21.

277 41 4
                                    

Kobayashi Yui baru saja keluar dari ruang kelas dan berlari menuju UKS. Dia mendengar bahwa seseorang yang penting baginya sedang beristirahat disana karena terluka. Dalam hati ia mengumpati semua orang yang telah menyakiti orang itu namun sedetik kemudian dia berhenti.

Bukankah dia juga sama saja? Bahkan saat orang itu berada dalam kondisi terpuruk seperti ini, dia tidak mampu berbuat apapun selain diam dan melihat dari jauh. Ia selalu menghindar kalau orang itu mendapatkan masalah secara tidak sengaja. Bukankah itu tandanya dia sama saja dengan oranglain yang ia umpat?

Langit menjadi jingga, seluruh murid hampir semua membubarkan diri; sendirian maupun berkelompok. Sementara Hirate Yurina masih betah berada di atas kasur UKS sekolahnya. Hari ini adalah saatnya.

Ia bangun setelah Ishimori, wali kelasnya, masuk ke dalam UKS sambil membawa tas sekolahnya. "Oh, kau sudah bangun?"

"Um." Yurina mengambil alih tasnya. "..Sensei,"

"Ya, Hirate?"

"Apa benar aku boleh menetap di tempat Sensei hari ini?"

Ishimori tersenyum tipis lalu memeluk anak gadis itu dengan erat. Ia merasa kasihan sekaligus sedih. Ia tidak menyangka Yurina akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari kedua orangtuanya dan lingkungan sekolahnya.

Sebagai guru, ia merasa gagal. Ia merasa payah karena tidak bisa menjaga muridnya dengan baik. Semoga saja pilihannya tidak salah untuk kali ini, menyembunyikan Yurina adalah hal terbaik untuk saat ini. Ya, ini demi muridnya.

Gadis itu masih betah berdiri namun kali ini ia berdiri di depan UKS. Ragu menghasut pikirannya, apa dia masih punya muka untuk menemui Yurina dengan segala hal yang telah ia perbuat?

Bahkan sebelum menentukan jawaban, pintu itu telah terbuka lebar dan menampilkan dua orang berdiri menatap gadis itu. Mereka sama-sama terkejut. "O-oh, Ishimori-sensei... Yu-Yurina.."

"Kobayashi-san.. ada apa?"

"A-anu, itu..." Yui menatap Yurina dengan takut, lukanya belum sembuh ternyata. "... tidak, aku-- aku duluan."

"Tunggu, Kobayashi!" Yui menahan langkahnya saat Ishimori memanggilnya. "Mau ikut kami berdua?"

***

"Tinggal di tempat Sensei?" Yui agak terkejut mendengar ide gila milik gurunya sendiri namun ia juga menyetujui hal tersebut apalagi mengenai kondisi Yurina yang seperti ini.

"Tapi, apa tidak apa-apa?"

"Kalau masalah itu, sebisa mungkin tidak ada masalah.." Ishimori melirik Yurina yang cuma diam sambil melahap makanannya.

"Apa kau sudah baik-baik saja, Yurina?"

Yurina mengangguk untuk merespon pertanyaan Yui. Sementara Yui tersenyum, setidaknya Yurina baik-baik saja sekarang. Jujur, ia ingin sekali melindungi Yurina. Tapi siapalah dia sekarang? Dia tidak punya apapun untuk melindunginya bahkan untuk melindungi diri sendiripun.

Yui dan Yurina sempat menunggu Ishimori dari kasir untuk membayar makanan, waktu berlalu dengan sangat lama rasanya. Dalam waktu yang hening itu, Yurina membuka suara. "Yui.."

"Iya.. Yurina?!"

Yurina menatap meja kosong, "Hari ini.." ia mengulum bibir, tampak ragu untuk mengutarakannya. Namun Yui melihat ia menghembuskan nafas dan tersenyum tipis. "... terima kasih,"

"Eh?"

"Atas segalanya."

"Yurina?"

"Jika hari ini aku menghilang.. tolong temui aku ditempat--"

Kuroi HitsujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang