03.

460 65 0
                                    

Author Note :

Aku rasa kali ini akan menjadi fanfict terpanjang yang aku buat /menangos/.

Yui pulang ke rumahnya dan mendapati suara ribut dari dalam saat dia berdiri di depan teras. Ia menarik nafasnya, "... ku mohon jangan lagi,". Perlahan tangannya menekan gagang pintu lalu mendorongnya. Suara sayup-sayup itu kini terdengar begitu kencang dan jelas di telinganya.

"KAU, KAN, JUGA BEKERJA! MASA AKU YANG HARUS BAYAR SEMUA PENGELUARAN?!"

"KAU PIKIR GAJIKU CUKUP MENUTUPI SEMUA PENGELUARAN KITA?!"

Yui berusaha sebisa mungkin untuk menutup telinga, mengabaikan apa yang terjadi di dalam rumah itu, berpura-pura tidak terjadi apapun.

"AKU MENYESAL MENIKAHI PEREMPUAN SEPERHITUNGAN MACAM KAMU!"

"AKU LEBIH MENYESAL KARENA MENIKAHI PRIA BRENGSEK SEPERTI KAMU! AKU AKAN GUGAT CERAI!"

Yui masuk ke dalam kamarnya dengan mengigit bibir, mencoba menahan teriakan yang memaksa dikeluarkan. Ia terjatuh bersender di pintu, suara teriakan dari kedua orangtuanya membuat hatinya semakin remuk.

"Baik! Kalau itu maumu! Aku pergi!!!" Suara pria diikuti bantingan pintu menjadi akhir dari perdebatan rumah tangga yang terjadi di bawah sana.

Tidak lama ia mendengar langkah kaki menaiki tangga lalu berhenti di depan kamarnya, "Yui.. buka pintunya, ibu mau bicara..."

Yui tak bergeming dari tempatnya. Ia masih memeluk lutut dan membenamkan wajahnya. Ia tak kuasa menahan tangisnya lebih lama lagi.

"... ku rasa kau sudah dengar semuanya tadi." Sambung sang ibu, "kami memutuskan bercerai."

Mendengar hal itu, Yui sama sekali tidak terkejut. Ia paham sewaktu-waktu semua akan berakhir dengan mengambil jalan berpisah. Disisi lain, ia memikirkan tentang kondisi dirinya sendiri, bagaimana dengan kehidupannya nanti? Dengan siapa dia harus tinggal? Ayahnya? Ia takut, sangat takut. Ia tidak bisa tinggal dengan pria yang selalu mabuk dan selalu bersikap kasar pada ibunya. Namun juga tidak dengan ibunya.

Yui mendengar suara desahan dan kemudian langkah pintu yang tertutup. Yui menduga ibunya telah masuk ke kamar, maka ia segera membuka pintu. Kosong. Rumahnya menjadi sangat sepi setelah beberapa menit berlalu.

***

"Kamu dapat uangnya?" Tanya seorang gadis berjaket satin warna merah pada Fuyuka. Dengan cepat Fuyuka merogoh kantong jaketnya dan memberikan tiga lembar uang seribuan padanya.

"Sesuai permintaanmu, Shiori. 3000 yen!"

Gadis bernama Sato Shiori itu tersenyum bangga saat memasukan uang tersebut ke dalam kantongnya. "Bagus, bagus, begitu dong. Kalau mau ikut kelompok kami harus pandai-pandai mendapatkan uang!"

Sato Shiroi, salah satu dari perwakilan utama kelompok yang Fuyuka tempati. Dia bertugas merekrut kelompok baru. Atas kemauan sendiri dan dengan dorongan kekasihnya, Fuyuka akhirnya mau masuk ke dalam kelompok tersebut.

"Selamat datang, saudariku. Sekarang kamu resmi menjadi kelompok kami!"

Fuyuka tersenyum lebar. Dengan begini, tidak akan ada orang yang berani merendahkan dia lagi, tidak akan ada yang memandangnya sebelah mata lagi.

Tangan Fuyuka tergenggam erat oleh tangan Shiori yang menuntunnya ke dalam markas kelompoknya. Dengan lantang gadis itu menyuarakan nama Fuyuka sebagai anggota baru.

"Jadi, anak baru, apa kamu siap menjalani misi baru hari ini?" Tanya Shiori yang langsung diangguki oleh Fuyuka.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Kuroi HitsujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang