13.

276 52 6
                                    

Yurina berdiri di sebuah ruangan yang remang-remang. Samar-samar dia bisa melihat sosok gadis sedang menangis di dalam sana dan ketika dua pria datang memborgolnya, Yurina dapat mendengar suara jeritan tanpa bisa melakukan apapun.

Semua terjadi secara singkat, kini Yurina mendadak berada di depan cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Tapi bedanya, pantulan bayangan Yurina tidak bergerak.

"Menyedihkan,"

Yurina terkejut mendengar bayangannya berbicara, ia bahkan sampai tersungkur, dan suaranya menghilang. Yurina menyentuh lehernya, ia tidak dapat mengeluarkan suaranya!

"Kau tidak bisa mengatakan apapun, kan?" Bayangan Yurina melangkah keluar, semakin membuat Yurina yang asli ketakutan dan merangkak mundur.

"Kau pikir mimpimu ini cuma main-main?"

Yurina terus berusaha berteriak tapi tetap saja, suaranya tidak kunjung muncul. Saat ia merasakan tangan dingin bayangannya itu menyentuh kepala Yurina, ia bergemetar.

"HAHAHAHAHA!" Yurina terbangun saat mendengar teriakan diikuti tawa serta suara obrolan anak-anak di dalam bus.

Ah iya, mereka sedang mengikuti karya wisata. Keringat dingin Yurina bercucuran dan kebetulan sekotak tisu muncul dihadapannya. Dari Yui. Yang duduk di tengah antara Yurina di ujung kanan dan Risa yang berada di ujung kiri dekat kaca.

"Kau mimpi buruk?" Tanya Yui agak khawatir. Sebenarnya ia menyadari bahwa saat tidur tadi Yurina gelisah, ia seperti ketakutan.

"B-begitulah," Yurina buru-buru menengguk air putih yang ada di dekatnya setelah mengelap keringat.

"Sudah besar kok mimpi buruk."

"Risa.." tegur Yui saat Risa berkata demikian. Sebenarnya tadi Risa ingin duduk hanya berduaan dengan Yui namun Yui mendadak mengajak Yurina duduk bertiga. Risa benar-benar kesal.

Yurina masih mengingat mimpi yang tadi, bukan, bukan bagian dimana dia diancam oleh bayangannya sendiri tapi dimana ia melihat sosok gadis yang diborgol oleh dua pria.

Melihat itu ia dapat menyimpulkan kalau dia memimpikan seseorang yang akan ditangkap polisi, berbeda dari mimpi yang lainnya yang sangat jelas siapa sosoknya, kali ini mimpinya benar-benar buram.

"Yurina, ayo." Yui membuyarkan lamunannya , rupanya mereka sudah harus berkumpul untuk memulai karya wisata ke sebuah museum. Mereka dibagi sesuai kelompok mereka masing-masing.

"Hirate, Kobayashi, Watanabe. Kalian sekelompok?" Tanya guru pembina memastikan.

"Iya." Jawab Yui.

".. Siapa ketuanya?"

"Ketuanya?" Yui melirik ke arah Yurina yang masih melamun dan Risa yang membuang muka. Dia mendesah lalu menunjuk dirinya sebagai ketua.

Kemudian, setiap ketua perkelompok harus mengikuti peraturan yang diumumkan oleh pembina. Selama itu berlangsung, Yurina dan Risa ditinggal berdua.

"Ck," Risa benar-benar kehilangan mood-nya. Ia melirik ke Yurina yang bahkan masih melanjutkan lamunannya. "Aku heran, kenapa kamu bisa kebetulan datang menyelamatkan Yui."

Mendengar itu mau tidak mau Yurina berhenti memikirkan arti dari mimpinya dan kemudian menengok ke arah Risa disampingnya.

"Sebuah kebetulan?" Risa dan Yurina bertatapan. Cukup lama mata mereka bertemu, di detik ke lima Yurina membuang pandangannya.

"Aku mengikutinya,"

"Sudah ku duga.." Risa tersenyum tipis seolah mengejek, ".. kau tahu mereka akan melakukan itu pada Yui, kan?"

Kuroi HitsujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang