14.

318 51 8
                                    

Selepas pulang dari karya wisata, semua anak nampak membubarkan diri mereka untuk kembali pulang ke rumah termasuk Yurina. Dia kelihatannya akan jatuh sakit sekarang. Kepalanya sedaritadi terasa nyeri dan tenggorokannya serasa kering.

Ia mulai menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, ia mengantuk namun takut untuk tidur. Mimpi barusan membuatnya ngeri, apa-apaan mimpi itu menjadi terasa amat nyata? Ia mendesah pelan.

"Ada apa sebenarnya dengan diriku?" Tanpa sadar ia menutup kedua matanya dan larut dalam kantuk yang menyerang.

Kini ia mendengar suara teriakan minta tolong, suara sirine, dan suara terbakar. Terbakar? Yurina membuka matanya dan menyadari bahwa dia telah berada di salah satu lorong gedung yang sudah penuh dengan atap.

Ia merasa sesak, ini terasa amat sangat nyata. Apalagi saat ia mendengar dobrakan pintu dari depan sana, ia bisa melihat seorang gadis yang ia kenal bersama gadis lain sedang berusaha keluar dari kobaran api namun na'as, salah satu fondasi di hadapan mereka terjatuh karena terlahap api hingga jalan mereka satu-satunya hilang.

"Fuyuka!" Seru Yurina walau tidak akan pernah bisa terdengar. Walaupun semua mimpinya terasa nyata, jelas, dan menakutkan, ia tetap tidak bisa bergerak dan berbicara.

Ia menjulurkan tangannya, namun ia tidak bisa bergerak darisana. Dan yang Yurina lihat adalah lantai yang mereka bertiga pijak jatuh ke bawah.

Yurina bangun dengan menjerit. Tubuhnya bergemetar, keringatnya bercucuran. Apa ini? Pertanda lagi? Kapan semua ini akan terjadi? Dia buru-buru memeriksa ponselnya, pukul dua belas malam, sudah 7 jam Yurina tertidur? Yang benar saja!

Belum ada tanda berita kebakaran dimanapun, di rumah juga semua sudah terlelap. Ia bahkan belum sempat makan malam. Ah, tapi rasa laparnya bisa menahan nanti, dia harus pergi untuk memastikan semua baik-baik saja.

Shiori merancang semuanya agar aman. Kelompok sudah ia panggil untuk berkumpul malam ini, lagipula, salah sendiri pemilik apartemen itu macam-macam dengan gengnya. Dia memainkan pematik api sambil melihat anak-anak yang lain telah mengambil dirigen berisi minyak untuk dituangkan di seluruh lantai apartemen.

"Kita siap, Shiori." Ucap seorang dari mereka ketika persiapan selesai sementara itu Shiori masih menahan aksi untuk menunggu seseorang.

Ponsel Fuyuka berdering ketika dia sedang membereskan barang-barangnya, ia benar-benar kalut serta panik. Bagaimana bisa Shiori akan membakar tempat tinggalnya? Tapi walaupun begitu, ia tidak bisa mengatakan apapun, ia tidak bisa mengatakan yang sejujurnya!

Begitu selesai berberes, ia mengeluarkan seisi koper di depan teras lalu kembali untuk hal yang tersulit, mengajak Miyu keluar.

"Miyu..." Fuyuka menyentuh pundak adiknya itu. "Miyu kita harus keluar sekarang.."

"Aku tidak mau.." guman Miyu.

"T-tapi harus, Miyu, kalau tidak kita semua dalam bahaya!"

Miyu memandang kakaknya, "Sebahaya apa?"

"... Kita.. kita semua bisa mati, Miyu!"

"Bukannya bagus? Aku sudah tidak berniat hidup lagi kok," Ucapan Miyu membuat Fuyuka geram. Ia bahkan sampai menampar adiknya itu kuat-kuat. Ia bahkan sampai menangis, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah keluar dan meminta kelompok Shiori yang sudah jalan kemari untuk berhenti.

Miyu sendiri mengigit bibirnya, ia benar-benar kesal dengan dirinya sendiri. Dan soal pembakaran itu, ia sudah tahu, ia sempat mendengar perbincangan Fuyuka yang buru-buru sebelum menyiapkan pakaian.

Tapi Miyu takut untuk keluar, di luar sana akan lebih kejam lagi. Lagi pula, dimana mereka akan tinggal? Kalau pikiran Miyu benar, mereka mungkin akan ditampung di panti asuhan atau lebih buruk lagi, berada di lingkungan geng Fuyuka. Ia tidak mau itu!

Kuroi HitsujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang