Malam ini, langit menangis dengan sangat deras. Gemuruh petir bahkan bisa terdengar begitu jelas di salah satu gedung tua yang dipenuhi suara musik berirama cepat itu.
Fuyuka tengah mengecek ponselnya, uang hasil rampasannya bersama geng ini dia belikan sebuah kamera CCTV yang cukup murah namun mampu tersambung pada ponselnya. Dia sedang mengamati Miyu, saudarinya yang terlihat sedang berkeliaran di area dapur memasak ramen.
Semenjak ayah mereka meninggal dan ibu mereka pergi entah kemana, Miyu dan Fuyuka mau tak mau harus berusaha bertahan hidup di dunia yang keras ini berdua. Miyu dulunya adalah anak yang sangat ekspresif, dia bercita-cita menjadi koki yang hebat, dia juga dulu ikut les memasak tapi pada suatu ketika, dia mendadak berhenti lesnya, dia juga mogok sekolah, dan itu membuat Fuyuka sangat marah.
"Tanpamu aku bisa hidup lebih bahagia!" Itu adalah kata-kata yang terlontar saat Fuyuka murka pada adik tirinya itu. "Pada dasarnya kita ini enggak punya hubungan darah! Dan kalau ibuku enggak menikahi ayahmu pasti kami akan hidup lebih bahagia!!!"
Mengingat itu Fuyuka mendesah, ia merasa sangat bersalah karena adiknya menjadi begitu terpuruk dan merasa depresi. Bahkan ia sering menemui luka gores di tangan sang adik, ia takut Miyu akan bertingkah gegabah oleh karena itu dia ingin menjaganya selama diluaran dengan cara ini.
"Yo, Fuyuka!" Sapaan dari gadis berjaket merah mengejutkannya. Buru-buru Fuyuka berdiri pada ketua kumpulannya itu. "Ah-- kamu gak perlu berdiri gitu kok,"
"Ah.."
"Aku lihat kamu melamun aja disini, lihatin ponsel. Ada apa? Seseorang menerormu?"
"Ti-tidak." Fuyuka memasukan ponselnya, dia tidak boleh membocorkan apapun soal kehidupan pribadinya, tentu tidak. Dia tidak mau siapapun tahu , sudah cukup kekasihnya sendiri. "Bukan apa-apa."
Shiori mengangguk, "Ya. Baguslah. Kalau ada apa-apa katakan saja, oh ya, mau minum?"
"Shiori, aku tidak bisa lama-lama." Jawab Fuyuka dengan nada penyesalan.
"Loh, kenapa? Pesta ini baru mulai loh!"
"Aku..."
Tiba-tiba segerombolan pria yang merupakan bagian dari kelompok tersebut datang menghampiri mereka, dari baunya mereka sudah menengguk banyak alkohol, termasuk kekasih Fuyuka.
"Kau cantik banget," puji sang kekasih dari pengaruh alkohol.
"Aku harus kembali," pamit Fuyuka sebelum lengannya di tahan oleh sang kekasih di depan banyak orang.
"Oh! Tidak bisa!" Sang kekasih menampilkan senyum miring, "Kamu gak bisa pergi! Pesta baru mulai!"
"Aku harus pergi, seseorang menantiku!"
"Eh...?" Bau alkohol menyeruak dari mulutnya membuat Fuyuka merasa jijik. "Kamu berselingkuh??? Tega banget!"
Fuyuka menatap kekasihnya dengan kesal, dia memaksa untuk dilepaskan. Jantungnya berdegup dengan kencang karena saat ia merogoh kantongnya dan mengecek ponsel, ia dapat melihat Miyu dengan sebilah pisau.
"Ku bilang lepas!!!"
"Ouh! Kau baru saja membentakku!" Kata sang kekasih dengan tawa mengejek lalu tangannya dengan cepat meraih ponsel Fuyuka. Dilihatnya sejenak dan ia mulai tertawa.
"Oh.. mau pulang demi adikmu yang idiot itu ya?"
Tubuh Fuyuka membeku seketika, apa yang kekasihnya--ralat, pria ini bukan lagi kekasihnya semenjak ia mengatakan bahwa Miyu itu idiot. Fuyuka menggertakan gigi kala mendengar gelak tawa dari teman-temannya yang lain.
"Kou, lepaskan dia." Perintah Shiori ketika melihat raut wajah Fuyuka menjadi berubah.
"Gak! Aku gak mau! Dia ini pacarku aku bebas melakukan apapun termasuk melarangnya pulang!" Seru pria itu lalu menatap Fuyuka, "Untuk apa coba .. kamu terus merawat adikmu yang sangat tak berguna itu? Buang-buang waktu dan uang. Lebih baik, kamu tinggalkan dia dan bersama kami, disini lebih baik. Ya kan, kawan-kawan....?"