Jika ingin melihat cinta dan kasih yang tulus, lihatlah bagaimana ibumu mengupayakan yang terbaik untuk kebahagiaanmu.
🌿🌿🌿
Yang banyak orang kenal adalah Risya yang ceria, periang, kuat, namun kadang bersikap manja jika sedang di lingkup keluarganya. Bukan yang kemarin terlihat seperti was-was, banyak diam, dan melamunkan seseorang yang bukan mahramnya sama sekali itu bukan dirinya yang sebenar-benarnya. Ah, Dave memengaruhi terlalu jauh rupanya. Si egois itu.
Semilir angin yang tertiup dari arah jendela menerpa wajahnya. Ketenangan begitu terpancar jelas dari raut mukanya dengan sangat tulus terlihat. Sepertinya gadis itu telah kembali pada dirinya yang banyak orang kenal.
Yang kemarin itu sangat bukan dirinya saat dia memikirkan dengan berlebihan seseorang yang telah menghilang membawa serta ketenangan hatinya. Tapi dirasanya sudah cukup kemarin-kemarin bahkan selama tingga minggu terakhir saja ia bersikap demikian, karena sekarang saatnya dia kembali menjalani hidupnya normal seperti yang sudah-sudah, seperti sebelum dia mengenal laki-laki lain lebih dekat selain daripada kakaknya sendiri.
Seperti biasa saat-saat dia lepas dari sesuatu yang membuatnya lupa akan jati dirinya, maka sudah pasti dia akan menghabiskan waktu dengan memanjakan keinginan hatinya untuk banyak menghabiskan waktu dengan Alquran. Begitulah biasanya sebab dirinya berpikir butuh meningkatkan lagi hal yang bisa menjadi pelindung hatinya agar tidak mudah terombang-ambing karena dunia terkadang bagaikan godam, yang bisa saja membuat seseorang jatuh terlalu jauh sampai lupa cara bangkit.
Dengan beralaskan sajadah gadis itu duduk menghadap kiblat dengan Alquran di tangannya. Baru saja dia laksakan salah satu salat sunah yang seperti sudah wajib baginya karena sangat amat jarang ditinggalkan. Risya baru selesai mendirikan salat sunah duha dan kini ia ingin muraja'ah hafalan agar tidak semakin terkikis.
Sebagai bukti terkikisnya ayat suci Alquran yang telah dihafalkannya sejak kecil adalah seperti kemarin-kemarin contoh kecilnya. Gadis itu larut dalam rasa was-was yang melilit hatinya yang tanpa sadar itu hanyalah bisikan setan semata. Dan dengan naifnya dia mengikuti bisikan itu, banyak memikirkan dia yang tidak seharusnya menyita waktu, bahkan membuatnya kehilangan ketenangan. Padahal kan secara sangat jelas seorang yang di dalam hatinya terdapat ayat suci Alquran, akan dengan sangat bisa menahan diri untuk tetap mempertahkan ketenangan. Berarti sangat jelas bahwa hafalannya terkikis karena ketidakmampuannya melawan bisikan setan.
Bukan hanya karena terbawanya pergi ketenangan hatinya, tapi juga karena dia yang sangat sibuk dengan dunia kampusnya sampai membuatnya kurang waktu bersama Alquran.
Saat masih duduk di bangku sekolah dia banyak menghabiskan waktunya untuk sekadar membaca, muraja'ah, atau lanjut menghafalkan guna untuk menambah hafalannya. Tidak seperti sekarang, miris.
Terakhir menyetorkan ke Abinya saat Risya tuntas menghafal juz dua puluh dua dan setelahnya dia tidak lagi pernah menyetorkan hafalan per juz. Terkadang jika sempat dia hanya menyetorkan hafalan hadisnya saja, itu pun kalau dia sempat. Sangat disayangkan ya? Dunia memang penuh kefanaan.
Kini Risya bertekad kembali seperti dulu, di mana tidak pernah dia mengizinkan hafalan qurannya terkikis, terlebih hanya karena rambat pikirannya tentang seseorang yang tidak penting.
"Shadaqallahul 'adzim," Risya mengakhiri bacaannya setelah yakin dia sudah mengingat jelas hafalan yang kemarin sempat samar-samar diingatannya.
Ponselnya juga sudah berdering sejak tadi membuat konsentrasinya buyar.
"Assalamualaikum, Umi," ujarnya setelah menggeser ikon menerima panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Rasa (END)✔️
Tâm linhUpdate tiap senin, rabu, jumat, sabtu! Baca yuk! Kali aja bisa jadi temanmu mengarungi kisah cinta yang abu-abu, sebab belum pahamnya dirimu dengan cinta atas dasar cintamu pada-Nya, Sang Pemilik Cinta. Bukankah romantis jika rasa itu dinamai Cinta...