dewasa. Tak ada alasan baginya melepaskan kebiasaan yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dipandang aneh, itu menjadi efek lain yang harus disesap.
Buk!
Benturan yang tidak disengaja. Sang pria begitu antusias menghindari hujan. Begitu pula dengan gadis bersurai panjang dengan kesan sederhana yang larut dalam kemesraannya bersama hujan, sama sekali tak menyangka akan bertubrukan di tengah rintik hujan yang mempertemukan keduanya secara kebetulan.
"Maafkan aku."
Tangan ramping itu terulur seturut payung yang terhempas kini dikembalikan padanya. Pertemuan pertama dan ganjil, menjadi awal keduanya saling mengenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LETTER
FanfictionKau, aku dan dia ... pada akhirnya kita semuanya hanya akan tinggal kenangan. Namun, biarkan aku meninggalkan jejakku sebelum hal itu terjadi. Setidaknya meninggalkan asaku untuk kau yang tidak menyadari hadirku, perasaanku dan inginku. Atau untuk k...