11.

345 48 4
                                    

Pria itu kadang lebih sulit di tebak daripada wanita. Mereka bisa semudahnya marah, lalu minta maaf, kemudian kembali melakukan hal yang sama. Fuyuka merasa muak dengan kondisi seperti ini, selalu direndahkan oleh karena status sosialnya oleh -- ntah bisa Fuyuka anggap kekasih lagi apa tidak setelah kejadian itu.

"Miyu, makan dulu." Fuyuka hanya punya adiknya saja yang trauma dunia luar, ia menjadi anti-sosial semenjak ibu mereka pergi. Setidaknya, ia masih belum sendirian, kan?

Dua mangkuk ramen menjadi teman makan malam mereka di apartemen kecil yang kumuh ini. Sebenarnya, dibalik sikap sok jagoan Fuyuka tujuannya hanyalah untuk mendapatkan pengakuan. Cukup sang kekasih yang selalu merendahkannya.

"Hmm.. Sugai akan pindah besok, lalu siapa yang akan memberikanku uang lagi ya..." guman Fuyuka sebelum ponselnya berdering, panggilan dari Shiori.

"Ya. Hallo?"

"Kau dimana?"

"Rumah...---"

"Cepat datang, aku butuh bantuanmu,"

Fuyuka mau tak mau datang ke tempat Shiori walau sebenarnya dia enggan karena pasti akan bertemu pria brengsek yang sudah berusaha minta maaf berulang-ulang.

"Oh, ku pikir kau akan datang lama." Sambut Shiori melihat Fuyuka yang cepat sekali datangnya.

"Mana yang lain?"

"Mereka akan datang. Kau tidak sekolah?"

"Aku ambil kerja full, aku butuh banyak uang karena biaya apartku harus segera di bayarkan."

Shiori tersenyum, "kebetulan sekali ya?"

"Apa..?"

***

"Watanabe Risa, apa-apaan ini semua?!"

Oda Nana, wanita yang berprofesi sebagai manajer seorang model kini memijit batang hidungnya dengan frustasi. Pasalnya, talentnya baru saja melakukan tidak kekerasan terhadap dua kakak kelasnya sendiri.

"Ini bukan salahku,"

"Memukul mereka itu---"

"Sudah ku bilang ini bukan salahku!!!"

Risa tidak pernah semurka ini sepanjang Oda mengenalnya, ia juga tidak pernah menyangka bahwa Risa bisa bertindak jauh seperti sekarang. Yang ia tahu hanyalah Risa itu pemabuk karena tekanan dari pekerjaannya.

Tidak ada yang pernah tahu perasaan Risa, gadis itu menyembunyikannya dengan apik. Dia selalu berwajah datar dengan latar kehidupan yang tidak banyak terekspos.

Oda mendesah pelan, "Lalu kamu mau cerita apa masalahnya?"

Yui dan Yurina sama-sama kembali ke kelas namun mereka dihentikan oleh seorang murid yang berkata bahwa mereka berdua harus menghadap kepada kepala sekolah.

Yui bergemetar, "Yurina, apa kau memimpikan ini sebelumnya?"

"Tidak," jawab Yurina datar, "ini bukan bagian dari mimpiku,"

Sejujurnya, agak tidak dipercaya bahwa Yurina dapat bermimpi melihat masa depan, tapi bagaimana semua 'kebetulan' ini terjadi, Yui mau tidak mau jadi percaya.

Dengan ragu mereka berdua pergi ke kantor, dimana disana mereka berdua langsung terkejut melihat kakak kelas mereka penuh lebam dan luka-luka.

"Ah, Hirate, Kobayashi, kebetulan sekali. Masuk, ada yang ingin bapak bicarakan pada kalian."

"Hanya karena itu?!" Risa membuang muka setelah melihat reaksi dari manajernya, Oda Nana. Wanita itu kembali mendesah tak percaya soal tingkah laku talentnya sekarang.

Kuroi HitsujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang