06.

355 52 0
                                    

Yurina bersiap untuk pergi ke rumah sakit selepas pulang sekolah. Ia membereskan buku-bukunya dan mulai menarik nafas, ia memencet nomor milik Yuuka untuk mengonfirmasi kedatangannya.

"Ah, Hirate!" Yurina menoleh tak lama setelah ia menempelkan ponsel ke telinganya. Seorang gadis manis yang agak pendek itu melambaikan tangan padanya, ah, Koike Minami.

"O-oh, Koike-san."

"Belum pulang?" Tanya Minami dengan suara manisnya, "oh, lagi telfon ya.."

"Um. Tapi gak apa, dia gak menjawabnya." Yurina mematikan panggilan setelah tak mendapatkan jawaban. Mungkin saja Yuuka sibuk atau melakukan hal lain yang membuatnya tak memegang ponsel.

"Hirate pulang ke arah mana?"

Yurina menunjuk ke halte, "Aku akan ke pusat kota dulu, ada urusan disana. Kau sendiri?"

"Sama. Rumahku dekat pusat kota, mau nunggu bus bersama?"

Yurina mengangguk. Ia jarang bisa bersama seseorang seperti ini apalagi dengan anak dari kelas lain, ia merasa agak beruntung.

Di gerbang, Yui keluar dengan Risa, lagi-lagi mereka tak sengaja bersama. Ini karena hari ini jadwal piket mereka berdua, Yui melirik ke arah halte melihat kedekatan Yurina dengan anak kelas lain. Yui mengenalnya dengan nama Koike Minami, seorang yang dikenal karena dia seorang influencer di SNS tapi sudah lama Yui tidak melihat dia melakukan siaran langsung atau yang lain karena skandal yang menimpanya.

"Melihat apa?" Tanya Risa yang mengikuti arah pandangan Yui. Ia bisa melihat dua orang gadis yang berdiri di bus sedang bercengkrama dan masuk ke dalam bus yang sama. Walaupun begitu, seorang yang berambut sangat pendek layaknya laki-laki sepertinya tidak terlalu asing baginya. Ah, iya, dia juga teman sekelasnya.

".. apa itu Hirate Yurina?"

"Um..?" Yui kembali tersadar akan kehadiran Risa disampingnya.

"Itu. Yang berambut pendek sekali, itu Hirate Yurina, kan?" Risa menunjuk ke arah bus yang telah melewati mereka tadi. Ia melihat Yui mengangguk. "Begitu ya. Pantas gak asing."

"Ternyata kamu menyadari sekelilingmu juga ya. Ku pikir kamu gak akan mengenal siapapun yang bukan dari lingkar pertemananmu," timpal Yui.

"Apa kau kagum? Aku kenal beberapa anak yang cukup banyak dibicarakan tuh," Risa tersenyum miring, "Kebetulan aku lapar. Mau makan bersama tidak? Aku yang traktir."

***

Yurina melambaikan tangan pada Minami yang masih ada di dalam bus. Setelah memakan 15 menit perjalanan dengan bus, ia kini sampai di sebrang rumah sakit dimana Yuuka berada. Dengan gugup dan berbekalkan beberapa roti yang masih ia sempatkan beli di jalan, ia mencari ruangan Yuuka berada.

"Ruangan Sugai-san." Ketika mengatakan itu, petugas resepsionis setelah memberitahu letaknya. Kamar 40 ruang VIP terletak di lantai 5. Yurina langsung berjalan kesana setelah mengucap terima kasih.

Yurina berhenti di ruang yang telah disebutkan, dengan perlahan ia mengetuk pintu, dan membukanya. Ia dapat melihat sosok gadis yang persis berada di mimpinya berdiri dengan mata saling berpandangan.

"A-ah.."

"Ah, temannya Yuuka ya?" Gadis itu tersenyum sangat lembut. "Yuukanya sedang keluar dulu, masuk, masuk!"

Walau ragu, Yurina tetap melangkah. Ia melihat sosok pria tua dengan banyak selang di tubuhnya, ada juga alat bantu pernafasan, serta monitor yang mendeteksi detak jantung.

"Anu, selamat sore. Saya Hirate Yurina teman sekelasnya Yuuka. Saya membawakan ini, maaf kalau sedikit."

"Saya Nagahama Neru, saya kakak angkatnya Yuuka. Senang sekali melihat Yuuka membawa teman kemari, dan ah iya, tidak apa-apa kok. Terima kasih ya, Yurina!" Neru menerima bawaan Yurina dengan sangat senang. Entah benar atau tidak tapi Yurina mampu merasakan kepalsuan itu, ia cuma berusaha untuk terlihat tegar saja.

"Kak Neru--- ah, kau benar datang?" Yuuka agak terkejut melihat sosok Yurina yang sudah datang dan masih dengan seragam sekolah.

"Ya, aku tidak akan lama karena cuma ingin menjenguk ayahmu dan.." Yurina merogoh tasnya, "ini, beberapa fotokopian pelajaran yang tertinggal."

Yuuka menerima lembaran kertas berisi catatan pelajaran dengan muka murung, "Terima kasih." Ia merasa sangat kacau, ia pikir akan ada seseorang dari temannya yang ikut namun ternyata tidak ada.

Disela-sela nuansa seperti ini, mereka bertiga dikejutkan oleh suara monitor yang menjadi sangat tak beraturan ditambah suara histeris Neru saat tubuh ayah angkatnya kejang-kejang.

"Yuuka panggil suster!!!"

Yuuka yang keburu panik segera berlari keluar dan berteriak, tak lama dua perawat dengan satu dokter jaga masuk ke dalam kamar dan mulai melalukan tindakan.

"Masukan dia ke ruang ICU!"

Tubuh Yuuka merasa kehilangan kekuatan, ia tersungkur di dekat Yurina. "Ayah...."

Neru bahkan keluar dari kamar dengan wajah yang sangat pucat tapi ia paham bahwa dirinya tidak boleh terlihat lemah di depan Yuuka dan Yurina, ia lebih tua dari mereka, oleh karena itu dengan senyum yang dipaksakan Neru merangkul tubuh Yuuka. "Semua akan baik-baik saja, ayah tak akan kenapa-napa."

***

Minami memutar kunci apartemennya dan membuka pintu tersebut, ruangan kecil itu masih gelap pertanda tidak ada siapapun selama dia sekolah. Dia membuka sepatu di genkan, kemudian menyalakan lampu. Ia mengganti pakaian lalu membereskan rumah, ia juga memasak makan malam untuk dirinya dan seseorang yang telah mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna.

Untuk mendapatkan kebahagiaan itu harus bisa mengorbankan sesuatu, itulah pepatah yang Minami percayai hingga detik ini. Setelah melepas celemek, ia masuk ke kamar yang gelap, ketika menyalakan lampu, ia bisa melihat foto-foto polaroid dirinya dengan seorang gadis yang sangat cantik.

Habu Mizuho adalah alasannya bertahan hidup sampai sekarang, kalau tidak ada gadis jangkung itu, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tersenyum walau dalam hatinya terasa sangat sakit. Hubungan seperti ini, entah kapan akan berakhir, Minami belum siap untuk itu.

"Ah, Miichan sudah pulang ya!" Suara yang begitu mendebarkan dada Minami menyadarinya, ia kemudian berlari ke depan, menyambut kekasihnya dengan sebuah pelukan.

"Habu!!!"

/Black Sheep/

Kuroi HitsujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang