Entah sejak kapan hujan sudah mulai turun, Yui yang sedang sibuk bekerja menjadi pelayan di salah satu restoran sepulang sekolah pun tidak tersadar sampai ia membersihkan satu meja dekat jendela.
Langit mendung, gelap, seperti selama ini dia menganggap dunia. Kini ia mengulum bibir, suara orang-orang disekitarnya perlahan menghilang.
Ingatannya bermain pada saat Yurina memeluk tubuhnya, selama ini apa yang telah dilalui Yurina sendirian? Tiba-tiba ia penasaran akan hal itu.
Dia sadar bahwa Yurina tidak punya seorang teman pun di kelas, ia juga jarang berkumpul bersama orang lain, tiap hari selalu sendirian. Seperti Yui.
Mendadak ada perasaan yang begitu menyakitkan di sudut hati Yui. Selama ini dia berpikir bahwa dia paling menderita ternyata Yurina pun juga.
"Aku pamit," ucap Yui ketika pekerjaannya selesai. Dengan membentangkan payung, ia menelusuri hujan yang cukup lebat itu. Beberapa mobil melewatinya, sesekali berhenti kala lampu merah.
Ia memandang ke depan lalu terkejut melihat sosok yang berada di seberang sana. Gadis berambut pendek berwarna cokelat sebahu yang memegang payung plastik transparan seperti miliknya.
Gadis itu melayangkan senyuman lalu berjalan menghampiri Yui. "Kebetulan. Aku baru mau menjemputmu,"
"Ri..sa?"
"Jangan bicara disinin, hujan, ikut aku." Risa menggandeng tangan Yui dan membawanya ke kafe yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Risa membawakan dua gelas susu hangat yang diterima oleh Yui secara sukarela, awalnya ia sempat menolak namun Risa bilang ini adalah traktirannya, maka Yui tak dapat menolak.
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Hm?"
"Kejadian waktu itu.."
"Ah.. biasa saja.." Yui menunduk. Sebenarnya, ia sangat was-was. Semenjak kejadian itu, semua anak jadi membicarakan hubungan Yui dengan Yurina dan juga Risa.
Ia merasa bersalah karena menjadi gosip untuk Risa, ia juga merasa bersalah pada Yurina karena selalu bersikap buruk padanya. Karena kesal, Yui mengigit bibirnya sendiri.
Risa tahu bahwa Yui tidak mungkin baik-baik saja setelah semua yang dilakukan oleh kakak kelasnya tapi setidaknya ia tenang karena Yui masih menjalani aktivitasnya dengan baik apalagi semakin rajin mengikuti pembelajaran untuk olimpiade.
"Olimpiademu seminggu lagi, kan? Kau sudah belajar dengan baik, semangat ya!" Puji Risa yang disambut anggukan dari Yui.
"Yui.."
"Hm-- ah.." Yui terkejut saat tangan Risa yang dingin menyentuh tangannya, mengenggamnya erat sekali sampai Yui cemas takut ada yang menyadarinya.
"Ri.. ris.. tanganmu.."
"Apa kau sungguh akan menjawab pernyataanku jika kamu selesai olimpiade?"
Yui terdiam sejenak. Dia bahkan lupa dengan janjinya pada Risa, menjawab pernyataan cinta Risa selepas olimpiade. Sebenarnya itu hanya akal-akalannya saja agar Risa tidak terlalu memperlihatkan perasaannya, tapi Risa menganggapnya serius.
".. y-ya.."
"Baguslah," Risa tersenyum lebar dan kemudian menengguk lagi susunya sambil memandang keluar jendela, dimana hujan sepertinya masih rindu bertemu dengan tanah.
Sebenarnya Risa bingung akan perasaannya sendiri, ia tidak yakin Yui bisa menjawab pertanyaannya selepas olimpiade selesai, ia tahu Yui tidak menyukainya melainkan takut padanya.