Koike Minami. Dulunya seorang yang dikenal sebagai salah satu influencer yang sering menampilkan dirinya di situs siaran langsung dan juga situs video. Namun, semua itu harus berakhir karena dia mendapatkan skandal memacari seorang wanita.
Ya, dia mendapat banyak kecaman dari penggemarnya yang kebanyakan pria itu. Dia bahkan sempat dituntut karna dianggap menipu para penggemarnya yang berharap lebih kepada Minami. Walaupun begitu, nyatanya masih banyak orang yang mendukung karirnya hingga sampai saat ini, walaupun dia harus kehilangan setengah dari mereka.
Seperti hari ini, ia baru saja menyelesaikan siaran langsungnya di apartement-nya yang mungil. Setelah selesai, ia buru-buru memasak makan malam untuk kekasihnya yang sebentar lagi akan pulang.
"Aku pulang--- uwah, kamu masak apa?"
Gadis tinggi yang kini memeluk Minami dari belakang bernama Habu Mizuho. Bisa dibilang Habu ini adalah seorang penggemar dari Minami, ia selalu ikut siaran langsung Minami dan selalu memberikannya hadiah dalam bentuk online maupun langsung.
Minami awalnya berpikir bahwa Habu adalah orang yang bodoh sampai suatu ketika Habu mengutarakan perasaannya. Ada sesuatu yang sampai sekarang masih Minami rasakan kalau Habu berada di dekatnya; perasaan nyaman.
"Aku masak katsudon!" Seru Minami dengan semangat. "Habu, mandi dulu sana!"
"Uuu.. gak mau, aku mau disini menemani Minami masak!"
Minami tertawa kecil lalu mengecup pipi kekasihnya itu, "Baiklah!"
Sekilas itulah yang terlihat oleh pasangan unik ini. Disisi Minami yang masih duduk di bangku SMA dan Habu yang sudah bekerja masih tetap menyempatkan waktunya untuk berbincang sampai jam tidur tiba.
"Bagaimana harimu, Miichan?" Tanya Habu dengan memeluk Minami dari belakang.
Minami tersenyum, "seperti biasa kok."
Mereka terlihat begitu bahagia. Semenjak ibu dari Minami meninggal dan ayahnya sibuk bekerja di luar negeri, Minami memilih untuk tinggal bersama Habu, kekasihnya.
Awalnya, ayah Minami begitu menentang hubungan Minami dan Mizuho hingga tak mengizinkan mereka untuk bertemu. Minami juga dijaga ketat untuk tidak melakukan live streaming di rumah. Tapi karena keteguhan Mizuho, ayah Minami akhirnya luluh dan mempercayakan gadis mungil itu ke Mizuho.
Selama ini, Mizuho amat memioritaskan Minami. Ia juga memberikan perhatian dan apapun untuknya. Walaupun begitu tetap saja, jika Minami sudah merasa sangat sedih dan tak ada Habu disampingnga, yang dapat menenangkannya adalah dengan melukai dirinya sendiri.
***
Yurina membuka matanya walau terasa berat dan perih. Sudah berapa lama dia tertidur? Tubuhnya terasa nyeri semua, tenggorokannya pun juga kering.
Saat pandangannya mulai normal, ia menyadari bahwa dia berada di suatu apartemen yang gelap. Dia mengeritkan dahinya.
Bukankah ia baru saja menyelamatkan nyawa seseorang?
Tiba-tiba Yurina dapat mendengar isakan dan suara kran air yang menyala. Ia bangun dari sofa dan berhenti di depan kamar mandi, asal suara itu berasal.
"H-hei?" Mata Yurina terbuka lebar saat tidak bisa mendengar suaranya sendiri.
Yurina kemudian mencoba membuka pintu kamar mandi tersebut dan mengetuknya namun nihil. Tidak ada suara ataupun pergerakan yang nyata saat Yurina melakukan itu semua.
Tak lama, Yurina dapat merasakan sesuatu membasahi kakinya yang telanjang. Ia dapat melihat aliran air bercampur darah merembes dari dalam. Yurina tersungkur jatuh namun ia tidak dapat bergerak.
"Ti-tidak....!"
"Yurina?"
"Hirate-san?"
Mata Yurina terbuka dengan sempurna. Cahaya lampu yang silau tidak dihiraukannya. Semua orang mendadak terkejut akibat Yurina yang bangun secara mendadak.
Untung saja ada Yui disini yang memerhatikan monitor denyut jantung Yurina mendadak bergerak cepat itu. Ia buru-buru memanggil bantuan dan kejadian bisa segera ditahani.
"Hirate-san, kau bisa dengar aku?"
"Dia dalam bahaya..." suara Yurina yang masih terdengar rintih itu berhasil membuat Yui maupun para dokter diam. "... Aku harus menyelamatkan-----" kata Yurina hendak bangkit dari kasurnya.
Yui buru-buru menahan pundak gadis itu, "Yurina! Jangan bergerak! Kondisimu masih lemah..."
"Yui?" Tak lama Yurina merasakan pedih yang amat menyakitkan dari beberapa bagian tubuhnya. Ia sampai merintih kesakitan.
"Kamu baru saja sadar dari koma selama seminggu," ucap sang dokter setelah menahani Yurina. Kini Yurina bisa merasa lebih tenang daripada sebelumnya.
"... Ibuku dimana?"
"Aku sudah menelfon dia. Namun, beliau datang saat pagi sampai siang, Yurina. Sore dan malam adalah tugasku," jawab Yui.
"Eh ..?"
"Aku sudah izin oleh ibumu dan orangtuaku, gak perlu khawatir."
Kemudian dokter menjelaskan beberapa hal kepada Yurina sebelum akhirnya pamit dan meminta Yui menjaga dan mengawasi Yurina. Kini, suasana menjadi agak canggung karna Yui tidak tahu harus apa.
Namun, ia teringat hal yang sempat mengejutkan dia saat Yurina bangun. Dia berdeham dan menatap Yurina, "Yu-Yurina?"
"Hm?"
"Tadi pada saat kamu bangun, kamu bilang seseorang dalam bahaya. Itu siapa?"
Yurina menatap Yui lalu menggeleng, "aku tak tahu.."
"Eh?"
"Biasanya aku dapat melihat seseorang. Seperti kejadian Sugai, Kau, dan Fuyuka. Tapi kali ini aku cuma bisa mendengar suara orang menangis.." jelas Yurina. "Tapi, aku seperti pernah mendengar tangisan itu."
"Maksudmu?"
"Aku gak bisa mengingatnya!" Seru Yurina merasa kesal karna dia tidak mampu mengingat sosok pemilik lirihan itu.
"Kau gak perlu memaksakan dirimu, Yurina."
"Bagaimana jika dia tidak bisa ku selamatkan seperti Sugai?'
"Itu.."
"Aku harus cepat-cepat keluar dari sini, cepat atau lambat, dia akan melakukannya!" Seru Yurina, "Sebelum itu terjadi aku akan menghentikannya lagi."
.
.
.
/Black Sheep/