Kau, aku dan dia ... pada akhirnya kita semuanya hanya akan tinggal kenangan.
Namun, biarkan aku meninggalkan jejakku sebelum hal itu terjadi. Setidaknya meninggalkan asaku untuk kau yang tidak menyadari hadirku, perasaanku dan inginku.
Atau untuk k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cast : Park Chanyeol
—0oo0–
Mulailah dengan sesuatu yang manis, agar kau bisa mendapatkan akhir yang manis pula.
Klise, bukan?
Perkataan tanpa didukung fakta yang layak diperdebatkan. Cenderungnya mengacu untuk penyemangat diri agar bisa berpikir positif, meskipun kebanyakan kita juga menyadari bahwa untuk mendapatkan ending yang manis tetap butuh perjuangan. Bukan karena sesuatu yang diawali dengan hal-hal yang terkecap manis, seperti gadis Kim yang mengartikan hal tersebut secara dasar. Secara harfiah.
Baginya, manis diartikan hal yang baik atau menyenangkan. Manis artinya cokelat. Jadi, kalau ada yang menyuruhnya, "Awalilah dengan yang manis," maka gadis berponi itu termasuk orang yang mengaminkan bahwa segala sesuatu itu akan lebih baik bila diawali dengan cokelat.
Sohyun—Kim Sohyun—namanya. Putri bungsu keluarga Kim, si penyuka cokelat level akut tanpa memiliki kekhawatiran dirinya bakal cepat melebar ke samping akibat kesukaannya. Maniak yang sadar dirinya tak mampu bertahan sehari di dunia tanpa asupan kafein yang membuatnya candu—cokelat.
"Min Jae-ya!" Pekikannya yang nyaring mericuhkan suasana hening di keluarga Kim. Dilihat dari jam yang terpasang di tembok, saat itu masih pukul 06.00 pagi. Terbilang dini hari bagi ayah, ibu, dan saudara laki-lakinya yang masing ingin merasakan ketenangan di hari libur.
Sohyun membanting pintuk kulkas tanpa ragu. Air mukanya berubah; bibir atas menyungging, gigi gemeretak, putri bungsu itu lekas menaiki anak tangga dengan kaki menghentak. Seolah disengaja. Ia langsung menuju kamar yang terletak di lantai satu. Di depan kamar jelas-jelas tertulis SohyunProhibit To Enter. Sayang, peringatan itu tak cukup mampu menggoyahkan niat gadis Kim itu yang menyela masuk dan membangunkan sang kakak yang dilihatnya tertidur pulas.
Mengambil botol air di atas nakas Min Jae, Sohyun mengguyurkan isi botol tepat ke wajah Min Jae. Bagaikan ikan yang kehabisan air, Min Jae kontan menggelepar. Kedua pelupuknya terbuka cepat. Begitu pula dengan kesadarannya yang lekas menyatu.
"Yak! kau mau mati? Apa yang sedang kaulakukan di kamarku?!" serunya seraya memelotot. Min Jae bergegas berdiri usai menyeka wajahnya yang basah dan dingin.
Bila Min Jae terlihat marah, maka tidak dengan lawan bicaranya—Sohyun. Ia bersedekap dan tenang, walau saudaranya itu terus menatap tajam ke arahnya. Sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Sebaliknya, gadis itu berdiri menampilkan anggaknya sebagai pihak yang merasa benar. Bisa diihat dari alisnya yang berjungkit.
Sohyun menggeram, "Kau yang mau mati! Beraninya memakan cokelat punyaku. Bukankah sudah kubilang kalau kau berani memakannya berarti harus menggantinya sepuluh kali lipat. Mana gantinya?" Kemudian ia mengulurkan tangan.